Tidak Menyangka.
Tidak Menyangka.
"Julian? Kenapa dia meneleponku? Apakah ada masalah?" Tanya Reina pada dirinya sendiri setelah melihat ID pemanggil.
"Halo!" Ucap Reina setelah menekan icon berwarna hijau di ponselnya.
"Kamu dimana? " Tanya Julian dengan suara dingin dari seberang telpon.
"Aku di Jeju. Ada apa kamu menelpon?" Jawab Reina dengan ketus.
"Aku memeriksa Ibumu di rumah sakit jiwa. Kata pihak rumah sakit, ibumu sudah sembuh setahun yang lalu. Apa kamu tahu itu?"
Ekspresi Reina berubah setelah mendengar pertanyaan Julian.
"Memangnya ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba perduli dengan Ibuku? Aku rasa kamu tidak perlu mengkhawatirkannya karena dia tidak akan pernah menggangu keluargamu yang bahagia itu!" Ucap Reina dengan ketus.
"Jangan marah dulu! Aku hanya ingin tahu dimana dia tinggal. Karena menurut penyelidikan ku, Papa sedang bersama Ibumu saat ini. Aku hanya ingin memastikan apakah itu benar atau tidak karena Ibumu bisa dalam bahaya jika itu benar. " Jelas Julian.
Ekspresi Reina semakin gelap. Ia gemetaran karena mengkhawatirkan ibunya. Walaupun ia sudah menempatkan banyak pengawal dan pelayan di rumah yang sudah dia beli untuk ibunya itu.
"Itu tidak mungkin! Memangnya apa yang terjadi? " Reina mulai panik karena dia tahu bagaimana sifat tuan Jhosep.
"Aku akan jelaskan setelah memeriksa keadaan ibumu! Tapi, kamu harus melakukan satu hal untukku!"
"Apa itu?"
"Anak buah ku mengatakan kalau Virsen sedang mencari keberadaan mu. Kemungkinan dia akan menemukan kamu dimana sekarang. Aku ingin kamu menjaga diri sebaik-baik nya karena Virsen mencarimu dengan niat buruk. Soal Ibumu aku akan menjamin keamanan nya. Jadi, biarkan aku mengetahui dimana dia tinggal. Aku akan mengabari mu setelah aku bertemu dengannya!" Jawab Julian.
Reina sekali lagi terkejut karena dia tahu betul betapa gilanya manusia yang bernama Virsen itu.
"Aku akan mengirimnya sekarang! Tolong pastikan ibuku dalam keadaan baik-baik saja. Perlihatkan pesan yang akan aku kirim kepada penjaga rumah itu agar mereka mengizinkan kamu masuk. Soal Virsen kamu jangan khawatir karena asistenku yang sekarang bisa bela diri dan dia sangat kuat." Kata Reina setelah menarik nafas dalam.
"Bagus kalau begitu. Ya sudah, aku akhiri sampai di sini!" Setelah itu Julian mengakhiri pembicaraan secara sepihak.
Setelah istirahat beberapa menit dan mendengar kabar dari Julian tentang ibunya yang dalam keadaan baik-baik saja, Reina pun menemui Gabriel di kamarnya lalu mengajaknya makan siang.
Restauran Hotel.
"Bagaimana dengan hotel ini? " Tanya Reina sambil melirik Gabriel yang tampak bahagia.
Gabriel tersenyum sambil berkata,"Ini luar biasa bos, anda memang yang terbaik kalau soal memilih tempat menginap, tapi...berapa hari kita di sini?"
Reina tersenyum sambil menikmati makanannya, " Sampai aku memutuskan itu pulang. Tapi, sepertinya aku tidak bisa memastikan berapa lama akan tinggal, karena tempat ini begitu luar biasa. Hehehehe ...."
Gabriel hanya mengangguk, karena sejujurnya dia juga sangat senang berada di Jeju.
Setelah selesai makan, Reina meminta meminta Ganti untuk tidak mengikutinya karena dia ingin jalan-jalan ke pantai sendirian untuk menghilangkan stres nya.
Gabriel pun mematuhi perintahnya. Reina mengendarai mobil yang dia sewa menuju pantai HyepJae, yang berada di sisi barat Pulau Jeju yang menjadi tujuan wisata pantai paling populer.
