Siapa Yang melakukannya?
Siapa Yang melakukannya?
Julian terus bertanya-tanya pada dirinya karena ia baru saja menyadari akan hal yang ganjal ini.
'Aku tidak bisa membiarkan putraku terus membenci ibunya. Karena cepat atau lambat ia akan tahu siapa Qiara. Aku harus menemukan cara yang tepat.' Batin Julian sambil menatap istri dan anaknya dengan ekspresi yang rumit.
"Apakah kalian tidak mengantuk?" Tanya Julian ketika ia sudah berdiri di hadapan Zio dan Qiara.
Seketika itu Zio dan Qiara melepaskan pelukan mereka.
"Tadi Tante Liana menangis makanya aku memeluknya. Aku juga sudah mengantuk." Kata Zio dengan polosnya.
"Kamu naiklah duluan ke rajang! Papa akan bicara sama Tante!" Setelah mengatakan itu Julian pun segera membawa Zio ke gendongannya.
"Papa, jangan lama-lama!" Ucap Zio setelah tubuh kecilnya itu berbaring di ranjang.
"Iya."
Setelah itu Julian meninggalkan Zio sendirian di ranjang. Ia lalu duduk di sofa bersama Qiara yang masih menunduk sedih bersama air mata yang terus mengalir.
"Sayang ... " Julian menyeka air mata Qiara sambil menatapnya penuh cinta.
Qiara pun membalas tatapan Julian dengan perasaan yang kacau.
"Kenapa Zio begitu membenciku? Apa yang sudah kamu lakukan dan katakan padanya? Seperti apapun bencinya kamu padaku, bukankah tidak baik membuat seorang anak membenci ibunya?" Tanya Qiara sambil berbisik agar Zio tidak mendengarnya.
Amarahnya saat mendengar Julian dan Viona sedang merencanakan pernikahan mereka menambah rasa yang mengganjal dalam hatinya.
Julian mengerti perasaan Qiara, tapi ia harus meluruskan semuanya agar Qiara tidak merasa lebih buruk lagi.
"Sayang ... Kamu mengenal aku dengan biak. Jadi, bagaimana mungkin aku melakukan itu pada Zio. Jika pun aku berniat seperti itu karena membencimu, maka aku tidak mungkin membawamu kembali bersama kami." Jawab Julian dengan suara yang lembut.
Tanpa mengatakan apapun, Qiara langsung memeluk Julian sambil menangis tanpa suara.
Julian pun memeluk erat tubuh Qiara untuk memberikannya kenyamanan.
"Aku melihatmu di restauran bersama Papa dan Mama. Ada Viona juga, kamu membahas soal pernikahan. Apakah kamu akan benar-benar menikahinya?" Tanya Qiara setelah merasa lebih tenang.
Julian mengerutkan keningnya, ia tidak menyangka kalau Qiara akan tahu soal ini. Padahal ia tidak pernah merencanakan untuk bertemu dengan Viona kecuali atas perintah Papa nya.
"Sayang ... Aku tidak mungkin menikahi Viona. Aku datang ke restauran itu karena Papa menjebak ku. Bukankah kamu kenal denganku?" Jawab Julian dengan singkat.
"Sudah larut malam, sebaiknya kita tidur karena Zio sepertinya resah karena tidak menemukan kita di sampingnya. " Ucap Qiara sambil menyeka air matanya.
"Tunggu dulu ... " Julian menarik tangan Qiara yang hendak berdiri tanpa memberikan respon atas penjelasan Julian.
"Ada apa lagi?" Tanya Qiara tanpa melihat kearah Julian.
"Apakah kamu baik-baik saja? Kamu tidak curiga padaku lagi kan?" Tanya Julian sambil berdiri.
Qiara terdiam.
'Aku sudah tidak marah karena percaya padamu. Aku hanya malu karena sempat meragukan mu padahal dari awal kita menikah kamu tidak pernah mengkhianati aku. Bahkan kamu menungguku sampai kita kembali bersama. Sungguh, aku sangat tidak tahu malu.'Batin Qiara.
"Sayang ... Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Julian sambil memeluk Qiara dari belakang.
"Aku capek dan ingin segera tidur."Karena sangat malu, Qiara menyingkirkan tangan Julian yang melingkar di pinggangnya
Setelah itu ia langsung merangkak naik ke ranjang lalu merebahkan tubuhnya di samping Zio.
