Mencintai Yang Lain.
Mencintai Yang Lain.
Sementara itu, Jasmin sudah selesai dengan semua pekerjaannya. Ia pun bergegas keluar dari kantor TVC.
"Nona Jasmin, apakah anda mau makan malam bersama saya?" Tanya Presiden Direktur TVC yang sudah lama menjadi fansnya.
Tentu saja Jasmin tahu siapa lelaki dewasa yang seumuran dengannya itu. Ia pun tersenyum tanpa mengurangi rasa hormat nya.
"Maafkan aku Presiden Direktur, tapi aku sudah memiliki janji dengan seseorang."
Ekspresi Presiden Direktur itu pun menjadi buruk. Padahal ia sangat mengharapkan bisa makan bersama Jasmin selagi dia ada di kita ini.
"Mungkin lain kali?"
"Semoga ada kesempatan. Kalau begitu saya pamit dulu!" Setelah itu Jasmin menunjukkan hormatnya lagi lalu pergi dari hadapan Presiden Direktur itu.
Tepat saat ia berada di depan pintu gedung TVC itu. Ponsel Jasmin berbunyi dan itu dari orang yang dai tunggu-tunggu.
Pesan singkat dari Maxwell itu, membuat Jasmin tersenyum lebar. Setelah ia membaca pesan dari Maxwell, Jasmin langsung menoleh kearah asistennya.
"Anya ... Kamu bisa pulang duluan ke Apartemen ku. Karena aku ada urusan." Kata Jasmin pada asistennya itu.
"Tapi ... "
"Jangan banyak tanya, sebaiknya kamu ikuti perintahku karena aku sudah terlambat. " Setelah mengatakan itu, Jasmin mengenakan kaca mata hitamnya lalu bergegas menuju parkiran.
Tidak lama setelah itu, mobil Jasmin meninggalkan gedung TVC dan meninggalkan Asistennya yang terpaksa harus menggunakan taxi.
Tidak lama setelah itu, Jasmin sampai di Bar kelas atas yang mewah dan memiliki ruangan yang masing-masing bisa dipesan oleh orang kaya saja karena memiliki pasilitas yang lengkap dengan pelayan yang gesit dan cantik-cantik.
"Kenapa kita harus bertemu di sini? Bukankah kita sudah janji makan bersama di sebuah restauran?" Tanya Jasmin setelah ia sampai di salah satu ruangan pribadi yang paling besar di Bar itu.
Untungnya dia menggunakan masker dan topi untuk menutupi wajah nya agar tidak ada yang bis melihatnya.
Maxwell meletakkan gelas minumannya setelah itu ia mengamati setiap inci wajah cantik di depannya itu.
"Jangan hanya menatapku! Tapi, kamu harus menjawab pertanyaan ku."
Maxwell menarik nafas dalam lalu bersandar di kursinya. Setelah itu ia membuka mulutnya lalu bertanya," Apakah kamu baik-baik saja?"
"Tentu saja. Apa Aku terlihat tidak sehat?" Jawab Jasmin dengan antusias.
"Baguslah. " Maxwell kembali meneguk minumannya karena ia baru saja merasa lega kalau Jasmin memang baik-baik saja.
"Lalu, bagaimana dengan Daniel?" Tanya Maxwell setelah menghabiskan satu gelas minumannya.
Seketika Jasmin tertegun karena ia tidak menyangka kalau Maxwell akan menyebut nama orang yang paling ia benci.
"Daniel?" Tanya Jasmin dengan tidak percaya.
Maxwell langsung mengangguk.
"Kenapa bertanya tentang dia? Bukankah kamu sudah tahu semuanya dari Kevin? Aku yakin dia sudah menceritakan nya padamu." Tanya Jasmin lagi dengan ketus.
Manik hitam Maxwell kembali menatap wajah cantik Jasmin. Ia memang sudah diberitahu oleh Kevin tentang kisah Jasmin semuanya tanpa terkecuali. Tapi, ia ingin mendengar semuanya dari mulut Jasmin.
"Aku dengar Julian sudah memaksanya untuk menandatangani surat cerai. Apa itu artinya kamu bebas dari kelaut Luan?" Jawab Maxwell sambil menyilang kan kakinya.
"Siapa yang memberitahumu?" Tanya Jasmin dengan gemetaran.
