My Coldest CEO

58| Romantic Chef



58| Romantic Chef

1Part Bara (Chef) yang berada di mansion Leo.     

Untuk yang penasaran dengan sedikit kisah dari Bata, silahkan di baca and happy reading ya!     

//     

Derap langkah kaki besar yang menyeimbangkan sesuatu di tangannya mulai berjalan ke arah sebuah pintu yang merupakan ruangan paling tidak boleh di sentuh siapapun kecuali si empunya. Lain halnya dengan ia yang sudah diizinkan oleh sang pemilik, akhirnya mengetuk pintu supaya terlihat lebih sopan.     

Tok     

Tok     

Tok     

Setelah tiga kali mengetuk pintu dan ia yakin jika Leo tidak akan mendengarkannya karena laki-laki itu berada di dalam ruangan lainnya di kamar ini, akhirnya ia menarik ke bawah gagang pintu supaya bisa masuk ke dalam dan menaruh mushroom creamy soup dan segelas minuman yang di racik sendiri oleh bartender di mansion ini.     

Tiba-tiba saja, sebagai seorang laki-laki dengan pendengaran yang kuat ia sangat paham jika di dalam ruang kerja Tuan rumahnya 'terjadi sesuatu'. Namun tidak ingin ambil pusing karena itu adalah privasi, ia lebih baik menyusun apa yang tadi di pesan Leo ke atas nakas.     

"Selesai," gumamnya tersenyum puas.     

Menjadi koki di mansion ini adalah sebuah anugerah yang hadir di hidupnya, kenapa? karena bersama dengan Leo ia hanya bekerja di waktu-waktu tertentu saja, misalnya sarapan, makan siang, dan makan malam. Dan sebagai kerjaan tambahan ya seperti ini, jika Tuan atau Nona yang berada di rumah ini bahkan Tuan muda sekalipun meminta makanan secara mendadak dengan senang hati ia buatkan.     

Belum lagi kerjaan yang tidak terlalu melelahkan, di gaji dengan jumlah nominal uang yang terlampau tidak main-main. Padahal, dulu ia sempat menolak Leo yang memberikan gaji $1000 per bulannya. Tapi dengan sangat mulia laki-laki itu berkata;     

'Saya mau semua kecukupan kamu dan keluarga terpenuhi, kebetulan saya memiliki uang yang sudah lebih dari cukup. Jadi, seribu dolar untuk menggaji dirimu bukanlah masalah yang besar.'     

Dengan sangat sopan, Bara langsung keluar dari dalam kamar tersebut dan kembali menutupnya dengan rapat. Ia tahu kalau sang Tuan rumah dan Nona cantik itu sedang.. ah jangan di bahas! masih banyak pekerjaan yang harus segera di selesaikan pada saat ini juga.     

Melangkahkan kembali kakinya menuruni deretan anak tangga, tangannya masih memegang tray yang tadi dipergunakan untuk membawa makanan dan segala peralatan makan ke Leo.     

Sudah sampai di dapur, ia menaruh tray pada tempat semula. Menatap meja dapur, ada bekas peralatan kotor yang tadi ia pakai dan belum sempat ia bersihkan karena harus membawakan permintaan Leo terlebih dahulu.     

Mengambil kitchen towel, niatnya ingin membersihkan meja dapur nanti lantainya baru ia pel karena masih daerah kerjanya tak baik menyuruh maid untuk membersihkan apa yang menjadi tanggung jawabnya.     

Drtt ..     

Drtt ..     

Drtt ..     

Ponselnya yang selalu berada di balik saku masaknya pun bergetar, ia menunda aktifitas yang ingin dilakukan dan beralih untuk melihat benda pipih yang kini di layarnya sudah terdapat nama Fallen dengan emoticon love merah. Menaikkan sebelah alisnya karena tidak biasanya sang istri menelepon apalagi di jam kerja seperti ini.     

Menyeret tombol hijau untuk mengangkat panggilan, lalu menempelkan ponselnya ke daun telinga. "Halo sayang, ada apa?" tanyanya sambil menepi ke arah dinding dan menyandarkan tubuhnya di sana supaya lebih nyaman bertelepon.     

