Istri Kecil Tuan Ju

Antara Sedih dan Bahagia.



Antara Sedih dan Bahagia.

1Qiara yang sedari tadi melamun langsung tersadar lalu menatap gelas berisi air putih itu dengan perasaan yang rumit dan kacau.     

"Nyonya, ada apa?" Tanya Bibi Liu dengan cemas ketika melihat Qiara meneteskan air mata lagi.     

Qiara ingin bercerita, tapi ia malu karena Bibi Liu tetaplah orang asing yang tidak boleh mengetahui tentang kehidupan keluarga nya.     

"Terimakasih untuk minumannya! Saya akan ke kamar Zio! " Qiara meletakkan gelas itu lalu beranjak pergi dari hadapan Bibi Liu.     

'Semoga keluarga ini baik-baik saja walaupun badai yang sedang mereka hadapi cukup besar.'Batin Bibi Liu dengan penuh harap.     

Setelah itu, ia bergegas membawa gelas berisi air itu ke dapur.     

Kamar Zio.     

Qiara merangkak naik ke ranjang Zio setelah ia berada di kamar Zio.      

Seketika itu hatinya langsung melembut saat memeluk tubuh mungil yang lembut dan menggemaskan itu.     

'Sayang ... Katakan pada Mama! Apa yang harus Mama lakukan saat ini? Papa mu tidak bisa di hubungi, lalu pada siapa Papa akan meminta penjelasan?' Batin Qiara dengan perasaan yang kacau.     

"Kenapa Tante menangis?"      

Mendengar suara mungil itu, Qiara pun segera menghapusnya air matanya karena ia tidak ingin anaknya tahu kalau dia lagi sedih.      

"Oh astaga ... Sepertinya Mama terlalu mengantuk sehingga mengeluarkan air mata. Maaf ya sayang karena Mama kamu terbangun." Ucap Qiara tanpa sadar sambil tersenyum.     

Ia tidak sengaja menyebut dirinya Mama di hadapan Zio.      

Tentu saja Zio terdiam membisu melihat Qiara yang ada di hadapannya itu.      

"Ada apa sayang? Kenapa kamu terdiam? Apakah ada yang sakit?" Tanya Qiara sambil membelai pipi Zio.     

"Apakah Tante sangat ingin jadi Mama ku?"      

Qiara terdiam mendengar pertanyaan anak lelaki nya yang cerdas itu. Ia pun sadar kalau sedari tadi ia menyebut dirinya Mama.      

Qiara mulai kebingungan harus berkata apa, ia takut akan membuat Zio melarikan diri lalu mencari Ayahnya yang belum pulang. Lebih tepatnya, tidak tahu sedang berada di mana.     

"Tante kenapa diam?" Zio mulai merajuk karena dia tidak sabar menunggu jawaban Qiara.     

Qiara pun menarik nafas dalam, ia berpikir kalau ini mungkin sudah saatnya dia jujur pada Zio sebelum semuanya terlambat.      

Ia juga tidak tahu bagaimana akan nasib rumah tangganya jika semua yang dia temukan malam ini adalah kebenaran.     

"Khem ... Apakah Zio mau punya Mama seperti tante?" Sebelum berkata jujur, Qiara mencoba menanyakan apa yang Zio inginkan dari dirinya.      

"Iya."     

Qiara terkejut mendengar jawaban polos anak lelaki nya itu. Walaupun hatinya sedang berada dalam kebingungan, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat mendengar jawaban putranya itu.     

"Apa kamu sungguh-sungguh? Zio mau punya Mama seperti tante?" Tanya Qiara sekali lagi untuk memastikan apa yang dia dengar.     

"Iya. Walaupun Tante tidak melahirkan aku, tapi aku suka sama Tante karena Tante tidak jahat seperti Mama kandung Zio yang sudah meninggalkan Zio dari kecil. Oleh karena itu, jangan tinggalkan Zio setelah Tante jadi Mama Zio mulai malam ini." Jawab Zio dengan jujur.     

Entah mau tertawa atau menangis, Qiara tidak tahu harus memilih yang mana. Di satu sisi, ia sangat senang kalau Zio mau menerimanya sebagai Ibunya. Tapi, bukan ibu kandung melainkan ibu sambung karena ia membenci ibu kandungnya.      

