56| Lingerie (21+)
56| Lingerie (21+)
Mendengar suara langkah kaki yang bersamaan dengan suara lembut seorang wanita yang menyapa masuk ke dalam indra pendengaran, Leo langsung saja membalikkan tubuh untuk melihat siapa yang masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Bukan sudah ku bilang kalau ini adalah area yang tidak boleh kamu injak, Felia" ucapnya yang menegur kehadiran wanita itu, ia tidak kesal hanya saja seharusnya bertanya terlebih dahulu.
Sang lawan bicara --Felia-- meringis kecil saat melihat laki-laki yang duduk manis di kursi kerja itu menatap dirinya dengan alis yang terangkat. "E-eh? habisnya aku bingung harus apa, dan lagipula sudah berganti pakaian kok." ucapnya sambil menutup kembali pintu ruang kerja dan menguncinya, entah kenapa ia melakukan hal ini.
Leo hanya bisa menghembuskan napasnya dengan perlahan, melihat Felia yang hanya memakai lingerie membuat dirinya memijat pelipis. Jangan sampai benda perkasanya bangun karena hal ini, ia benar-benar membutuhkan sesuatu untuk membuat pikirannya menguap dan takdir memberikan Felia pada saat yang benar-benar ia butuhkan. "Duduk saja di sofa, saya masih harus bekerja." ucapnya seakan-akan mengacuhkan kehadiran Felia.
Mengesampingkan hawa napsu, Leo lebih baik memalingkan matanya dan kembali ke layar laptopnya.
Sedangkan Felia, ia mengerjapkan kedua bola matanya. Ya ia memang sengaja memakai pakaian seperti ini, bahkan tadi Bara sempat hilang konsentrasi karena baru pertama kali melihat tubuhnya yang tercetak jelas.
'Eh? kenapa Leo tidak memiliki pikiran mesum?' tanyanya di dalam hati dengan raut wajah kebingungan, namun tak ayal ia mendaratkan bokong ke atas sofa yang memang benar berada di dalam ruangan ini.
Mengangkat bahunya dengan acuh, Felia lebih baik memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke arah layar ponsel. Akun sosial media yang tengah hits di kalangan dunia ia buka, dan banyak sekali notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.
"Orang-orang suka banget ya mengikut sesuatu yang lagi hits," gumamnya sambil melihat akun pengikutnya yang naik drastis. "Eh tapi emangnya aku hits ya?" sambungnya sambil terkekeh, meralat apa yang tadi ia ucapkan.
"Jangan ngomong sendiri, nanti di kiranya kamu mengobrol dengan makhluk tak kasat mata."
Ucapan Leo berhasil membuat Felia mengalihkan pandangan dari benda pipih yang berada di tangannya. "Loh? suka-suka aku lah, kamu aja lagi sibuk sama kerjaan kamu." ucapnya yang tak mau kalah membenarkan apa yang menjadi prasangka Leo, enak saja dirinya di kata mengobrol dengan sesuatu yang tidak berwujud!
"Setidaknya ajak saja saya berbicara, sayang."
"Nanti tidak fokus dalam bekerja, gimana?"
"Iya benar ucapan mu, lebih tidak fokus lagi saat melihat tubuh mu yang sangat mempesona itu."
Suara Leo seperti tak tahan ingin menerkam Felia pada saat ini juga, tapi masih sempat di tahan mungkin karena berpikir kalau ini masih pagi. Eh? tapi apa salahnya 'olahraga' pagi, iya kan? justru olahraga yang paling enak itu di pagi hari.
Felia terkekeh kecil, rasanya sangat candu begitu mengingat bagaimana sentuhan Leo dan menjadikan reaksi tubuhnya yang berdesir aneh. "Ah yang benar saja," ucapnya sambil terkekeh kecil. Ia menaruh ponsel ke atas meja yang bertepatan di hadapannya.
Lalu dengan perlahan mulai beranjak dari duduknya, berjalan ke arah Leo dengan langkah kaki tanpa suara lalu berhenti tepat di belakang laki-laki itu. Kedua tangannya langsung terjulur ke depan dengan tubuh membungkuk dan menaruh dagunya tepat di bahu Leo, hembusan napasnya yang hangat dan teratur mampu membuat tubuh kekar itu mulai menegang.
"Apa kamu bahagia, sayang?" tanyanya dengan nada sensual. Apalagi kini jemarinya mulai menari-nari masuk ke dalam kaos milik Leo, menelusuri setiap inci dada bidang yang tercetak sangat jelas itu.
