Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Ada Ampun



Tidak Ada Ampun

3Melihat Maybach itu berhenti, salah seorang pengawal yang berjaga di gerbang menghampiri nya.      

Melihat Maybach itu berhenti, salah seorang pengawal yang berjaga di gerbang menghampiri nya.      

"Anda siapa dan mau cari siapa?" Tanya pengawal itu dengan ekspresi yang mengerikan.     

Maxwell membuka kaca matanya. Setelah itu, ia menoleh kearah pengawal itu.      

Tanpa mengatakan apapun, Maxwell langsung menembak keningnya.     

Bamm .. Bamm .. Bamm ...      

Pengawal itu pun langsung tergeletak ke tanah setelah kena tembakan sebanyak tiga kali.     

Mendengar suara tembakan itu, semua penjaga termasuk ketua mereka berlari menghampiri Maybach Maxwell sambil mengarahkan senjata mereka.     

Tepat saat itu, Maxwell tersenyum licin ketika melihat gerbang terbuka walaupun cuma sedikit.      

Maxwell menginjak gas mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang menggila.      

Suara gerbang yang ditabrak sedikit oleh Maybach Maxwell terdengar sangat keras.      

"Kejar dia ... ! Jangan sampai ia menemui bos!" Teriak ketua pengawal dengan sangat keras.     

Setelah itu, ia menghubungi penjaga yang ada di dalam paviliun itu untuk menahan Maxwell.     

Sayangnya, anak buah Maxwell datang mencegat mereka agar tidak mengejar mobil Maxwell.     

Pertempuran pun terjadi di depan gerbang Paviliun itu.      

Anak buah Maxwell bukanlah pengawal biasa, mereka dilatih untuk menjadi tangguh dan terkuat sehingga mereka tidak bisa dikalahkan.      

Oleh karena itu, semua pengawal termasuk ketua pengawal tuan Jhosep mati di tempat setelah mendapat pukulan dan tembakan beberapa kali pada tubuh mereka.     

"Segera masuk dan lindungi bos!"      

Mereka semua langsung berlari memasuki paviliun itu ketika mendapatkan perintah dari atasan mereka.     

Sementara itu, Maxwell sudah berhenti di depan pintu utama paviliun itu.     

Ia menatap tajam kearah pintu yang di jaga ketat oleh beberapa pengawal tuan Jhosep yang masih tersisa.     

'Tuan Jhosep yang terhormat ... Menyebut namamu membuatku jijik. Hari ini adalah hari terakhirmu hidup, karena darah akan dibalas oleh darah juga. Kamu sudah terlalu tua untuk tetap tersenyum bahagia, sedangkan aku selalu di hantui oleh rasa bersalah ku karena kehilangan wanita yang paling aku cintai.' Batin Maxwell sambil menggenggam erat stang mobilnya.      

"Turun dari mobilmu atau kami akan menembak mu!" Teriak salah satu pengawal tuan Jhosep setelah ia berdiri di samping mobil Maxwell.     

Maxwell kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia tidak merasa takut sedikit pun melihat banyak senjata api mengarah kearahnya.      

"Tembak dia ... " Teriak salah satu dari pengawal itu.      

Mereka semua langsung bersiap untuk menarik pelatuknya.      

Akan tetapi, mereka tidak sempat menarik pelatuknya saat mereka terkena tembakan yang dilepaskan oleh anak buah Maxwell     

Seketika itu mereka semua terkapar dengan berlumuran darah.     

Maxwell bisa melihat anak buahnya dari kaca spion depan. Ia pun tahu kalau mereka adalah kiriman dari Rafael.      

Setelah jalan terbuka, Maxwell menginjak gas lagi dan membawa mobilnya masuk ke dalam rumah dengan menabrak pintu itu.     

Semua pelayan langsung kaget dan segera berlari menyelamatkan diri.      

Setelah mobilnya menerobos masuk, Maxwell pun berhenti lalu keluar dari mobil sambil membawa pistolnya.      

Matanya menyala buas seperti serigala yang siap memakan mangsanya.     

Hari ini, tidak ada Maxwell yang ramah dan selalu tersenyum. Ia berubah menjadi Maxwell si pemburu yang kejam.     

"Lelaki tua ... Keluarlah kamu sebelum aku mengubur kamu hidup-hidup di paviliun ini!" Teriak Maxwell sambil berjalan menelusuri paviliun itu.     

Sayangnya, Tuan Jhosep belum juga muncul. Maxwell pun masih bersabar dan mengulangi perkataannya.     