"Zio ... Apakah kamu tidak mau memaafkan Mama yang sudah melahirkan kamu? Dia sudah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu. Jadi, kamu tidak boleh membencinya dan harus belajar memaafkannya." Qiara mencoba memberikan nasehat bijak kepada Zio agar ia mau melembutkan hatinya untuk memaafkan orang yang dia benci.     

"Ini keputusanku sejak dulu. Jadi, aku tidak mudah merubahnya. " Setelah mengatakan itu, membalikkan badannya membelakangi Qiara.      

Setelah itu ia memejamkan matanya dengan paksa karena ia selalu marah saat mendengar siapapun membahas soal Mama kandungnya.     

Qiara pun menangis tanpa suara karena Zio belum juga melembutkan hatinya. Ia senang karena Zio mau menerima keberadaan sekarang ibu. Tapi, ia terluka saat Zio belum mau merubah keputusannya.      

'Julian ... Kamu dimana? Kenapa kamu tidak bisa dihubungi? Perasaanku tidak tenang.'Batin Qiara sambil menatap.kayar ponselnya.      

Qiara terus menunggu panggilan telpon dari Julian. Ia pun bertekad tidak akan tidur sampai Julian pulang. Kini Qiara memilih duduk sambil membelai rambut Zio.     

Semenatara itu, malam semakin larut.      

Setelah mengantar Julian ke rumah sakit tanpa memberitahu keluarganya, Maxwell menghabiskan malamnya di sebuah club eksklusif yang member hanyalah orang-orang dari perusahaan besar dan para pewaris kaya.     

Maxwell sendiri sudah menjadi member di club ini sejak lama. Namun, identitas nya disembunyikan oleh Pemilik Club.     

"Bos, saya sudah mengurus perawatan tuan Ju. Sekarang dia sedang di tangani oleh dokter secara diam-diam." Kata Rafael.     

"Bagus. Bagaimana dengan orang yang sudah menggunakan nama Julian untuk membeli kebun anggur di Paris. Apakah kamu sudah menemukannya?" Maxwell menatap tajam kearah Rafael.     

"Belum tuan. Oh iya, tuan Edward akan segera datang ke kota A untuk menandatangani perjanjian itu dengan anda sehingga JJ Grup akan kehilangan satu klien besar nya."     

"Kau percaya dengan omong kosong manusia yang bernama Edward? Dia itu sama saja dengan tua Bangka Jhosep. Oleh karena itu, segera akuisisi perusahaannya, karena saya tidak sebaik itu untuk mentolerir kebohongannya." Kata Maxwell sambil memutar-mutar gelas winennya sebelum menyesapnya.     

Rafael pun langsung mengangguk karena ia tidak ingin bosnya sampai marah.     

"Baik, bos."     

"Bagus. Sekarang aku ingin beristirahat disini karena aku lelah meminum darah kotor para pecundang itu. Jadi, jangan biarkan siapapun menggangguku."     

Setelah mengatakan itu, Maxwell bersandar di kursinya, lalu memejamkan matanya.     

Rafael kembali mengangguk, setelah itu ia keluar dari ruangan Maxwell.     

Tepat saat itu, Maxwell teringat dimana pertama kalinya ia bertemu dengan gadis lugu yang berhasil mencuri hatinya hingga gadis itu mati.     

'Vania ... Apakah kamu sudah melihat nya dari atas sana? Aku sudah membuat Jhosep ketakutan, dan mulai besok aku akan membuatnya hidup seperti di neraka. Ia harus membayar semua yang dia lakukan padamu. Dan soal adikmu, aku akan merebutnya dari tangan Julian. Tenang saja, aku akan menjaga dan mencintainya seperti aku mencintaimu.'Batin Maxwell.     

Setelah membatin, Maxwell membawa ingatannya kembali ke beberapa tahun lalu hanya untuk menemukan gadis yang dia cintai.     

Flash Back.     

Malam itu sangat dingin, Maxwell tampak terburu-buru memasuki Lift yang akan membawanya menuju kamar apartemen nya.     

Setelah meletakkan telapak tangannya di sensor lift, pintu lift pun terbuka kemudian Maxwell masuk ke dalamnya.     

Dan saat pintu lift nyaris tertutup, tangan seseorang menahannya hingga pintu itu terbuka lagi. Maxwell membiarkan orang itu masuk selama tidak mengganggu pandangan matanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.