Istri Kecil Tuan Ju

Apa kamu yakin?



Apa kamu yakin?

1"Aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin kamu menepati janjimu. Dan aku akan memastikan Qiara tidak lagi menggangu hubunganmu dengan Julian."  Sahut Nathan dengan sinis.     

"Tentu saja. Kamu bisa mempercayai aku. Kalau begitu, sampai ketemu besok." Setelah mengatakan itu, Viona pun menutup panggilannya dengan senyum yang merekah.     

Sementara itu, Nathan segera masuk ke dalam mobil karena ia harus lebih cepat sampai di rumah sebelum Papa nya tahu kalau keluar diam-diam.     

Sementara itu, Qiara meminta izin untuk pulang duluan.     

Aurel dan Kevin pun mengizinkannya pulang lebih dulu karena Qiara terus memohon dengan alasan tidak enak badan.     

"Ada apa dengan Liana?" Tanya Kevin setelah Qiara keluar dari ruangan itu.     

Aurel mengangkat kedua bahunya karena ia juga tidak tahu.     

"Apa kamu yakin kalau kamu itu adalah Manager nya sehingga kamu tidak tahu semua yang terjadi dengan anak asuh mu?" Tanya Kevin dengan tatapan yang mengerikan.     

Aurel pun terkejut, setelah itu ia kembali menarik nafas dalam lalu menantang tatapan Kevin sembari berkata, "Dia memang berada dalam asuhan ku, tapi aku tidak pernah memaksa dia untuk menceritakan semua urusan pribadinya termasuk perasaannya. Akan tetapi, aku sudah memperingati dia untuk tidak terlibat perasaan dengan lelaki manapun karena di pendatang baru."     

Kevin terdiam mendengar penjelasan Aurel. Walaupun ia terlibat satu kerjasama dengan Julian, tapi ia tidak tahu kalau Qiara adalah istri Julian atau memiliki hubungan dengan Julian.     

"Baiklah, kamu harus memastikan kondisi hati Qiara baik-baik saja sampai syuting selesai karena acara Noble akan segera di gelar. Satu lagi, aku sudah memilih penyanyi untuk menggantikan Yumi yang sudah pergi. Jadi, kamu tidak perlu khawatir karena dia akan menemui kamu besok, selain itu kemampuannya tidak di ragukan." Kata Kevin sambil menyeka mulutnya dengan tisu.     

"Memangnya dimana Yumi sekarang? Kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa pamit? Bukankah itu tidak sopan?" Tanya Aurel yang mulai tidak bisa menahan rasa penasarannya.     

"Kamu tidak perlu tahu dimana dia. Karena kamu hanya boleh fokus pada tugasmu bukan masalah yang lain. Soal Yumi  sudah aku urus dengan rapi, jadi tidak alam ada masalah yang bisa terjadi di kemudian hari. Baiklah, aku akan ke rumah bos Maxwell sekarang!" Jawab Kevin sambil berdiri.     

Aurel pun mengangguk tanpa banyak tanya lagi karena di malas berdebat dengan Kevin.     

Setelah itu mereka berdua meninggalkan restauran itu dengan langkah yang cepat karena sudah malam.     

Ditengah perjalanan, Kevin membuat panggilan kepada Maxwell. Akan tetapi ia tidak mengangkatnya. Perasaan Kevin pun menjadi tidak tenang karena Maxwell tidak biasanya tidak mengangkat telpon.     

Oleh karena itu, Kevin segera membuat panggilan ke nomer Rafael.     

"Halo tuan Kevin?" Terdengar suara Rafael yang lemah dari seberang telpon setelah panggilan tersambung.     

"Dimana bos mu?" Tanya Kevin tanpa basa basi.     

"Bos ada di rumahnya. Dia belum bisa menerima tamu atau bicara!" Jawab Rafael.     

"Ada apa dengannya? Cepat beritahu aku!" Nada suara Kevin semakin meninggi karena ia bisa merasakan ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.     

"Saya tidak bisa menjelaskan lebih detail, tapi yang pasti bos Maxwell kembali berurusan dengan dokter Felix."     

Kevin terdiam dengan ekspresi gelap setelah mendengar nama dokter Felix. Karena jika Maxwell kembali berurusan dengannya, itu pertanda Maxwell dalam keadaan tidak baik.     

