Istri Kecil Tuan Ju

Alasan.



Alasan.

1"Kenapa kamu menepuk bahuku?" Tanya Jasmin dengan heran.     

"Lagian nona dipanggil tidak nyaut-nyaut juga. Memangnya nona lihat apa!" Jawab asistennya sambil menatap ke arah pandang Jasmin  sebelumnya.     

Asisten Jasmin baru saja dari dalam karena ia lebih dulu sampai di sana atas perintah Jasmin.     

"Tidak ada" Jawab  Jasmin.     

Tidak mungkin Ia mengatakan bahwa Ia baru saja bertemu dengan Maxwell. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi semua fans nya yang sedari tadi ingin melihat siapa orang dibalik topi yang sudah memeluknya.     

"Sebaiknya nona jangan terlibat  skandal apapun yang bisa merusak popularitas nona di kota ini. Itu akan berpengaruh dengan Karis nona di dunia internasional." Bisik asisten setianya yaitu Ranty.     

Jasmin pun langsung  mengangguk karena dia juga tidak mungkin membiarkan karirnya rusak hanya karena sekandal yang tidak penting.     

Setelah itu, Jasmin memperbaiki gaunnya, ia lalu berjalan melewati karpet merah yang ditemani oleh Ranty.     

Semua fans nya terus mengambil gambarnya sambil bertepuk tangan. Mereka juga memposting langsung foto Jasmin saat berpelukan dengan Maxwell. Akan tetapi, mereka tidak tahu siapa orang yang Jasmin peluk.     

Kecuali para wartawan yang sudah bisa menebak siapa dibalik topi itu hanya dari penampilannya sehingga mereka tidak berani mengambil gambar.     

Siang hari.      

Tepat saat matahari sudah mulai meninggi,  Qiara akhirnya selesai melakukan syuting untuk iklannya. Kalung berlian milik Luan Grup yang di sponsori oleh YM Grup.     

Tepat saat itu, Qiara melihat satu pesan dari Julian muncul di ponselnya. Qiara pun tersenyum dan langsung membukanya.     

'Sayang ... Keluarlah! Aku ada di depan tempat kamu syuting iklan!'     

Karena syuting sudah selesai, Qiara pun langsung menemui Aurel untuk pamitan.     

"Kak Aurel, aku pergi duluan ya karena aku ada urusan!" Kata Qiara dengan ekspresi yang sendu.     

"Mau kemana? Apa kamu tidak mau pulang sama kita? Dan satu lagi, kamu harus menemui calon asistenku."  Kata Aurel.     

"Kak, aku belum memerlukan asisten. Selain itu, aku tidak mau ada yang tahu privasi ku. Jadi, aku mohon jangan minta aku untuk memilikinya. Nanti, kalau aku memang butuh, aku pasti akan bicara sama kak Aurel." Qiara berusaha untuk menolak nya karena ia tidak mau rahasia besarnya diketahui oleh siapapun.      

"Baiklah. Selama kamu tidak terlibat sekandal, selama itu juga kamu dan privasi mu aman. " Ucap Aurel.     

"Aku pasti akan mengingat itu. Ya sudah, aku akan pergi sekarang!" Setelah mengatakan itu, Qiara pun segera pergi dengan perasaan yang tidak enak sebab ia sudah membuat Julian menunggu terlalu lama.     

Karena penasaran, Aurel pun akhirnya berusaha mengintip Qiara dari kaca gedung itu yang langsung memprihatikan aktivitas orang yang ada di bawah.     

'Sebenarnya rahasia apa yang berusaha di tutupi oleh Liana?' Batin Aurel sembari mengamati dari atas.     

Semetara itu Qiara berlari keluar dari gedung itu dengan senyum yang  merekah.     

Sesaat kemudian, Qiara sampai di samping mobilnya Julian.     

"Sayang ... Ayo masuk!" Kata Julian sambil membukakan pintu mobilnya. Qiara pun mengangguk dan langsung  masuk.     

Seketika itu, Julian segera menjalankan mobilnya dengan cepat.      

"Kita mau ke mana?" Tanya Qiara sambil      

menatap Julian yang duduk tenang di  sampingnya yang tengah fokus menyetir.     

"Aku ingin memperlihatkan kamu sesuatu agar kamu tidak sedih." Jawab Julian.     

"Apakah ini kejutan?" Tanya Qiara lagi sambil menahan senyumannya.      