"Ahhh jangan memancing saya, Felia..." ucap Leo dengan nada rendang, bahkan nyaris mendesah karena sentuhan Felia benar-benar terasa sangat memabukkan. "Atau aku akan menerkam diri mu dengan ganas namun penuh kenikmatan, bagaimana?"
Geraman yang terdengar dalam dan juga rendah, membuat Felia bergidik ngeri apalagi membayangkan kalau Leo memanggil namanya dengan suara seperti itu.
Tidak menjawab pertanyaan Leo, Felia tetap saja bernapas di lekukan leher laki-laki tersebut. Menjilati daun telinganya, lama-lama jemarinya menemukan daging kecil kembar di kedua dada Leo, di elus dengan perlahan.
"Aku tau kamu bahagia,"
"Iya saya bahagia karena kamu cepat mempelajari apa yang saya ajarkan."
Felia terkekeh kecil, lalu kedua bola matanya tertuju pada sesuatu yang berada di selangkangan Leo. Terlihat sudah sesak dan seperti menginginkan kebebasan untuk keluar dari dalam sana, ya apa lagi kalau bukan menandakan laki-laki itu sudah terangsang dengan apa yang di perbuat oleh dirinya.
"Aku cepat belajar, dan untuk ini baru pertama kali, sayang." jawab Felia dengan nada lugu, masih terdapat wajah polosnya namun bergaya memakai pakaian yang mengundang hasrat laki-lakinya.
"Jangan berlagak seperti wanita penggoda huh? karena suara mu benar-benar sangat menggoda."
Leo sudah tidak tahan, meninggalkan pekerjaannya demi satu hasrat yang sangat terasa jelas di tubuhnya. Mengalir drastis ke setiap sel syaraf yang berada di tubuhnya. Ia memutar kursi membuat Felia sedikit menyingkirkan tubuhnya. "Kemarilah dan duduk di pangkuanku," ucapnya dengan kedua bola mata yang sudah berkilat dikuasai oleh nafsu yang meluap-luap.
Felia menganggukkan kepalanya, lalu segera duduk di pangkuan Leo sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan pelan namun sangat berhasil mengundang kejantanan laki-laki itu supaya berdiri.
Dengan cepat, Leo langsung sana meraih bibir ranum Felia melumatnya dengan sedikit ganas. Karena apa? bukan dirinya yang memulai tapi wanitanya lah yang memancing. Jadi, ini adalah nafsu yang berbeda dari biasanya.
Mereka saling bertukar saliva satu sama lain, bahkan kini tangan kekar Leo sudah menahan tengkuk Felia agar tidak menyudahi ciuman mereka tanpa adanya aba-aba.
Felia menepuk berkali-kali punggung Leo, pertanda kalau mereka harus menyelesaikan ciuman karena oksigen yang semakin menipis. Akhirnya, laki-laki itu menyudahi ciuman mereka lalu tangannya dengan cepat beralih ke dua gundukan kembar yang terlihat sangat menggiurkan.
"Tuan kamu sangat agresif," ucapnya sambil terkekeh kecil, mengomentari bagaimana cara bermain Leo saat ini yang berbeda dengan permainan mereka sebelumnya.
Leo hanya menarik senyuman miring, lalu menatap Felia dengan sorot yang sangat dalam. Tanpa basa basi lagi, ia menurunkan lingerie yang melekat di tubuh wanitanya lalu langsung melahap daging itu seperti seorang bayi yang kehausan.
"Ashshhh Leo,"
Desahan Felia mulai memenuhi setiap sudut ruangan, membuat Leo semakin bernapas untuk menelanjangi tubuh wanitanya. "Kamu selalu nikmat, dan tidak akan pernah membosankan." Terucap jujur dari hatinya yang paling dalam karena Leo tidak pernah berhubungan badan dengan para mantan kekasihnya. Tapi saat bersama Felia, seakan-akan ia sudah sangat yakin dengan pilihannya saat ini.
Lagipula, kalau nanti dirinya kebablasan dan Felia mengandung buah hatinya ia akan dengan senang hati bertanggung jawab. Dirinya ternama, mapan, dan juga memiliki sifat berwibawa mana mungkin lari dari hal yang dirinya perbuat.
Felia merasakan kewanitaannya bersentuhan dengan senjata Leo yang selalu membuat dirinya penasaran tapi tidak mungkin menyatukan diri mereka, tapi... "Kamu sangat tampan, sayang." ucapnya yang mengatakan sebuah pujian atas perlakuan Felia terhadap dirinya.
