Perempuan Yang Menyebalkan.
Perempuan Yang Menyebalkan.
Kevin sedikit bengong karena tarik ke hadapan Claudia secara tiba-tiba. Melihat wajah dingin Claudia, Kevin merasa ingin menggali lubang besar untuk bersembunyi karena terlalu malu.
'Sahabat macam yang sudah menyodorkan sahabatnya kearah orang yang tidak dia suka. Dan dia tahu betul kalau aku sangat membenci bertemu dengan Claudia.
Kevin sangat berharap dia tidak akan bertemu dengan Claudia untuk seumur hidupnya lagi.
Tindakan Maxwell sudah mempermalukan dirinya.
Mendengar perkataan Maxwell, Claudia pun langsung mengalihkan tatapan matanya dari wajah Maxwell ke Kevin. Setelah itu Claudia menurunkan pandangan matanya, melihat Kevin dengan tatapan arogan. Seketika itu Kevin menyadari aura meremehkan yang sekilas terpancar dari mata Claudia.
Tangannya Kevin pun kembali mengepal membentuk tonjokan.
'Kenapa ekspresi nya terlihat datar saja? Apakah dia tidak mengingatku?' Batin Kevin dengan bingung.
Benar-bebara tidak ada ekspresi apa pun di wajah Claudia, tatapan matanya pun sangat datar, dia bersikap seakan-akan tidak mengenal Kevin.
"Tuan muda Max, maafkan saya karena saya harus segera pergi karena aku masih ada urusan, aku pergi dulu!."
Setelah mengatakan itu, Claudia angsung membuka pintu mobil, lalu membungkuk untuk masuk.
Setelah itu, dengan kecepatan tinggi, mobil Claudia melaju sangat kencang.
"Gadis itu masih saja sama seperti dulu, arogan dan sombong. Sepertinya dia menyukai sesama jenis makanya dia tidak pernah tertarik dengan kamu. " Maxwell masih saja menggoda Kevin karena ia senang melihat Kevin marah atau kesal.
"Itu bukan urusanku. Sebaiknya kita segera masuk atau pulang karena aku tidak mau berdiri lama-lama disini." Kata Kevin dengan ketus.
"Oke." Maxwell pun kembali menggandeng tangan Kevin untuk masuk.
Walaupun Kevin merasa risih, tapi ia tidak menolak perlakuan Maxeell ke padanya.
'Setiap masa lalu tidak akan pernah hilang, akan selalu ada masa dimana ia datang menghantui. Tapi, biarkanlah ia hidup hanya dihari itu, jangan bawa lagi kembali di hari ini karena itu sangat melelahkan.'Batin Maxwell.
Keesokan paginya.
Jasmin pamit untuk pergi lebih dulu karena dia sudah di jemput oleh asistennya.
Hari ini dia menyetujui untuk bertemu lara fansnya di kota A setelah puluhan kali dia diminta untuk hadir. Ia berpikir tidak akan buruk jika dia menyapa fans setia nya yang sudah mendukungnya hingga akhir.
"Nona Jasmin ... Nona Jasmin ... " Seru ribuan Fans nya yang sudah memadati tempat itu sejak pagi. Mereka tampak antusias melihat Jasmin keluar dari mobilnya.
Jasmin pun langsung melambaikan tangannya sembari memamerkan senyum termanisnya ke arah Fans setianya.
Setelah itu, Jasmin berjalan anggun menuju pintu masuk. Ia berhenti sebentar ketika berada di atas tangga pertama.
"Jasmin ... !"
Mendengar namanya di panggil dengan suara akrab itu, Jasmin lun menoleh kearah orang itu. Seketika itu, ia tersenyum saat melihat seorang lelaki berperawakan tinggi dan memiliki senyum manis sedang melambaikan tangannya diantara ribuan fansnya. Jasmin pun langsung melambai sembari turun dari tangga, lalu berlari menuju lelaki itu.
Setelah itu, Jasmin pun memeluk lelaki itu dengan erat.
"Hei.. Ada apa? Kenapa tiba-tiba memelukku seperti ini? Tidakkah kamu bisa melihat begitu banyak pasang mata sedang memperhatikan kita. Termasuk wartawan." Ucap lelaki itu seraya melepaskan pelukan Jasmin.
"Aku merindukanmu Max. Aku ingin semua orang tahu kalau kita dekat." Ucap Jasmin dengan ekspresi yang sendu.