Tanpa mengatakan apapun, Kevin segera menutup panggilannya. Ia lalu mempercepat laju mobilnya menuju rumah Maxwell.     

'Dasar bodoh, kenapa kamu tidak bisa melindungi dirimu dari hak yang bisa membuatmu terluka. Aku sudah berulang kali mengingatkan padaku agar menjauhi makam itu.'Batin Kevin sambil memukul setang mobilnya berulang kali karena terlampau kesal.     

Sementara itu, malam sudah larut. Tapi, Julian belum juga pulang sehingga Qiara memilih untuk menunggunya di ruang tamu. Ia tidak bisa tidur dengan tenang sebelum mendapatkan penjelasan dari Julian tentang apa yang dia dengar di restauran tadi.     

Untungnya lagi, Zio dan Jasmin sudah tidur sehingga mereka tidak akan tahu kalau dia sedang menunggu Julian dengan perasaan kesal.     

'Kenapa Julian belum juga pulang? Ada apa dengannya? Apakah dia masih sibuk membicarakan hari pernikahan nya?' Batin Qiara sembari mondar mandir di ruang tamu itu.     

Tidak lama kemudian, terdengar suara gerbang rumah terbuka. Qiara pun langsung duduk kembali di tempatnya seraya memperbaiki ekspresi nya agar terlihat natural.     

Sesaat kemudian.     

"Kenapa lampu ruang tamu di matikan? " Tanya Julian dengan bingung setelah ia berada di ruang tamu yang gelap itu.     

Karena tidak bisa melihat dan tidak mungkin berteriak memanggil bibi Liu, Julian pun akhirnya mencari stopkontak lalu menyalakan lampunya.     

"Begini kan lebih nyaman. Aku harus menasehati bibi Liu agar tidak mematikan lampu lagi." Ucap Julian sambil mengibas-ngibas kedua tapak tangannya.     

"Oh astaga ... " Julian hampir saja terpeleset setelah ia berbalik dan ingin melangkah meninggalkan ruang tamu menuju kamarku.      

Matanya membulat sempurna saat minat ekspresi gelap Qiara yang tidak seperti biasanya.      

'Tampaknya aku sudah membuat kesalahan besar padanya, tapi apa? Aku benar-benar tidak aman saat ini. Haruskah aku kabur?' Batin Julian sambil melonggarkan dasinya.      

Setelah itu ia kembali melihat kearah Qiara yang masih duduk sambil menatapnya dengan tajam.     

Seketika itu Julian menelan ludahnya dalam-dalam karena gugup sekaligus bingung.      

Julian berjalan menghampiri Qiara dengan ragu setelah mendapatkan isyarat dari Qiara untuk mendekat.     

"Khem ... Sayang ... Kenapa kamu belum tidur?" Tanya Julian memulai percakapan yang benar-benar sangat canggung itu.     

Qiara masih terdiam sehingga membuat Julian merasa semakin tercekik. Ia bingung harus berkata apa karena takut salah bicara sebab kesalahan yang belum jelas.     

"Kenapa pulang terlambat? Bukankah kamu bilang sudah pula g dari sore tadi?" Tanya Qiara sambil mendekatkan wajahnya kearah Julian.     

Seketika itu Julian terjatuh dari sofa saking kagetnya melihat tatapan Qiara yang tajam dan sangat dekat.     

"Sayang ... Bisakah kamu bicara dengan santai? Aku takut melihat ekspresi mu yang seperti ini? Lihatlah aku sampai jatuh kelantai. Selain itu, aku bisa jantungan kalau kamu terus mengejutkan aku. Apa kamu mau melihatku masuk rumah sakit?" Tanya Julian sambil duduk kembali dengan perlahan di sofa samping Qiara.     

"Aku rasa kamu harus menyebut penyakit yang lebih masuk akal lagi, karena jantungan tidak cocok denganmu." Ucap Qiara dengan ketus.     

Julian menutup mulutnya untuk menyembunyikan ketawanya setelah mendengar perkataan Qiara yang dia anggap lucu itu.     

"Apa kamu sedang tertawa?" Tanya Qiara yang tiba-tiba sudah berada di depan matanya dan sedikit menindih tubuhnya.     

Seketika itu, Julian tersenyum licik lalu menarik pinggang Qiara dengan gesit sehingga Qiara langsung jatuh di dada bidangnya yang kekar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.