Istri Kecil Tuan Ju

Bingung.



Bingung.

3"Apakah anak-anak sudah pulang?" Tanya Qiara pada satpam yang menjaga gerbang sekolah itu.     

"Sudah. Apakah anda mencari anak anda?"      

"Iya. Namanya Febrizio. " Jawab Qiara.     

Satpam itu terdiam sambil mengamati Qiara dari atas hingga bawah. Seketika itu Qiara menjadi risih. Untungnya dia sudah menggunakan masker.     

"Kenapa bapak menatap saya seperti itu?" Tanya Qiara dengan curiga.     

"Di sekolah ini hanya ada satu anak kecil yang bernama Febrizio, dia adalah anak dari tuan Julian. Setahu saya, tuan Ju tidak memiliki istri. " Jelas Satpam itu dengan waspada karena belakang ini banyak terjadi penculikan anak.      

Satpam itu tidak mau sampai terkena masalah jika anak orang berpengaruh seperti Julian hilang dari penjagaannya.     

"Saya ibu kandungnya. " Tegas Qiara dengan sinis.     

"Apakah nyonya bisa membuka maskernya?" Satpam itu masih tidak percaya pada Qiara. Selain itu dia tidak pernah melihat seperti apa ibu kandung Zio.     

Julian sudah memberikannya amanah untuk menjaga anaknya selama di sekolah. Oleh karena itu pak satpam sangat ketat kalau itu menyangkut Zio.     

"Saya ... "     

"Nyonya ... "      

Qiara tidak melanjutkan ucapannya saat mendengar suara pelayan yang bertugas mengantar Zio ke sekolah.      

Pak satpam itu pun menarik nafas lega setelah melihat Zio berjalan dengan pelayannya dan mereka mengenal wanita yang dengan nya bicara tadi.     

"Apakah kalian mengenalnya?" Tanya Satpam itu hanya untuk memastikan agar dia bisa lebih tenang.     

"Dia adalah majikan saya!" Jawab pelayan itu dengan sopan.     

"Baiklah kalau begitu!" Pak satpam pun kembali ke posnya dengan berat hati karena sebenarnya dia masih penasaran dengan wajah Qiara yang mengaku ibu kandung Zio.     

"Aku akan membawa Zio jalan-jalan sebentar! Jadi, kamu boleh pulang duluan!" Kata Qiara pada pelayannya itu.     

"Baik nyonya!" Pelayan itu pun menyerahkan Zio pada Qiara.     

Anak kecil yang cerdas itu mengikuti Qiara dengan patuh tanpa banyak bertanya.      

Sesaat Kemudian.     

Taxi yang Qiara gunakan sudah berjalan jauh meninggalkan area sekolah.     

'Sepertinya aku harus membawa Zio ke tempat yang nyaman dan tenang. Setelah itu aku akan memberitahu nya siapa aku. Karena jika aku memberitahu nya di rumah, aku selalu terbayang kata-kata Zio yang menyatakan dirinya tidak butuh ibu.     

"Sayang .... Kenapa kamu diam saja? Apakah kamu lapar?" Tanah Qiara setelah terdiam cukup lama.     

Anak laki-laki yang cerdas, tampan dan lembut itu langsung mendongak kearah Qiara. Ia mengerjakan matanya sambil menatap jauh kedalam mata Qiara.     

Seketika itu Qiara merasa bingung dan menjadi salah tingkah.     

"Apakah ada sesuatu di mata tante sayang?" Tanya Qiara lagi dengan suara yang lebih lembut.     

"Apakah tante sudah menangis?"     

Pertanyaan Zio membuat Qiara langsung memalingkan wajahnya dengan gugup. Ia lupa kalau putranya itu sangat cerdas dan memiliki perasaan yang sangat peka.     

"Hahaha ... Tante tidak menangis." Jawab Qiara sambil tertawa dengan canggung.     

"Tante berbohong. Mata Tante sembab bukan karena di kucek, melainkan karena sudah menangis. Apakah ada yang menyakiti hati Tante sehingga Tante menangis?"      

Qiara terdiam setelah menoleh kembali kearah putranya itu.     

Ia bingung harus menjawab apa karena dia tidak tahu bagaimana harus berbohong pada anaknya itu.     

"Iya. " Satu kata itu Qiara ucapkan sambil menunduk.     

Tanpa mengatakan apapun, Zio langsung berdiri lalu memeluk Qiara. Ia menepuk-nepuk bahu Qiara dengan tangan kecilnya yang lembut.      

