Istri Kecil Tuan Ju

Dua Masalah.



Dua Masalah.

2Qiara pun hanya diam mendengarkan Omelan Aurel karena ia tahu kalau dirinya salah.     

Akan tetapi Aurel tidak bisa melanjutkan omelan nya karena Qiara terlihat sangat patuh.     

Karena CEO Eric sudah pergi, mereka pun segera kembali ke kantor karena Aurel menerima pesan kalau Kevin sudah kembali.     

YM Entertainment.     

Tidak lama kemudian, mereka berdua sampai di YM Entertainment.     

"Kamu pergi ke ruangan Kevin terlebih dahulu karena aku mau ke toilet sebenatar!" Kata Aurel dengan ekspresi yang rumit.     

"Baiklah." Setelah mengatakan itu, Qiara pun bergegas pergi menuju ruangan Kevin karena ia juga ingin bertanya tentang Natalie yang tiba-tiba menghilang.     

Tepat saat ia sampai di depan ruangan Kevin yang pintunya terbuka. Seketika itu ia melihat Kevin duduk di tempat kursinya sambil memejamkan matanya.     

Kevin terlihat duduk dengan santai, dasinya sedikit melonggar, meskipun bajunya berantakan, tapi tetap tidak terkesan berpenampilan tidak sopan, segala sikap dan pergerakannya tidak menghilangkan aura dewasa dan ketampanannya.     

Melihat Kevin sedang beristirahat, Qiara pun memutuskan untuk menunggu Aurel tanpa masuk ke ruangan Kevin.     

Sesaat kemudian.     

"Qiara ... Kenapa kamu masih di luar?"tanya Aurel yang sudah selesai dari toilet.     

Qiara pun tersadar lalu melihat Aurel dengan ekspresi kaget.     

"Aku tidak enak mengganggu pak Kevin. Sepertinya dia sangat lelah sehingga aku memutuskan untuk menunggu kakak disini agar kita bisa masuk bersamaan!" Jawab Qiara.     

Aurel pun terdiam, setelah itu ia segera mengintip dari balik pintu.     

'Ada apa dengan Kevin? Tumben sekali ia tertidur di ruangannya. Apakah dia sedang menghadapi masalah berat?' Batin Aurel setelah melihat Kevin tertidur.     

"Sebaiknya kita temui dia nanti saja. Kalau begitu, kamu boleh istirahat!" Ucap Aurel yang juga tidak mau mengganggu Kevin.     

"Baiklah!" Qiara pun segera pergi dari hadapan Aurel.     

Setelah itu, Qiara masuk ke toilet untuk menghubungi Julian karena dia sangat khawatir padanya.     

Toilet.     

Setelah menunggu lama, akhirnya Julian menerima panggilannya.     

"Julian ... Bagaimana dengan kak Jasmin?" Tanya Qiara lebih dulu.     

"Aku sudah membereskannya. Jadi, kamu tenang saja. Sekarang, kami sedang berada di perjalanan menuju rumah Papa untuk menemui Nathan. Semoga Papa mau melepaskan Nathan." Jawab Julian dengan suara yang lembut.     

"Aku juga begitu. Tapi, ada dua masalah sekarang yang membuatku terganggu." Kata Qiara sambil duduk di atas closed duduk yang tertutup itu.     

"Apa itu sayang? Katakanlah agar aku bisa menyingkirkan masalah itu!" Suara Julian mulai berat karena ia paling tidak suka mendengar Qiara berada dalam satu masalah.     

"Apakah kamu tahu tentang wawancara Helena? Dia menyebut tentang wasiat Kakak Vania. Aku cuma khawatir hubungan kita terbongkar dan berimbas pada mental Zio. Dan yang kedua, kak Yumi tidak bisa di hubungi. Kabar terkahir yang aku dengar adalah ibunya meninggal beberapa hari yang lalu. Setelah itu, ia menghilang seperti ditelan bumi. Oleh karena itu, bisakah kamu mengurus keduanya?" Kata Qiara dengan suara lemah karena dia benar-benar khawatir.     

"Kamu tenang saja! Aku akan membereskan semuanya!"     

"Baiklah, aku akan kembali bekerja lagi. Oh iya, hari ini aku pulang lebih awal. Aku akan masak buatmu dan Zio. Apakah kamu bisa memberitahuku tentang makanan kesukaan Zio?" Ucap Qiara dengan penuh semangat.     

