Istri Kecil Tuan Ju

Jelaskan Padaku!



Jelaskan Padaku!

0Qiara terdiam sambil memperhatikan Ekspresi Julian saat menjelaskan keadaannya. Seketika itu Qiara merasa kalau Julian sedang tidak jujur padanya.      

"Lihat aku!" Kata Qiara sambil mengangkat dagu Julian yang sedari tadi menunduk.     

Julian pun langsung menantang tatapan Qiara dengan ekspresi yang rumit. Ada begitu banyak kekhawatiran di hatinya melihat sikap tenang dan lembut Qiara. Ia berpikir kalau Qiara sedang menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan kemarahannya.      

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah ada yang masih membebani fikiranmu? " Tanya Julian dengan gugup.     

"Apa kamu masih mencintaiku?" tanya Qiara  dengan ekspresi serius tanpa menjawab pertanyaan Julian terlebih dahulu.     

Julian  mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Qiara yang menurutnya itu adalah pertanyaan yang sudah dia tau jawabannya karena seingatnya ia sering mengutarakan isi hatinya.      

"Kenapa kamu menanyakan itu? Bukankah kamu sudah tau jawaban nya?" Jawab Julian.     

"Jawab saja!" Tegas Qiara.     

"Aku mencintaimu bahkan sangat mencintai mu dulu ataupun sekarang dan untuk selamanya." Jawab Julian dengan tatapan yang lembut.      

Julian mengatakan apa yang sebenarnya, walaupun mereka pernah berpisah, namun cintanya terhadap Qiara masih sama.     

"Kamu bohong!" Ucap Qiara sembari menjauhkan diri dari Julian. Seketika itu air mata menetes lagi di pipinya.     

Julian langsung terkejut. Ia tidak menyangka kalau Qiara tidak mempercayai kata-katanya.      

"Kenapa kamu mengatakan aku berbohong?" Tanya Julian sambil berusaha menyentuh tangan Qiara, tapi Qiara malah menyembunyikan nya.     

"Kenapa kamu menikahi ku? Padahal kakak Vania tidak pernah meninggalkan surat wasiat seperti itu untukmu. Atau mungkin kamu merasa bersalah sehingga kamu harus menebusnya dengan menikahi ku walaupun kamu tidak cinta? Aku tahu kalau kamu tidak pernah tulus mencinta ku." Teriak Qiara yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.      

Untuk sesaat Julian merasa bingung melihat sikap Qiara yang begitu cepat berubah. Ia pikir Qiara tidak akan membahas nya lagi saat ia menanyakan tentang luka nya. Tapi ternyata Qiara malah semakin menggila.     

Yang tidak Julian tahu, kalau Qiara berubah pikiran ketika ia tidak menjawab pertanyaan Qiara dengan jujur soal luka nya.      

"Sayang ...  Tolong jangan mengambil kesimpulan sendiri!" Kata Julian yang masih bersikap lunak.     

"Kalau begitu jelaskan kepada ku apa yang senarnya terjadi!" Pinta Qiara setelah menyeka air matanya.      

"Aku harus menjelaskan bagian yang mana sayang? " Tanya Julian lagi yang masih bertahan untuk menutupi kebenaran nya.      

"Selagi aku bertanya dengan baik-baik, maka ceritakan padaku semua nya. Jika tidak maka aku akan memberitahu bos Maxwell tentang surat kak Vania. Tidak hanya itu, aku akan menculik Zio dan menghilang dari hidup mu." Qiara mengancam Julian agar ia mau menceritakan semua yang tidak dia tahu.     

Tanpa sadar Julian  meneteskan air mata yang mengucur deras dari celah matanya. Hatinya sakit mendengar ancaman Qiara. Bagaimana ia bisa hidup dengan baik tanpa istri dan anaknya.     

Tanpa mengatakan apapun, Julian  berlutut sambil menungkupkan kedua tangannya di dada.      

"Tolong jangan tinggalin aku! Aku tidak akan bisa hidup tanpa kamu dan Zio. Soal Vania aku minta maaf. Aku terpaksa berbohong untuk menebus rasa bersalah ku. Karena sebenarnya, saat kecelakaan terjadi, aku ada di dalam mobil bersama Vania. Tapi, saat aku sadar, aku sudah menemukan diriku di rumah sakit yang ada di Amerika. Aku tidak tahu apa-apa. Jadi, aku mohon maafkan aku dan biarkan semua berlalu karena itu sudah masa lalu! Saat menikahu, aku memang tidak memiliki cinta, karena cintaku hanya untuk Vania. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai mencintai mu hingga sekarang." Jelas Julian sambil menangis tersedu.     