Pemandangan bisa didapatkan dari pantai itu adalah pulau tropis Biyangdo mengambang di kejauhan. Pantai dengan pasir putih ini menawarkan keindahan lain seperti lautan berwarna hijau zamrud.
Reina menggunakan kaos putih dengan gambar Mikimos tokoh kartun kesukaannya, di padukan dengan celana pendek diatas lutut, dan menggunakan topi pantai berwarna putih, dia tampak seperti gadis remaja yang cantik dan imut.
Tidak lama setelah itu, ia sampai di pantai. Seketika itu matanya langsung di sungguh kan dengan birunya lautan dan putihnya awan.
'Luar biasa pantai ini sangat menakjubkan ... Aku jatuh cinta!' Batin Reina.
Setelah itu Reina langsung berkeliling dengan kameranya di sepanjang pantai.
Tepat saat ia fokus mengambil foto, dia tidak sengaja tersandung.
"Aaaaaa ... "Reina berteriak saat ia menyadari dirinya akan jatuh.
Tanpa sepengetahuan nya ia jatuh menindih seorang lelaki yang sedang menikmati suasana pantai di sore hari.
"Arrrkkk.... "Lelaki itu meringis kesakitan karena siku Reina jatuh tepat di bagian kemaluan lelaki itu.
Tentu saja sakitnya tidak tertahankan.
Reina pun segera bangkit lalu berlutut sambil berkata, "Maafkan aku! Aku tidak sengaja!"
Mendengar suara akrab, Lelaki itu membuka kaca matanya, bola matanya yang hitam dan berkilau, serta garis wajahnya yang tajam seolah mempertegas ketampanannya terlihat begitu mempesona.
"Reina ... ?"
Mendengar namanya di sebut, Reina pun langsung mendongak melihat wajah lelaki itu.
Seketika itu jantungnya berdebar hebat saat melihat siapa yang sedang berada di hadapannya. Matanya pun berkaca-kaca karena ia sudah lama merindukan lelaki yang sekarang ada di hadapannya itu.
"Qiano ... Kamu disini? Aku sudah lama mencari mu!" Kata Reina sambil memeluk Qiano dengan sangat erat sampai Qiano merasa sesak nafas.
"Maaf ... Aku harus pergi!" Qiano melepaskan pelukan Reina lalu berdiri dengan cepat.
Setelah itu Qiano pergi meninggalkan Reina seolah tidak mengenalnya.
'Qiano ... Kenapa dia mengabaikan ku? Bukankah kita sudah lama tidak bertemu? Dan kita adalah teman. Tapi, kenapa dia sangat dingin?' Batin Reina sambil menunduk sedih.
Akan tetapi, Reina tidak mau menyerah. Ia berdiri lalu berlari mengejar Qiano.
"Qiano ... Tunggu!" Reina menarik baju Qiano setelah berhasil mengejar nya.
Seketika itu Qiano berhenti lalu melirik Reina dengan sinis. " Apa yang kamu lakukan? Lepasin aku!"
Reina tersenyum licik kearah Qiano.
'Aku akan membuatmu menyesal karena telah mengabaikan aku!' Batin Reina sambil terus menarik-narik baju Qiano hingga kancing baju Qiano terlepas.
Seketika itu tubuh Qiano yang berotot dan seksi terlihat. Reina pun terkejut dan mulai tergoda untuk menyentuhnya.
Qiano merasa begitu takut dengan tatapan nakal Reina.
"Reina ... Lepasin aku!" Qiano memegang tangan Reina agar melepaskan bajunya karena ia mulai tidak nyaman dengan tatapan beberapa orang di pantai itu.
Akan tetapi, Reina tidak mau melepaskan nya sehingga terjadilah aksi tarik menarikpun diantara mereka berdua hingga akhirnya Reina hilang keseimbangan karena Qiano terlalu kuat.
"Aaaaa ... " Reina teriak saat tubuhnya tengkurep diatas pasir setelah Qiano berhasil mengalahkannya.
Beberapa detik kemudian.
Qiano merasa khawatir saat melihat Reina tidak bergerak sedikitpun. Ia pun berjongkok lalu menggerakkan badan Reina dengan ujung jarinya.
"Reina ... Apakah kamu baik-baik saja!" Tanya Qiano dengan pelan.
Seketika itu Reina mengangkat kepalanya dan membuat Qiano terkejut saat melihat tatapan tajam dan wajah Reina yang dipenuhi oleh pasir itu.