"Bisa dikatakan begitu."      

"Baiklah, aku akan duduk dengan tenang menunggu kejutan darimu."  Setelah mengatakan itu, Qiara tidak lagi bicara.     

Julian hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku istrinya itu.     

Beberapa saat kemudian. Mereka akhirnya berhenti di salah satu tempat yang asing bagi Qiara.     

"Kenapa mengajakku ke sini? Dan tempat apa ini?" Tanya Qiara pada Julian sebelum mereka keluar.     

"Ayo keluar dulu!" Setelah mengatakan itu, Julian keluar lebih dulu tanpa menjawab pertanyaan Qiara.     

Qiara pun segera keluar dari mobil lalu mengikuti Julian masuk ke dalam tempat itu.      

'Apakah ini rumah sakit atau panti asuhan? Kenapa banyak anak-anak?'Batin Qiara sambil melirik ke kiri dan kanan.     

"Selamat datang Tuan Ju!" Sapa ibu ketua tempat itu sambil tersenyum dengan ramah.      

Tepat saat itu, Qiara merasa bajunya di tarik oleh sesuatu, seketika itu ia menoleh lalu menemukan sosok kecil yang cantik dan imut tapi berwajah pucat sedang mendongak menatapnya.      

Julian dan ketua tempat itu sedang      

ngobrol serius sehingga mereka tidak memperdulikan Qiara.     

"Bukankah kakak ini adalah artis? Aku melihat kakak ada di drama yang aku tonton yang judulnya Raja Langit ..." Tanya gadis kecil itu.     

"Hai,  gadis cantik ... Aku memang artis yang kamu lihat. Siapa namamu?" Jawab Qiara sambil mencubit pipi gadis kecil itu dengan pelan.     

"Aku Maria ...  Senang berkenalan denganmu."     

"Oh ... Halo Maria! Aku juga senang berkenalan denganmu!" Balas Qiara sambil menjabat tangan mungil Maria.     

Setelah itu, Qiara menatap Maria penuh arti dengan perasaan yang rumit.     

'Apakag gadis cantik ini sedang sakit? Kenapa bibirnya sangat pucat? Kalau saja Zio bisa ikut, mungkin ia bisa lebih mencair karena bertemu orang baru yang bisa ia ajak main.'Batin Qiara.     

"Kenapa kakak menatapku seperti itu? Apakah kakak sedang mengamati penampilanku?" Tanya Maria sambil mengedipkan matanya berulang kali.     

"Tidak apa-apa, aku hanya kagum melihat kecantikan mu." Jawab Qiara sambil tersenyum dengan cerah.     

"Kakak pasti bohong. Karena setiap orang yang bertemu denganku pasti akan menatapku seperti kakak. Kakak pasti kasian padaku. Benarkan?" Tanya Maria Seakan tau apa yang ada di pikiran Qiara.     

"Kamu kok pintar sekali kalau bicara. Tapi, kakak tidak berbohong kok dan  tidak bermaksud menyakitimu sayang. Kaka hanya teringat dengan anak kakak di rumah makanya kakak melihat mu  seperti tadi."  Jelas Qiara dengan perasaan tidak nyaman karena sudah membuat gadis kecil yang cantik itu terlihat bersedih.     

"Tidak apa-apa! Aku sudah biasa mendengar seperti apa yang kakak bicarakan.  Lagi pula, ini rumah khusus bagi anak-anak  yang menderita penyakit mematikan. Jadi, tidak heran kalau kakak merasa kasian pada ku." Ucap Maria sambil tersenyum ceria seolah penyakit yang dia derita hanyalah penyakit ringan saking terbiasanya.     

Qiara terdiam karena ia merasa sudah kehilangan kata-kata untuk dibicarakan dengan Maria yang begitu pintar     

Julian melirik Qiara yang sedang sibuk bicara dengan Maria. Julian pun langsung menghampiri Qiara  setelah bicara dengan ketua tempat itu.     

"Sayang ... Inilah alasanku membawamu kesini. Aku ingin kamu melihat begitu banyak cinta disini dan kamu bisa mendapatkannya walaupun mereka bukan anakmu. Asalkan kamu memahami perasaan dan bersabar untuk membuat mereka tersenyum."Ucap Julian sambil memegang bahu Qiara.     

Qiara pun mengangguk sambil memegang kedua tangan Julian yang memegang bahunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.