Istri Kecil Tuan Ju

Kebenaran Yang Menyakitkan.



Kebenaran Yang Menyakitkan.

2"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Maxwell lagi.      

"Aku tidak tahu karena aku belum memahami semuanya dengan jelas. Jadi, aku ingin bertanya langsung pada anda!"Jawab Qiara sambil menantang tatapan Maxwell.     

Maxwell menarik nafas lagi untuk lebih tenang agar ia bisa bicara lebih santai lagi dengan Qiara.      

"Apa yang ingin kamu tahu lagi darimu?" Tanya Maxwell dengan ekspresi yang serius.      

"Sebenarnya siap orang yang Kakak Vania cintai? Apa yang terjadi antara bos, Julian dan Kakak Vania? Kenapa Julian bisa berada di dalam mobil yang sama dengan Kakak Vania tapi di dalam laporan polisi hanya ada kakak Vania di dalamnya?" Qiara menyerang Maxwell dengan begitu banyak pertanyaan.     

Maxwell terdiam karena sebenarnya sebagian dari pertanyaan Qiara adalah pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada Julian. Hanya Julian yang tahu jawabannya.      

"Kenapa kamu tidak bertanya pada suamimu? "     

"Aku takut dia tidak akan jujur. Makanya aku ingin mendengarnya dari bos." Qiara  tampak memperbaiki duduknya tanpa melihat kearah Maxwell.     

Maxwell terdiam sesaat. Dia mengamati ekspresi Qiara dan menebak kalau Qiara sudah bicara dengan Julian. Tapi, Qiara adalah orang yang keras kepala dan susah percaya pada orang yang sudah membohonginya.     

"Julian adalah temanku sebelum mengenal Vania.  Aku jatuh cintai pada Vania saat kami dipertemukan dalam keadaan yang tidak baik.  Seiring berjalannya waktu, kamu memutuskan untuk memulai hubungan sepasang kekasih.  Aku tahu kalau hati Vania tidak sepenuhnya untukmu, tapi aku tidak pernah menyerah.  Saat itu, aku tidak tahu kalau Vania pernah menjalin hubungan dengan Julian sampai Julian sendiri yang mengatakan nya. Tapi, hubungan mereka tidak bertahan lama karena Tuan Jhosep mencoba menyingkirkan Vania dengan banyak cara. Kematian Vania sebenarnya sudah di rencanakan. "Jelas Maxwell dengan runtut dan lolos keluar dari mulutnya.      

Qiara terkejut mendengar penjelasan  terkahir Maxwell.     

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Qiara sambil mengepal tangannya.      

Untuk sesaat, Maxwell ragu untuk memberitahu Qiara. Tapi, ia tidak ingin membohongi adik dari wanita yang dia cintai itu. Apalagi sekarang dia sudah memiliki rasa cinta pada Qiara sehingga ia berniat untuk merebut Qiara dari pelukan Julian.     

"Tuan Jhosep. Dia adalah dalang dari kecelakaan Vania.  Dia tidak setuju Julian menjalin hubungan dengan perempuan yang lahir dari Ibu yang miskin. Selain itu, dia juga sudah menjodohkan Julian dengan anak wali kota. Tuan Jhosep tidak suka rencananya tidak berjalan lancar. Baginya, Vania adalah rumput liar yang harus ia cabut hingga ke akarnya." Jawab Maxwell.     

Qiara syok mendengar penjelasan kedua Maxwell. Bagaimana mungkin mertua yang dia anggap seperti malaikat itu adalah orang yang sudah tega membunuh kakak kandungnya.      

Qiara memegang dadanya karena ia tiba-tiba merasa sesak. Air mata pun tidak bisa ia membendung sehingga mengalir dengan begitu derasnya.      

'Rasanya tidak mungkin jika Papa yang lembut itu bisa melakukan hal sekejam itu demi mencapai keinginan nya. Membunuh kakak yang paling aku cintai. Apakah ini nyata?' Batin Qiara.      

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Maxwell dengan panik.     

Qiara berusaha mengatur nafasnya, ia gemetaran dan dadanya semakin sesak sebab dari semalam hingga pagi ini ia dikejutkan dengan banyak hal dan terus menangis.      

"Qiara ... " Suara Maxwell terdengar sayup-sayup ditelinga Qiara karena kepalanya tiba-tiba terasa pusing.      

Maxwell segera berdiri lalu mendekat kearah tempat duduk Qiara.      