Di seberang sana terdengar suara kekehan kecil, tak lupa juga dengan suara seorang malaikat yang menjadi buah hatinya. "Hai Dad, ini aku. Apa nanti Daddy pulang cepat? aku punya hadiah kecil untuk mu." suara di seberang sana langsung saja menabur kerinduan di lubuk hatinya yang kian menghangat.     

"Hai putri kecil Daddy yang sangat disayangi, memangnya hadiah kecil apa?" tanyanya sambil mengulum sebuah senyuman geli, mengingat apa yang akan di lakukan putri kecilnya itu.     

"Aku mau... makan malam sama Daddy, apa itu bisa? rasanya kangen sekali inget Daddy jarang pulang dan aku juga Mommy sudah makan duluan."     

"Iya nanti ya kalau Tuan besar sudah tidak membutuhkan bantuan Daddy untuk memasak menu makan malam lagi,"     

"Curang, kan Tuan besar berarti sudah besar. Apa masih memerlukan jasa Daddy lagi untuk memasak makanan?"     

Deretan kalimat yang terdengar lugu dan polos membuat Bara terkekeh. Ini adalah salah satu dari sekian ribu alasan ia menginginkan seorang putri dari darah dagingnya sendiri. "Hei, Tuan besar kan sibuk alangkah baiknya Daddy membantu. Lagipula Daddy kan di gaji untuk memenuhi kebutuhan kamu sama Mommy, iya kan? kalau Daddy gak bekerja memangnya kamu mau makan apa? nanti siapa yang bisa membelikan kamu baju bagus dan mainan, hm?" tanyanya dengan nada sangat lembut, khas seorang laki-laki yang sangat sayang pada putri kecilnya.     

"Kalau begitu, janji untuk malam ini pulang tepat waktu di jam makan malam oke? atau... aku marah sama Daddy, bye!" seru putri kecilnya di seberang sana. Mungkin hanya gertakan anak kecil yang sama sekali tidak serius untuk marah dengan dirinya.     

Tiba-tiba saja terdengar suara kaki yang berlari menjauhi panggilan telepon, mungkin saja kini menyisahkan Fallen yang memang benar sedang terkekeh dengan tindakan putri mereka. "Maaf, bukan aku yang menyuruh." nada lembut yang hampir setiap saat ia rindukan itu pun kembali terdengar, menghangatkan setiap sudut rongga dada sampai rasanya menjalar ke seluruh tubuh.     

"Iya tidak masalah, lagipula mungkin putri kecil kita merindukan diri ku. Memangnya seperti kamu yang tidak pernah menyatakan rasa rindu.."     

Terdengar kekehan kecil dari seberang sana. Rumah tangga mereka berjalan sangat mulus tanpa ada pengganggu sedikitpun, jadi tidak ada alasan untuk Bara yang mengencani wanita lain atau begitu juga sebaliknya. "Aku tidak bilang rindu karena aku tahu kamu bekerja untuk diriku, kamu yang bekerja keras memberi nafkah." ucap Fallen memberikan alasan.     

Sebagai seorang wanita, menahan rasa rindu adalah hal yang sangat sulit bahkan sering kali menghadirkan pemikiran overthinking karena saking takut kehilangan.     

Tapi, Fallen dengan kuat hati menaruh rasa percaya kepada pasangannya, Bara. Ia tahu kalau maid di mansion Leo memiliki beberapa wanita dengan umur cukup muda yang sudah pasti lebih menarik dan memikat perhatian, selagi ia menjalankan kinerja otaknya supaya tidak terpengaruh dengan pemikiran buruk ya tidak masalah.     

Mendengar itu, tentu saja senyuman Bara mengembang. Walaupun ia sibuk menjadi kepala bagian di mansion Leo sekaligus chef untuk memasak dan mengatur segala bahan makanan, ia tetap menempatkan hatinya pada satu wanita.     

"Kamu selalu menjadi hal yang paling aku sayangi di dunia ini, aku tidak berpikir untuk mengubah hati pada wanita lain yang belum tentu bisa berjuang menjadi lebih baik daripada kamu."     

"Dan kamu laki-laki pekerja keras yang sanggup bertahan walaupun di luar sana terdapat banyak wanita yang jauh lebih cantik daripada aku, sayang."     

