Menikmati Kehancuran Julian.
Menikmati Kehancuran Julian.
"Aku tidak suka kamu menyamakan dirimu dengan Mama ku. Karena dia dan kamu bagaikan bumi dan langit. Dia itu malaikat sedangkan kamu hanyalah penggoda yang egois. Demi mencapai keinginan mu untuk memilikiku, kamu rela menjual tubuhmu. Bagaimana mungkin kamu berani menyamakan dirimu dengan Mama ku?" Teriak Nathan dengan tatapan yang mengerikan.
Clara terkejut dan ketakutan mendengar teriakan dan ekspresi mengerikan Nathan. Ia tidak percaya kalau Nathan yang dia kenal lemah lembut itu ternyata memiliki sisi yang mengerikan seperti ini.
Tepat saat itu, suara ponsel Nathan berdering. Seketika itu Nathan langsung melepaskan Clara. Ia turun dari ranjang dan segera meraih ponselnya yang ada di atas meja kecil samping tempat tidurnya.
Melihat ID pemanggil, Nathan langsung pergi dari kamar itu karena ia tidak ingin Clara mendengar pembicaraan nya.
Clara menjadi kesal dan dipenuhi oleh amarah. Orang yang dia cemburu sudah mati tapi terus menghantuinya. Dan sekarang ia harus menyaksikan sendiri siapa Nathan sebenarnya.
'Apakah dia benar-benar adalah Nathan?' Batin Clara sambil memegang pipinya yang masih terasa sakit.
Setelah selesai menangis, Clara pun segera turun dari ranjang lalu berjalan pelan menuju kamar mandi.
Ruang Kerja Nathan.
Sementara itu, Nathan sudah sampai di ruangannya. Ia duduk di kursinya sambil memuat panggilan kembali kepada orang yang tadi menelponnya.
"Halo bos! Kami sudah melaksanakan tugas dari anda!" Terdengar suara yang bersemangat dari seberang telpon setelah panggilan tersambung.
Nathan tersenyum mendengar laporan dari anak buahnya itu. Ia memang sudah menunggu dari semalam.
"Kalau begitu, katakan pada Sekretaris ku untuk tidak menyentuh perkebunan anggur yang di Paris. Biarkan Maxwell memilikinya dan terus bertarung dengan Julian. " Seru Nathan dengan tegas.
"Baik bos. Oh iya, tuan Virsen ingin bertemu sama bos! Dia ingin menerima bayaran nya langsung dari tangan anda."
Nathan kembali tersenyum mendengar laporan kedua dari anak buahnya itu.
'Tidak semudah itu untuk menemui aku! Dan aku belum saatnya memperkenalkan diriku sebagai ketua. Tunggu sampai Julian benar-benar hancur dan Papa akan minta maaf padaku!' Batin Nathan sambil tersenyum licik.
"Katakan padanya kalau aku ada di Amerika! Dan sampaikan rasa terimakasih ku karena sudah membantuku mengacaukan kehidupan Julian dengan mengungkap masa lalu yang tragis itu!" Kata Nathan.
"Baik bos! Saya akan menyampaikan nya. Sekalian saya akan memberikan cek yang sudah bos tanda tangani itu!"
"Oke." Setelah itu Nathan menutup panggilannya.
'Sepertinya akan menyenangkan melihat Julian jatuh sejatuh-jatuhnya. Dia akan memusuhi Papa dan disaat yang bersamaan dia akan kehilangan istri yang dia cintai karena Maxwell tidak akan membiarkan Julian memiliki apa yang seharusnya ia miliki.' Batin Nathan.
Memikirkan kehancuran Julian, membuat dendam di hati Nathan menyala hebat.
Dia sudah lama menahan amarah karena tidak pernah dianggap oleh ayahnya karena selalu Julian yang lebih baik dan nomer satu. Kini dia ingin menunjukkan kalau dia lebih baik dari Julian.
Kemarahannya memuncak saat ia dikirim ke luar negeri dan di paksa berpisah dengan wanita yang dia cintai.
Melalui perdagangan gelap, Nathan membentuk suatu organisasi yang kuat untuk mengumpulkan kekayaan dan menutup semuanya dengan membangun perusahaan multinasional. Ia menggunakan nama samaran untuk mengelabuhi semua orang.