"Baiklah ... Anggap saja kalau kamu memintaku untuk mengubur mu. " Kata Maxwell dengan lantang.     

Seketika itu, Tuan Jhosep keluar dari persembunyiannya sambil membawa pistol.      

Maxwell tersenyum pahit melihat wajah tuan Jhosep yang menahan rasa takutnya.      

"Sepertinya kamu sudah tahu apa tujuan kedatangan ku wahai lelaki tua yang hina. " Kata Maxwell.     

Tuan Jhosep mengepal tangannya karena tidak terima dikatakan hina. Tapi, ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terbawa emosi.     

"Memangnya apa tujuanmu kesini? Dan kenapa kamu merusak paviliun ku lalu membunuh semua pengawal ku?" Tanya tuan Jhosep dengan lantang.     

Tanpa memberikan jawaban, Maxwell langsung mengarahkan pistol kearah tuan Jhosep yang berdiri tidak jauh darinya.      

Tuan Jhosep mundur beberapa langkah. Tangannya yang memegang pistol bergetar karena sorot mata Maxwell begitu menakutkan.     

"Apakah kamu mau membunuh ku? Tidakkah kamu tahu siapa aku? Aku adalah perdana menteri negara ini. Jika kamu membunuhku maka kamu akan di hukum dengan seberat-beratnya. Tidak hanya itu, kamu juga akan di deportasi ke negara mu. "Kata Tuan Jhosep yang mencoba bernegosiasi dengan Maxwell yang terlihat seperti kesetanan itu.     

"Aku ... Tidak takut. Aku bisa membuat keluargamu hancur dalam hitungan detik. Bahkan, aku bisa memenggal kepalamu saat ini juga atas perbuatan mu yang sudah membunuh wanitaku. Sekarang kamu pilih antara mati di tanganku dengan terhormat atau mati dengan kehinaan!" Kata Maxwell sambil menggertakkan giginya.      

"Apa maksudmu? Siapa yang aku bunuh? Apa kamu punya bukti?" Teriak Tuan Jhosep dengan kaki yang gemetar.     

"Dulu aku tidak punya bukti. Tapi sekarang aku punya bukti, bahkan untuk  dua kejahatan mu. Jika kedua anak mu tahu apakah mereka akan mengampuni kamu? " Tanya Maxwell sambil tersenyum pahit.      

Tuan Jhosep terkejut mendengar perkataan Maxwell. Ia tidak mengerti tentang satu kesalahan yang Maxwell maksud.     

'Kesalahan yang mana lagi yang diceritakan oleh  bajingan Virsen itu? 'Batin Tuan Jhosep dengan panik.     

"Haruskah aku sebutkan dua kesalahanmu yang fatal?" Tanya Maxwell sambil melangkah berjalan mendekati Tuan Jhosep.     

Pistol di tangannya tetap tertuju pada Tuan Jhosep karena ia tahu kalau di tangan kiri tuan Jhosep ada pistol yang menunggu untuk di lepaskan kearahnya.      

Tuan Jhosep mundur sambil bertanya,"Memangnya apa kesalahanku?"      

Maxwell tersenyum pahit karena dia angkat kesal melihat Tuan Jhosep terus berpura-pura.     

Setelah selesai tersenyum, Maxwell menatap tajam kearah tuan Jhosep dan berkata, "Kamu bukan manusia karena jika kamu manusia, kamu tidak mungkin membunuh cucumu sendiri. Sayangnya, bayi yang kamu pikir sudah mati, tapi nyatanya dia masih hidup dan tumbuh menjadi anak yang cerdas. Suatu hari nanti ia akan kembali untuk menghancurkan keluargamu. Jika Nathan tahu tentang anaknya, apa mungkin ia masih memanggilmu Papa?'      

Kaki Tuan Jhosep langsung lemas. Ia kaget mendengar perkataan  Maxwell yang kemungkinan tidak akan membohonginya.      

"Bagaimana kamu bisa tahu?  Bukankah kamu tinggal di  London?" Tanya tuan Jhosep dengan gemetar.     

Akan tetapi, Maxwell tidak langsung menjawab. Ia malah terus mendekat kearah Tuan Jhosep dengan tatapan yang mengerikan.     

"Arggg ... " Teriak tuan Jhosep saat ia di dorong hingga jatuh ke lantai. Setelah itu  tangannya di injak oleh Maxwell.     

'Aku tidak akan membiarkan Maxwell membunuhku hari ini, karena aku harus membuat pelajaran bagi Virsen yang sudah membuat Maxwell terbakar emosi.'Batin Tuan Jhosep sambil menahan rasa sakit di tangannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.