Bagi Bara, wanita dengan fisik yang cantik bukan segala-galanya. Ia melihat wanita dari sudut yang paling spesial, yaitu kebaikannya. "Satu saja sudah cukup, kenapa harus mencari lagi?" jawabnya sekaligus memberikan pertanyaan kepada Fallen. Ia benar-benar menyampaikan wanita yang sekarang ada di hidupnya, bangga? tentu saja!     

"Bagaimana hari mu? memangnya saat ini gak kerja? biasanya kamu sedang membersihkan dapur jam segini,"     

"Iya, kan angkat telepon dari panggilan tersayang dulu baru deh nanti lanjut kerja. Ku kira ada hal penting yang ingin di bicarakan, ternyata sangat penting."     

Salah satu alasan seorang laki-laki tetap bekerja keras adalah demi kebahagiaan keluarga kecilnya yang sekarang selalu tercukupi, berkat Leo. Bisa saja sih ia bekerja di hotel bintang lima atau restoran terkenal lainnya, tapi Leo memberikan dirinya waktu kebebasan untuk tidak merasa terlalu lelah apalagi mengingat usia. Dirinya tidak terlalu tua sih, tapi supaya tidak kelelahan dan memiliki banyak waktu.     

"Bisa saja, chef dingin yang sudah luluh dengan wanita biasa seperti diri ku, huh?"     

"Siapa yang bilang kamu wanita biasa? kamu satu-satunya wanita yang bisa buat aku jatuh cinta sampai pada detik ini, Fallen."     

"Masa? apa pembuktiannya? aku tidak ingin hanya di rayu dengan kalimat-kalimat gombalan tak berbobot, sayang."     

"Putri kecil kita, kau lupa? apa itu bukan pembuktian yang cukup memuaskan?"     

"K-kalau itu tidak perlu di bahas karena.. ah entahlah aku tidak bisa mendeskripsikannya."     

Kalau boleh di tebak, pasti Fallen saat ini sedang tersipu malu dengan apa yang dikatakannya. Mungkin di mata orang-orang Bara adalah sugar Daddy-nya Fallen karena wanita itu berusia tujuh tahun di belakangnya.     

"Sudah lebih baik kamu bekerja saja, sayang. Sampai jumpa nanti saat makan malam, ku harap." ucap Fallen di seberang sana dengan nada pelan penuh pengharapan yang terdengar sangat jelas, menyentuh hati karena pasti wanita itu sudah menahan segala rasa di balik kata 'pengertian'.     

Tersenyum simpul, tentu saja makan malam bersama dengan dua wanita yang ia sayang adalah hal yang sangat diinginkan. "Tentu saja, nanti aku akan izin melewatkan makan malam kepada Tuan, untuk dirimu dan putri kecil." ucapnya tak kalah terdengar pelan dan lembut, ia seolah-olah mencoba supaya Fallen tidak bersedih atau setidaknya murung karena kenyataan tidak akan pernah sesuai dengan keinginan.     

"Kau sangat baik dan bersungguh-sungguh menyatakan kasih, terimakasih."     

"Terimakasih kembali, apapun untuk mu sayang. Sampai jumpa kembali, dan i love you so much."     

"I love you more, sayang."     

Pip     

Setelah mendengar jawaban kasih sayang dari wanita di seberang sana Bara langsung menjauhkan ponsel dari daun telinga dan mematikan sambungan telepon. Menaruh kembali benda pipih tersebut ke tempat semula, lalu meraih kitchen towel untuk melakukan pekerjaannya yang tertunda beberapa menit.     

"Kembali bekerja karena sudah mendengar suara kedua orang yang menjadi semangat,"     

Tak sadar kalau seseorang yang berkharisma dan terlihat dingin serta kaku memiliki seseorang wanita yang tepat di dalam hidupnya, pasti terlihat jelas betapa tulusnya rasa sayang itu, seperti layaknya Bara yang kini... sudah tersenyum dengan sangat hangat.     

Satu hal yang tidak bisa di jelaskan di dunia ini, yaitu jatuh cinta dan dengan siapa kamu berlabuh.     

Benar? ku rasa itu cukup benar melihat banyak sekali kisah di dunia ini, namun akan kembali merasakan kebahagiaan pada saat yang sudah di tentukan oleh takdir.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.