Setelah itu, Nathan bergegas pergi dari rumahnya karena dia ingin melihat sendiri kekacauan di rumah orang tuanya setelah Maxwell mengambil tindakan yang mengerikan itu.
Rumah Keluarga Julian.
Setelah dari rumahnya, Julian langsung datang ke rumah keluarga besarnya untuk bicara dengan tuan Jhosep. Ada begitu banyak pertanyaan di benaknya sehingga ia harus bertanya langsung pada Ayahnya.
Tepat saat ia akan keluar dari mobil, ponselnya berbunyi dan itu dari Andi.
"Halo?" Ucap Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.
"Akhirnya bos mengangkat panggilanku juga! " Andi terdengar menarik nafas lega karena ia sangat cemas sejak kemarin.
"Ada apa?" Tanya Julian dengan suara yang sinis.
"Kemarin istri bos menelpon saya. Tapi, saya tidak tahu bos ada dimana. Nomer bos juga tidak aktif dan tidak ada petunjuk apapun. Istri bos tampak khawatir dari nada suaranya. "Jelas Andi.
Julian terdiam sesaat. Ia bisa membayangkan bagaimana panik dan bingungnya Qiara.
"Untuk sementara kamu urus semau pekerjaan di kantor karena aku tidak bisa datang ke kantor untuk saat ini! Pastikan semua berjalan lancar!" Ucap Julian setelah lama terdiam.
"Tapi hari ini bos ada jadwal rapat dengan semua dewan direksi tentang menurutnya saham JJ Grup!"
Julian terkejut mendengar laporan Andi. Bagaimana mungkin saham JJ Grup menurun? Dia masih ingat kalau kemarin semua baik-bain saja.
"Bagaimana mungkin saham JJ Grup bisa turun? " Tanya Julian.
"Semua terjadi dalam waktu semalam. Semua kaget saat pagi-pagi sekali berita seputar bisnis mengabarkan tentang menurunnya saham JJ Grup. Berita itu membuat semua dewan direksi dan pemegang saham menjadi panik. Saya pikir kabar yang saya dapatkan semalam hanya mimpi sampai berita itu muncul." Jelas Andi.
"Baiklah, aku akan ke kantor dua jam lagi!"
"Baik bos!"
Setelah itu Julian menutup panggilannya dengan perasan yang rumit. Ia bingung dengan kejadian yang begitu cepat. Bagaimana mungkin saham JJ Grup yang begitu tinggi bisa turun dalam waktu semalam.
'Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkin aku tidak perduli jika JJ Grup bangkrut, tapi aku tidak bisa mengabaikan nasib ribuan kariyawan yang menggantungkan hidup mereka di JJ Grup. Aku harus mencaritahu titik masalahnya! Tapi, aku harus menyelesaikan masalahku dulu dengan Papa!' Batin Julian sambil mengepal tangannya.
Setelah membatin, Julian mengatur nafasnya karena ia merasa sangat lelah. Belum selesai satu masalah malah datang masalah yang lain lagi.
Dan masalah yang paling berat bagi Julian saat ini adalah masalahnya dengan Qiara.
Mungkin jika dia dan Qiara baik-baik saja, maka semua masalah berat sekalipun akan terasa ringan. Tapi, bermasalah dengan Qiara disaat seperti ini membuatnya lemah dan kehilangan semangat.
Beberapa Saat Kemudian.
Julian akhirnya turun dari mobil setelah merasa jauh lebih baik dan siap menghadapi ayahnya.
"Julian?" Nyonya Sarah terkejut melihat Julian datang ke rumah dengan penampilan yang buruk.
Wajah Julian kucel dan pucat, baju kemejanya dipenuhi oleh darah dan terlibat sangat kotor.
"Ada apa denganmu sayang? " Tanya Nyonya Sarah sambil menyentuh wajah Julian yang sedari tadi diam sambil menatapnya.
Mata Nyonya Sarah mulai memerah, ia tahu kalau Julian sedang memiliki masalah karena ia tidak pernah melihat Julian berpenampilan buruk seperti ini.