Qiara tersentak kaget, ia tidak menduga kalau Zio akan melakukan hal semanis ini padanya.      

"Kata Papa, pelukan itu bisa membantu menghibur dan menghilangkan kesedihan orang. Jadi, aku harus memeluk Tante. " Kata Zio.     

Hati Qiara langsung tersentuh. Ia pun langsung membalas pelukan Zio sambil meneteskan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi.     

'Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku menyesal memiliki anak seperti Zio. Aku hanya kecewa karena perniakahan datang dengan cara yang salah dan diwaktu yang tepat. Di bohongi oleh orang yang dicintai itu ternyata lebih sakit daripada Kemalangan yang lainnya. 'Batik Qiara.      

Beberapa Menit Kemudian.      

Mereka berdua sampai di tempat bermain. Qiara berpikir akan lebih baik jika ia membuat Zio bersenang-senang dulu sebelum mengajaknya bicara serius.      

"Aku tidak suka keramaian." Ucap Zio sambil menundukkan kepalanya setelah ia melihat ada banyak orang di tempat itu.      

Qiara menarik nafas dalam. Setelah itu ia berjongkok di hadapan Zio.     

"Sayang ... Kamu harus bisa melawan rasa tidak sukamu. Bersosialisasi itu perlu sayang karena kita tidak akan selama hidup sendiri. " Ucap Qiara dengan suara yang lembut.     

Zio menatap Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

"Kamu setuju kan sayang?" Tanya Qiara lagi dengan ragu.     

"Aku tidak mau." Jawab Zio.     

Qiara terdiam sesaat. Ia mencari kata yang tepat agar Zio bisa mengerti.     

"Sayang ... Kamu jangan takut! Bukankah ada Tante bersama mu? Jadi, ayo kita main bersama!" Qiara mencoba membujuk Zio sekali lagi agar bisa menikmati masa kecilnya seperti yang lain.     

"Ayo!"      

Qiara berdiri sambil menarik tangan kecil Zio dengan pelan karena ia mengira kalau diamnya Zio tanda setuju.     

"Lepasin ... !" Teriak Zio sambil menyingkirkan tangan Qiara dengan kasar.      

Seketika itu Qiara kaget.     

"Ada apa sayang?" Tanya Qiara dengan panik.     

"Aku sudah bilang kalau aku tidak suka. Jadi jangan paksa aku! Karena aku benci di paksa." Ekspresi Zio sangat gelap. Ia menatap Qiara dengan tatapan benci.     

Qiara merasa ada yang salah dengan putranya. Tatapan Zio sangat aneh dan mengerikan.     

'Ada apa dengan anakku? Kenapa dia seperti ketakutan dan sangat marah?' Batin Qiara.     

"Baiklah, kita akan pergi dari sini dan mencari tempat yang cocok denganmu. Menurutmu dimana?" Qiara akhirnya menyerah.     

"Perpustakaan yang ada di rumah!" Jawab Zio tanpa melihat Qiara.     

Sekali lagi Qiara menarik nafas dalam. Ia tidak ingin anaknya menjadi anak yang penyendiri yang tidak suka bersosialisasi.      

Qiara juga semakin khawatir saat pelayannya mengatakan kalau Zio tidak memiliki teman satupun di sekolah karena dia menolak berteman dengan siapapun.     

"Baiklah!" Setelah itu Qiara dengan terpaksa membawa Zio pulang.     

Sepanjang perjalanan, Zio hanya diam dan tidak mau melihat kearah Qiara.      

Akan tetapi Qiara menjadi panik dan khawatir saat melihat tingkah Zio yang tidak biasa.      

Zio terus menunduk sambil meremas tangannya. Tubuhnya sedikit gemetaran.     

"Sayang ... Ada apa denganmu?" Tanya Qiara dengan panik.     

Zio menghindari sentuhan tangan Qiara yang hampir menyentuh bahu kecilnya. Hati Qiara pun terasa sakit melihat penolakan itu.      

Tapi, Qiara tidak memperdulikan penolakan itu saat melihat sikap Zio yang semakin aneh.     

"Sayang ... Kamu kenapa?" Tanya Qiara sambil menangis karena tidak tahu harus berbuat apa.      

Qiara semakin panik dan bingung karena Zio tidak meresponnya. Ia tidak tahu dimana letak salahnya karena Julian tidak pernah memberitahunya tentang keadaan Zio yang tiba-tiba seperti ini.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.