Julian hanya bisa menarik nafas dalam, ia tidak mungkin memaksa Qiara ,tapi ia yakin kalau Qiara tidak lagi marah padanya.
Setelah itu, Julian menyusul Qiara untuk merebahkan tubuhnya di samping Zio. Seketika itu, Julian memeluk anak dan istrinya dengan hangat. Qiara tidak menolaknya karena dia juga merasa nyaman dengan pelukan itu walaupun terhalang Zio yang berada di tengah-tengahnya.
Sementara itu, Nathan berhasil masuk ke kamarnya tanpa sepengetahuan Papa dan Mama nya yang sudah berada di dalam kamar mereka.
Karena terlalu capek setelah dari Restauran, Tuan Jhosep mengajak istrinya untuk segera istirahat tanpa mengecek keberadaannya.
Kamar Nathan.
"Kamu dari mana sayang?"
Nathan yang baru saja menyalakan lampu kamarnya itu langsung tersentak kaget ketika mendengar suara lembut yang menggoda itu.
Ia pun segera menoleh kearah sumber suara dan menemukan Clara yang sedang duduk di ranjang dengan pakaian tidur yang tipis dan transparan.
Ia menyilang kan kakinya sehingga baju tidurnya tersingkap memperlihatkan pahanya yang mulus dan padat.
Baju dalam dan celana dalam berwarna merah muda itu terpampang nyata di depan mata Nathan.
Tubuhnya yang mulus serta belahan dadanya sangat terlihat jelas dan menggoda.
Tanpa menjawab pertanyaan Clara, Nathan mengunci kamarnya, setelah itu ia segera menghampiri Clara dan melumat bibirnya yang kemarah-merahan itu.
"Ummm ... " Clara merasa kehilangan nafas karena serangan kasar dari Nathan yang melumat bibirnya tanpa ampun.
"Jangan kasar ... " Ucap Clara setelah melepaskan diri dari serangan bibir Nathan.
"Kamu memang perempuan nakal, aku suka gayamu. Jadi, jangan salahkan aku jika aku melakukannya dengan gila. " Ucap Nathan yang mulai memainkan tangannya untuk meraba tubuh Clara.
"Besok kita akan menikah, aku tidak mau terlihat kelelahan atau menahan sakit akibat kegilaanmu. Seperti pertama kali kita melakukannya, aku sampai tidak bisa bangun dari ranjang ku." Kata Clara dengan manja.
Nathan tersenyum kecil, ia masih ingat betapa hilangnya pada hari itu. Tubuh Clara sudah membuatnya merasa candu dan dimabuk nafsu.
"Bagiku, kamu adalah teman bermain yang luar biasa. Oleh karena itu, aku tidak akan mengampuni perempuan senakal kamu. " Setelah mengatakan itu, Nathan mendorong tubuh Clara ke ranjang.
Clara tersenyum dan tidak sabar melihat Nathan untuk menyentuhnya dengan ganas.
Degan cepat, Nathan menindih tubuh Clara lalu memulai permainan pertamanya dengan mencium beberapa bagian sensitif Clara.
Setelah menyelesaikan permainan pertamanya, Clara menyingkirkan semua kain yang melekat di tubuhnya, setelah itu ia membantu Nathan untuk melepas pakaiannya dengan terburu-buru.
Sesaat kemudian, semuanya terbuka, kini giliran Nathan yang membalikkan tubuh Clara agar berada dibawahnya kembali.
"Sudah kodratnya lelaki ada diatas, jadi biarkan aku yang melakukannya!" Kata Nathan sambil tersenyum nakal dan memainkan bagian paling sensitif Clara yang membuatnya bereaksi lebih menggoda lagi.
Karena dia ingin terlihat seperti perempuan baik-baik, Clara pun al menutup wajahnya untuk memperlihatkan kalau dia masih bisa malu.
"Kenapa kamu menutup wajahmu? Apakah kamu tidak mau melihatku?" Tanya Nathan sambil menyingkirkan kedua tangan Clara.
"Aku malu! " Jawab Clara sambil tersenyum.
"Bukankah kamu perempuan yang tidak tahu malu? "
Nathan menyeringai kearah Clara sambil tersenyum licik.