Istri Kecil Tuan Ju

Yang mengkhawatirkan.



Yang mengkhawatirkan.

1Untuk sesaat Rafael terdiam. Ia mencoba mengingat-ingat siapa saja wanita yang diperhatikan oleh bosnya.      

"Ada satu wanita. Tapi, dia tidak mirip dengan nona Vania. Bahkan, gadis itu dengan nona Vania sangat berbanding kebalik. Dan kabar buruknya adalah, dia sudah menikah dan selalu menolak bos" Jawab Rafael setelah mengingat bosnya sedang mengejar cinta Qiara.     

"Sepertinya kita bisa meminta bantuan perempuan itu untuk menyembuhkan Maxwell secara total. Aku akan memikirkan caranya dan kamu tolong bujuk perempuan itu. Kalau bisa kamu minta izin ke suaminya. " Kata Felix sambil tersenyum.     

Rafael kembali terdiam karena ide Felix sangat tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia meminta bantuan kepada Julian yang merupakan musuh bosnya. Selain itu, Julian tidak mungkin membiarkan istrinya untuk berdekatan dengan Maxwell.     

"Itu mustahil." Ucap Rafael dengan ekspresi sedih.     

Felix mengerutkan dahinya karena bingung mendengar perkataan Rafael.     

"Kenapa bisa mustahil? Jika mereka tidak mau, kamu bisa menawarkan bayaran yang banyak kepada mereka. Bukankah bos YM Grup terkenal tampan dan kaya raya? Siap tahu perempuan itu berubah pikiran lalu meninggalkan suaminya demi menikah dengan Maxwell." Kata Felix dengan mudahnya.      

Rafael tersenyum kecut mendengar ide Felix yang sangat lucu. Jika pun semudah itu, tentu Saja Maxwell tidak akan seperti ini.      

"Kenapa kamu tersenyum? Apakah ide ku buruk?" Tanya Felix dengan bingung.      

"Tidak buruk jika itu dari kalangan orang biasa. Tapi, perempuan yang bos kejar itu adalah wanita milik tuan Ju yang merupakan saingan romantisnya saat memperebutkan nona Vania. Jadi, bagaimana aku bisa melakukannya? " Jawab Rafael sambil menatap Felix dengan penuh arti.      

Seketika itu, Felix terkejut. Pikirannya mendadak kosong karena tidak menemukan satu ide bagus untuk urusan ini. Karena dia juga tahu siapa Tuan Ju dan seperti apa kisah cinta segitiga yang berkahir tragis itu.      

"Kalau begitu, jauhkan gadis itu dengannya!" Kata Felix setelah lama berfikir.      

"Itu pun mustahil." Rafael menunduk sedih karena ia tidak mungkin bisa menghalangi Maxwell untuk menemui Qiara.     

"Kalau begitu kita cari cara lain. Ya sudah, aku akan pergi sekarang. Kalau dia belum kembali sadar, telpon saja aku!"      

"Iya. " Setelah itu, Felix segera pergi karena kepalanya terasa pusing memikirkan jalan keluar untuk Maxwell padahal ini adalah tahun ke tujuh dari kematian Vania.     

Semetara itu, Rafael segera pergi ke dapur untuk membuatkan makanan kesukaan bos nya. Karena biasanya Maxwell hanya ingin masakannya disaat ia merasa sedang tidak enak badan.     

Ruang kerja Julian.     

Diwaktu yang sama, Julian tersentak kaget dari tidurnya. Seketika itu, ia berlari menuju ruang rahasia dimana dia menyimpan semua tentang Vania.     

Setelah sampai di ruangan itu, Julian pun  segera menemukan satu kotak besar yang berwarna merah.      

Ia langsung membukanya setelah menemukan kotak itu.     

Di dalam kotak itu, ia menatap tajam kearah amplop surat berwarna merah muda. Seketika itu tangannya gemetaran ketika membuka surat itu.     

'Vania ... Ada apa denganmu? Kenapa kamu menemui ku sambil membawa surat ini? Apakah kamu ingin aku memberikannya pada Qiara? Aku tidak sanggup kehilangan dia. 'Batin Julian sambil meneteskan air mata.      

Surat itu di tulis pada malam keesokan nya Vania meninggal. Seakan memiliki firasat ia tiba-tiba menulis surat itu yang ditujukannya kepada adiknya.     