Mendengar penjelasan Julian,  rasa sakit yang dia dan ibunya  rasakan saat kehilangan Vania kembali terasa dan itu  sangat menyakitkan. Seketika itu Qiara  merasa sesak nafas.      

"Jahat kamu!" Teriak Qiara sambil mendorong Julian hingga ia terjatuh ke lantai.     

Qiara terdiam sesaat, hatinya sangat sakit sampai ia merasa kehilangan keseimbangan. Ia berpikir kalau Julian lah penyebab kematian Vania. Tidak hanya itu, ia juga sakit hati saat mengingat berita kecelakaan kakak nya yang menyatakan kalau hanya dia yang berada di dalam mobil itu.     

"Kami jahat Julian! Kamu sudah membuat kakak ku mati, setelah itu kamu diam-diam membersihkan namamu agar tidak diselidiki oleh polisi. Dan yang paling kejam lagi, kamu tega merenggut masa muda seorang gadis yang belum cukup usia. Gadis muda itu punya jutaan mimpi dan ingin melakukan banyak hal bersama teman-teamannya. Tapi, kamu menghancurkan semuanya dengan surat palsu yang kamu bawa. Sungguh, kamu jahat! Semua orang juga akan mengutuk mu karena tega merenggut masa depan gadis muda" Teriak Qiara sambil berdiri.     

Setelah mengatakan itu, Qiara berbalik meninggalkan Julian  dengan cepat. Seketika itu Julian ketakutan dam segera beralari mengejar Qiara..     

"Qiara tunggu! Kamu mau kemana? " Tanya Julian setelah berhasil meraih lengan Qiara.     

"Lepaskan aku! Aku tidak ingin tinggal bersama orang jahat sepertimu! " Ucap Qiara sambil menghempaskan tangan Julian dengan kasar.      

Setelah itu ia berlari menuju kamarnya. Julian pun langsung menyusul Qiara selagi ada kesempatan.     

"Qiara .... " Teriak Julian yang mulai hilang kesabaran.     

Seketika itu Qiara terdiam sambil menatap tajam kearah Julian.  Bibirnya bergetar karena ini pertama kalinya Julian membentaknya.      

"Kamu tidak bisa menahan ku! Tinggal bersama mu di rumah ini hanya akan membuatku merasa bersalah terhadap kak Vania. Bertahun-tahun aku menyalakan dia atas surat wasiat itu, tanpa aku tahu bagaimana penderitaannya. Ia di bunuh oleh kekasihnya sendiri. " Ucap Qiara sambil menggertakkan giginya.     

"Aku suamimu dan kamu harus patuh padaku. Jika kamu terus menyesali apa yang sudah terjadi, maka kamu juga menyesali keberadaan Zio. Apakah kamu menyesal melahirkan Zio?" Julian memegang tangan Qiara karena takut Qiara akan melarikan diri.      

Mendengar pertanyaan Julian, Qiara  duduk di ranjang sambil menunduk. Hatinya sakit, tapi Zio adalah hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya. Bagaimana mungkin ia menyesali keberadaan Zio?     

"Jika kamu butuh berpikir! Maka biarkan aku yang pergi!  Jangan mengambil keputusan saat marah jika kamu tidak mau menyesal. Selama ini kita selalu berhasil melewati semua rintangan, sekarang aku harap kita bisa melewati masalah ini. Telpon aku saat kamu ingin aku kembali. Dan tolong jaga Zio!" Setelah mengatakan itu, Julian berbalik kearah pintu.      

Julian  melangkah dengan pelan sembari berharap kalau Qiara akan menahannya pergi.      

'Aku mohon jangan biarkan aku pergi! Katakan padaku kalau kamu ingin menghadapi semuanya bersamaku!' Batin Julian dengan penuh harap.     

Akan tetapi, Qiara tidak juga menghentikannya pergi. Hati Julian pun semakin sakit.      

'Baiklah, aku akan pergi dan memberikan kamu waktu untuk berpikir.' Batin Julian.     

Setelah itu, Julian segera pergi dari rumah nya dengan perasaan yang kacau. Luka di punggungnya yang masih basah tidak terasa sakit lagi karena hatinya jauh lebih sakit diselimuti rasa takut dan kekhawatiran akan di tinggalkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.