"Qiara ... Apa kamu sakit? Apa kita harus ke rumah sakit?" Tanya Maxwell sambil memegang kedua tangan Qiara yang sangat dingin.      

Qiara tidak menjawab, ia mengambil segelas air di depannya lalu meminum nya. Setelah itu ia mencoba mengatur nafasnya.     

Tidak lama setelah itu ia kembali tenang. Tepat saat itu ia menoleh kearah Maxwell. Tiba-tiba saja ia seolah melihat wajah Demian yang pernah memberikannya ketenangan dan kebahagian.      

"Demian?"      

Maxwell mengerutkan keningnya saat mendengar satu nama yang asing keluar dari mulut Qiara.      

"Demian, siapa dia?" Tanya Maxwell.     

Mendengar pertanyaan Maxwell,  Qiara pun langsung tersadar.      

"Oh ... Aku cuma ingat teman SMA. Oh iya, aku harus pergi sekarang karena aku harus menjemput anakku!" Jawab Qiara dengan gugup.     

"Aku akan mengantarmu!" Maxwell segera menawarkan diri karena dia ingin mulai melakukan pendekatan pada Qiara dan anaknya.      

"Tidak usah! Saya bisa menggunakan Taxi. Bos sebaiknya kembali ke kantor! Saya hanya ingin sendirian untuk menenangkan perasaan saya!" Setelah mengatakan itu, Qiara mencoba berdiri dengan tegak. Ia lalu menunjukkan hormatnya pada Maxwell.      

"Aku pamit bos!" Qiara pun langsung meninggalkan Restauran itu tanpa menoleh lagi.      

Maxwell tidak berusaha menahannya, ia membiarkan Qiara sendirian karena dia percaya kalau Qiara lebih kuat dari yang dai kira.      

Tepat saat itu, ponsel Maxwell berbunyi dan itu dari Rafael asistennya.      

"Halo?" Ucap Maxwell setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Bos, saya sudah berhasil membeli beberapa saham besar dari JJ Grup. Rencana kita akan berhasil dengan sempurna setelah kota berhasil mendapatkan semua pemegang saham-saham besar JJ Grup. "Jelas Rafael dengan singkat dan mendetail.      

Maxwell terdiam sesaat mendengar laporan Rafael. Ia tersenyum licik sambil mengepalkan tangannya.      

'Aku akan pastikan kalau keluarga JJ akan membayar semua kejahatan yang mereka lakukan. Terutama tuan nangkap Jhosep. Penjara terlalu mewah baginya, oleh karena itu aku akan membalasnya dengan cara yang lebih mengerikan. 'Batin Maxwell sambil mengepal tangannya.      

"Kamu harus pastikan kalau JJ Grup akan berada di titik terbawah nya! Oleh karena itu, dapatkan lagi saham tertinggi nya!" Kata Maxwell.     

"Baik bos!"     

Setelah itu, Maxwell mengakhiri pembicaraannya. Ia lalu meninggalkan restauran yang dia sudah sewa itu tanpa memesan makanan.      

Maxwell tidak akan berhenti sebelum melihat tuan Jhosep dan Julian hancur.     

Sementara itu, Qiara berusaha untuk tidak menangis lagi. Dia berniat untuk menemui Papa mertua nya  untuk menanyakan  hal ini nanti. Jika benar maka dia akan meminta pertanggungjawabannya.      

Beberapa Saat Kemudian.     

Qiara sudah sampai di depan sekolah Zio.      

"Pak, tolong tunggu sebentar! Saya mau menjemput anak saya dulu!" Kata Qiara pada sopir Taxi itu.     

"Baik nyonya!" Sopir Taxi itu pun langsung mengangguk.     

Setelah itu Qiara keluar dari dalam Taxi dengan perasaan yang tidak menentu.      

'Aku tidak boleh menunda lagi! Apapun hasilnya aku harus memberitahu Zio kalau aku adalah Ibu kandungnya. Zio adalah anak yang cerdas, tentu dia akan paham kondisiku. Setelah itu aku akan membawanya ke kota B untuk bertemu Mama. Zio harus aman dulu karena aku memiliki firasat buruk.' Batin Qiara sambil berdiri tegak di depan gerbang sekolah Zio.     

Setelah mengatur nafas dan memperbaiki make up-nya. Qiara menggunakan masker lalu berjalan menuju gerbang sekolah Zio.     

"Apakah anak-anak sudah pulang?" Tanya Qiara pada satpam yang menjaga gerbang sekolah itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.