"Arggg ... " Julian berteriak sambil memuk meja di depannya.      

Ia tersiksa dengan keberadaan surat itu. Ia ingin menghadirkannya tapi tidak bisa. Bayangan kemarahan di wajah Vania selalu terlintas di benaknya.     

"Vania ... Tidak bisakah kamu membiarkan aku menebus kesalahanku padamu dengan membuat adikmu bahagia? Kami sudah memiliki anak dan kami saling memcintai. Jadi, aku mohon biarkan aku membuang surat ini dan jangan datang lagi!" Teriak Julian.     

Ia lalu merosot kelantai sambil menangis. Kembalinya Maxwell dan sangat dekat dengan Qiara membuat Julian merasa cemas dan marah.     

Ia tidak mungkin mengikuti kemauan Vania di surat itu.      

Meskipun ia tahu kalau  tidak seharusnya dia begini, tapi hatinya tetap saja bagaikan ditekan oleh gunung besar, terasa tertekan, sedikit sesak selama surat itu masih ada di tangannya.     

Kisah cintanya dengan Vania terlalu indah untuk dilupakan. Gadis bermata indah itu selalu menenangkan hatinya. Ia sudah berjanji akan menikah dengannya saat ia kembali. Namun, ia harus menerima kenyataan saat Vania memilih bersama Maxwell. Walaupun begitu, ia tidak pernah percaya kalau Vania tidak lagi Mencintainya. Karena ia tahu bagaimana Vania mencarinya.     

Walaupun Vania  cuek terhadapnya, ia  tetap tidak menyerah, dan tetap terus berusaha mendekatinya, berusaha membuat Vania kembali padanya sehingga ia dan Maxwell terus saling membenci.     

Kecelakaan itu telah merenggut kebahagiaannya, terlebih saat ia mengetahui kalau kecelakaan itu tercatat hanya menewaskan satu orang. Sedangkan dirinya tersadar satu bulan setelah nya dan menemukan dirinya berada di salah satu rumah sakit di Amerika.     

Ia semakin merasa bersalah saat ia harus berpura-pura untuk tidak mengetahui soal kecelakaan itu dengan alasan sedang melakukan perjalanan bisnis.      

Nasi sudah menjadi bubur, wanita yang paling dia cintai itu sudah menjadi tanah yang tersirami air matanya setiap kali ia datang untuk Ziarah.     

"Bagaimana kalau Vania tahu kalau hari itu sebenarnya Vania kecelakaan bersamaku? Terlebih, jika ia membaca surat yang asli dari Vania? Akankah ia membenci lalu meninggalkan aku lagi?"      

Julian terus bertanya-tanya pada dirinya karena ia tahu kalau ia tidak mungkin akan menyimpan rahasia ini terlalu lama, apalagi kalau Maxwell mengungkit kembali tentang kecelakaan itu dan tahu kalau Qiara adalah adik dari Vania.      

Tepat saat itu, suara ponselnya berbunyi dan itu dari Andi.     

Julian pun menyeka air matanya, setelah itu ai menerima panggilan dari Andi.     

"Hallo?" Sapa Julian terlebih dahulu setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Halo bos, saya sudah menemukan siapa orang yang sudah membeli kebun anggur itu atas nama JJ Grup." Kata Andi.     

Julian pun langsung meletakkan semua barang-barang Vania di dalam kotaknya. Tapi ia lupa untuk mengembalikannya ke tempatnya semula. Setelah itu ia kembali ke rumah kerjanya dan duduk di kursinya yang biasa.     

"Katakan siapa orangnya!" Ucap Julian setelah ia menemukan posisi nyamannya.     

"Orang itu menggunakan kode Mr. X. Sepertinya ia tahu banyak tentang rahasia JJ Grup. Tapi, aku belum bisa menemukan siapa Mr. X itu." Kata Andi dengan sedikit menyesal.     

"Baiklah, aku mengerti." Setelah mengatakan itu Julian menutup telpon.      

Ia tidak ingin bicara lebih banyak lagi dengan Andi karena ia harus mengkonfirmasi kecurigaannya terhadap Papa nya.     

Selain itu, ia juga harus mencocokan data yang Kevin berikan dengan penjelasan Papa nya agar ia tidak sampai salah dalam mengambil keputusan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.