Maxwell pun tersenyum tipis. Ia mengusap pelan rambut Jasmin. Seketika itu, Jasmin kembali memeluk Maxwell dengan erat.
Semua Fans Jasmin langsung bertepuk tangan. Sementara itu, para wartawan tidak berani mengambil adegan itu karena mereka tahu siapa Maxwell.
Terlalu berat jika mereka harus berurusan dengan orang seperti Maxwell yang mengerikan. Itulah sebabnya mereka memilih untuk menayangkan yang lain.
"Jasmin ... Lepaskan karena kamu harus segera masuk untuk menyapa semua fansmu. Jangan memelukku terus karena itu hanya akan mengundang gosip baru." Kata Maxwell sambil melepaskan pelukan Jasmin dengan sedikit kekuatan.
"Orang-Orang sedang melihat Kita" Bisik Maxwell lagi ketika Jasmin bertahan dalam pelukannya.
"Maaf .." Jasmin akhirnya melepaskan pelukannya sembari merasa bersalah.
"Apa Kau besok ada waktu? Aku ingin mengajakmu pergi?" Tanya Jasmin yang ingin sekali menghabiskan waktu berdua dengan Maxwell.
Seketika itu Maxwell
berpikir sejenak. Sedetik kemudian Ia mengangguk cepat karena ia tidak ingin melihat Jasmin kecewa.
Semalam Kevin sudah menjelaskan semua tentang Jasmin dan Daniel. Itulah sebabnya dia ingin membuat Jasmin bahagia untuk melupakan rasa sakit dan kesedihannya.
"Aku akan menjemputmu nanti sore, bagaimana?" Tanya Jasmin dengan antusias tanpa memperdulikan begitu banyak pasang mata yang melihatnya.
'Aku datang untuk menghiburmu sebagai seorang teman, oleh karena itu aku tidak mungkin menolak mu. 'Batin Maxwell sambil tersenyum kearah Jasmin.
"Baiklah" Maxwell hanya bisa mengangguk karena ia tidak memiliki pilihan selain menyetujui permintaan Jasmin.
Maxwell memperbaiki topinya agar tidak sampai jatuh karena semua orang akan mengenalnya jika ia melepas topinya.
"Kalau begitu, apakah kamu mau mendampingiku bertemu dengan para fansku?" Tanya Jasmin lagi dengan harap-harap cemas.
Jasmin tidak ingin melepaskan orang yang dia cintai apapun alasannya, bahkan dia rela melakukan apapun asalkan ia bisa memilikinya Karen ia terlalu lelah dengan drama yang menyakitkan dalam hidupnya.
Oleh karena itu, ia ingin memperkenalkan kepada seluruh orang bahwa Maxwell adalah miliknya. Terlepas dari siapa Maxwell, Jasmin tetap menganggapnya orang yang baik.
"Sebenarnya Aku mau, tapi Aku harus ke kantor untuk menyelesaikan masalah. Mungkin lain kali saja. " Jawab Maxwell sambil mengacak-acak rambut Jasmin dengan pelan.
Seketika itu Jasmin cemberut karena ia sudah susah payah menata rambutnya, ujung-ujungnya di buat berantakan oleh Maxwell.
"Bagaimana kalau kau datang ke kantormu setelah acara ini selesai?" tanya Jasmin setelah merapikan rambutnya kembali.
"Tidak perlu, lebih baik kamu pulang saja setelah acara mu selesai, agar kamu bisa istirahat dan kita enak waktu jalan-jalan nanti. Bagaimana?" Kata Maxwell yang berusaha untuk membuat Jasmin tidak Sampai berharap banyak padanya
"Baiklah, sampai jumpa nanti sore!" Jasmin langsung mengangguk karena dia mengerti bagaimana kesibukan Maxwell.
Maxwell pun tersenyum sekilas lalu pergi meninggalkan Jasmin yang terus melambaikan tangannya sampai Sosoknya tak terlihat lagi.
"Nona Jasmin ... " Mendengar suara asistennya, Jasmin bergeming. Ia terus menatap lurus di tempat dimana sosok Maxwell tersenyum kepadanya.
"Hey ... Nona Jasmin ..." Asistennya langsung menepuk bahunya untuk menyadarkannya.
Seketika itu, Jasmin tersentak kaget dan menatap asistennya dengan raut wajah yang sarat akan keterkejutan aneh yang sulit diartikan.
"Kenapa kamu menepuk bahuku?" Tanya Jasmin dengan heran.