"Tentu saja. Aku akan pulang lebih cepat. Sekarang, aku akan kirim menu kesukaan Zio." Setelah itu obrolan mereka berakhir dan Julian langsung mengirim menu dan makanan kesukaan Zio sambil tersenyum.     

Jasmin tersenyum melihat Julian yang terlihat aneh setelah bicara dengan Qiara.     

"Sepertinya kamu sangat mencintainya." Kata Jasmin tiba-tiba.     

Julian langsung menoleh kearah Jasmin setelah mendengar pertanyaannya. Ia tersenyum lalu berkata,"Bukan sangat mencintainya, tapi aku tidak bisa hidup tanpa dia."     

Jasmin tercengang dengan pengakuan Julian yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun penasaran kenapa adiknya sangat mencintai perempuan seperti Qiara.     

"Apa yang dimiliki perempuan itu sehingga kamu bisa begitu mencintainya! Bahkan, tidak bisa hidup tanpa dia. Apakah dia sudah menyelamatkan hidupmu?" Tanya Jasmin dengan penasaran.     

Julian tersenyum.     

"Kenapa kamu hanya tersenyum? Apakah kamu hanya asal bicara saja?" Jasmin tidak sabaran menunggu jawaban Julian karena ia merasa iri pada Qiara yang bisa dicintai segila itu oleh lelaki semacam Julian yang kaku, mengerikan serta tidak memiliki ampun saat ia marah.     

Tapi, Qiara sudah pernah menyakitinya bahkan meninggalkannya selama bertahun-tahun. Namun, sikap Julian pada Qiara tidak berubah sedikitpun bahkan cintanya semakin gila pada perempuan seperti Qiara.     

"Aku juga tidak tahu kenapa aku begitu mencintainya. Dia bukan Vania yang lemah lembut bahkan dia dan Vania ibarat langit dan bumi. Tapi, saat bersama dia aku bis melihat pelangi dengan jelas." Jawab Julian sambil tersenyum.     

Jasmin terdiam, ia semakin iri pada Qiara. Oleh karena itu ia tertarik untuk mengenal Qiara lebih dalam. Karena dulu, dia tidak sempat berkenalan dengan Vania karena terlalu membenci Julian yang dia pikir memiliki sifat yang sama dengan Papa nya.     

"Aku berharap bisa menemukan lelaki yang mencintaiku seperti kamu mencintai Qiara." Kata Jasmin dengan penuh harap.     

Julian pun langsung memegang tangan kakaknya sambil tersenyum ia lalu berkata, " Kakak adalah gadis yang cantik dan baik hati, aku yakin kalau kakak pasti akan menemukan lelaki yang mencintai kakak dengan tulus."     

"Terimakasih!" Jasmin merasa memiliki teman sekarang.     

Sebenarnya Jasmin adalah perempuan yang tertutup, ia tidak mempercayai yang namanya tekan setelah salah seorang teman baiknya mengkhiantinya.     

Akan tetapi, sekarang ia mulai membuka hatinya untuk percaya pada orang lain. Terutama Julian dan Qiara. Walaupun ia belum sepenuhnya bisa bersikap layaknya kakak pada Julian, tapi ia berharap bisa melakukan yang seharusnya dilakukan oleh seorang kakak pada adiknya.     

Sementara itu, Maxwell sudah sampai di markasnya. Ia melihat Rafael sudah berdiri di depan pintu untuk menyambut kedatangannya.     

"Dimana mereka?" Tanya Maxwell sambil menatap tajam kearah pintu.     

"Mereka sudah berada di dalam. Saya terpaksa memukul mereka karena mereka sempat melawan." Jawab Rafael dengan sedikit gugup.     

"Aku mengizinkan kamu untuk membunuhnya jika mereka memang sudah diberitahu. Intinya mereka sudah ada disini." Ucap Maxwell.     

Setelah itu ia bergegas masuk ke dalam karena ia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk memberikan mereka peringatan yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup mereka.     

Melihat kedatangan Maxwell, empat lelaki yang merupakan pengawal Daniel itu terlihat sangat ketakutan. Mereka kenal Maxwell karena mereka sudah pernah hidup dalam dunia kegelapan bersama Mafia kelas kakap.     

"Apa kalian tahu kenapa aku membawa kalian kesini?" Tanya Maxwell setelah ia duduk di hadapan empat orang itu.     

Mereka berempat langsung menggelengkan kepalanya karena mereka memang tidak tahu. Rafael sengaja tidak memberitahu apa kesalahan mereka karena itu akan menjadi urusan bosnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.