Tangannya bergerak untuk membuka kaos yang melekat di tubuh Leo, tentu saja hal itu membuat si empunya menghentikan aktifitas meremas di gundukan kembar tersebut.
"Dasar kami sudah menjadi wanita yang nakal," ucap Leo sambil mencubit gemas hidung Felia lalu terkekeh kecil.
"Aku tidak nakal, tapi belajar untuk menjadi pemimpin permainan yang baik."
Setelah kaos itu tanggal dari tubuh Leo, Felia segera menjilati dada bidang itu dengan penuh sentuhan lidah yang membuat laki-laki itu mampu menahan untuk tidak semakin memperbesar rasa nafsu yang mampir ke tubuhnya.
Dengan tangan Leo yang beralih meremas bokongnya dengan nafsu, membuat Felia juga ikut mendesah penuh kenikmatan. Tak ingin kalah dengan perlakuan sang kekasih, jemari lentiknya juga mulai merambat ke arah kejantanan Leo yang tampak sangat menggiurkan, menurunkan celana bahan pendek dan langsung saja menampilkan benda perkasa yang menyembul keluar dan berdiri tegak dengan sangat kokoh.
"Kasihan, adik mu sudah bangun." ucapnya sambil menggenggam kejantanan itu dengan tangannya.
Leo menganggukkan kepalanya, lalu meniup permukaan wajah Felia pertanda kalau dirinya sudah tidak tahan. "Kalau begitu segeralah untuk puaskan saya." ucapnya sambil sedikit mencondongkan kejantanannya ke arah wanita itu.
Felia menganggukkan kepalanya, lalu turun dari pangkuan Leo. Berjongkok tepat di hadapan wajahnya langsung terlihat sesuatu yang sangat menggoda. "Hai, datang pada Mommy." gumamnya. Ia mendekatkan wajah untuk langsung mengulum kejantanan Leo yang terasa mentok di rongga mulutnya, dalam artian panjangnya tidak cukup di mulutnya yang kecil.
"Awshh."
"Awshhhh..."
"Awhhhhh, Felia..."
"Faster, honey. Kamu sangat pintar mengambil alih tubuh saya..."
Erangan demi erangan keluar dari mulut Leo. Entah dirinya tidak lemah, tapi kejantanannya baru bertemu lagi dengan seorang wanita setelah sekian lamanya tidak di sentuh selain dengan dirinya sendiri.
Felia memaju mundurkan wajahnya, membuat pergerakan cepat sesuai dengan ritme yang di pinta oleh Leo. Entah kenapa dirinya bisa belajar secepat ini, tapi... berhubungan badan dengan laki-laki yang tengah memegang kepalanya supaya lebih dalam membuat dirinya hampir gila.
Lalu, Felia berganti gaya dari mengulum menjadi menjilatinya seperti eskrim.
"Awshhh.. padahal baru pertama kali dengan saya, taphhi oh astaga itu nikmat sekali sayang." Bahkan, Leo tidak bisa meneruskan kalimatnya karena pelayanan dari Felia benar-benar n
memuaskan dirinya secara penuh.
Felia masih berkutat dengan menjilat benda panjang yang kokoh itu sambil di pijat dengan gerakan yang perlahan. "Milik mu sangat nikmat, Tuan." ucapnya di sela-sela kegiatan yang sangat panas ini, ia sangat menikmati hal ini baru dengan Leo dan pantas saja ia baru bisa memberikan hal yang luar biasa hanya pada laki-laki ini.
Sepertinya, Leo sudah tidak perlu sup dan minuman hangat yang akan di bawakan oleh Bara. Omong-omong soal Bara, pasti laki-laki itu sadar kalau Tuan dan Nona mudanya sedang berhubungan badan karena hanya kamarnya saja yang kedap suara namun ruang kerjanya tidak.
Leo sama sekali tidak malu dengan desahan yang keluar dari dalam mulutnya mungkin saja terdengar oleh Bara, baginya ini adalah suatu hal yang wajar lagipula pasti chef sekaligus andalan di mansion miliknya itu sangat paham dengan posisinya sebagai laki-laki.
"Dan ya, sekarang giliran saya untuk mencicipi milik mu yang tak kalah enaknya."
Suasana yang panas ini juga bercampur dengan rasa cinta yang tinggi, jadi tidak ada yang terpaksa ataupun di paksa.
"Berikan aku yang terbaik, sayang ku Leo."
...
Next chapter