"Tentu saja kakek Zen Luan ... Aku sudah bertemu dengannya tadi ... "
"Kenapa kamu menemui nya? " Tanya Jasmkn dengan tatapan yang membulat sempurna.
"Tidak hanya itu, dia juga menceritakan bagaimana kamu dianggap sebagai menantu kesayangan dan di hormati dalam keluarga Luan yang terhormat. Tapi, kamu yang kabur dan tidak pernah mengirim kabar. Apakah itu benar?" Jawab Maxwell lagi.
"Aku tidak mengerti apa yang sedang kamu bahas. Bagaimana dengan kamu? Aku juga mendengar kalau kamu sudah sering makan bersama dengan salah satu artis baru di YM Entertainment. Apakah dia orang yang kamu cintai?" Sahut Jasmin perasaan yang mulai tidak nyaman.
"Tentu saja aku sering bersamanya. " Jawab Maxwell dengan santai.
"Pasti menyenangkan. " Ucap Jasmin dengan pelan. Seketika itu ekspresi wajahnya berubah sendu hingga anak sungai di matanya seakan melompat dari tempatnya.
"Tentu saja! Dia sangat lucu dan menyenangkan. Di tidak cengeng dan memiliki pendirian teguh. Aku menyukainya karena ia bertanggung jawab dan memiliki empati yang luas untuk siapapun."Ucap Maxwell sambil membayangkan wajah lucu dan menggemaskan milik Qiara.
Mendengar pengakuan Maxwell, dada Jasmin langsung terasa sesak dan tangannya mengepal kuat.
Setelah itu ia berdiri dari kursinya, sehingga Maxwell mendongak melihatnya dengan sedikit tersentak, kaget.
"Kalau begitu selamat untuk mu karena sudah menemukan orang yang kamu cintai. Kalau begitu aku pergi dulu, karena akan ada rapat dengan Managerku di apartemen ku." Setelah mengatakan itu, Jasmin berbalik lalu keluar dari ruang pribadi itu sambil meneteskan air mata.
'Jasmin ... Kamu adalah perempuan yang cantik dan baik hati. Oleh karena itu kamu harus menemukan lelaki yang baik dan mencintai kamu. Tidak seperti aku yang tidak memiliki cinta untukmu. Selain itu, aku bukan lelaki yang baik.' Batin Maxwell.
Setelah itu, Maxwell bergegas meninggalkan Bar itu dengan perasan lega.
Ia teringat apa yang Kevin katakan kemarin. Kalau di ingin melindungi Jasmin, dia tidak boleh memberikannya harapan karena itu bisa melukainya.
Keesokan Paginya.
Pesta pernikahan Nathan di gelar sangat mewah. Seluruh media sudah berkumpul sejak pagi tadi hanya untuk menangkap semua momen di perniakhan itu.
Clara sangat bahagia karena akan menikah dengan lelaki pujaannya. Ia seakan melayang di udara. Terlebih setelah semalam ia bercinta dengan Nathan.
Semetara itu, Nathan berdiri di dekat jendela kamarnya sambil menatap ke langit yang berwana biru cerah.
'Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Tapi, aku harus melaluinya dengan senyuman demi lelaki tua itu.'Batin Nathan sambil mengepal tangannya.
Tepat saat itu, ia tersadar dari lamunannya karena bunyi ponselnya yang berisik.
Dengan pelan Nathan menoleh kearah ponselnya. Setelah itu ia mengambilnya lalu menggeser icon berwarna hijau di ponsel pintarnya itu.
"Halo bos!" Sapa seorang lelaki dengan suara berat dari seberang telpon.
"Katakan apa yang ingin kamu laporkan padaku! Karena aku tidak punya banyak waktu untuk bicara!" Acap Nathan sambil duduk di ranjangnya yang dipenuhi oleh bunga-bunga itu.
" Saya ingin melaporkan kalau kebun anggur yang ada di Paris itu sudah berada di tangan tuan Adamson. Saya sudah mengerjakan sisanya sesuai dengan perintah anda."
"Bagus. Lalu, dimana wanitaku sekarang? Apakah kalian sudah menemukan keberadaannya?"Tanya Nathan saat ia mengingat YUMI yang belum juga ia tahu kabarnya.