My Coldest CEO

61| Let Something Go



61| Let Something Go

1Kembali memulai hari seperti biasa sesuai dengan profesinya sebagai CEO, Leo mulai memasuki ruang kerja yang sejujurnya ia rindukan. Apalagi wangi ruangan yang berbau sangat ciri khas sesuai dengan seleranya pun membuat dirinya mabuk, bukan mabuk seperti candu tapi mabuk ketenangan.     

Mulai menaruh tas kerjanya ke atas meja, lalu membukanya dan mengambil satu lembar foto yang memperlihatkan foto cetak dirinya dan juga Felia sedang melihat ke arah kamera. Ia meraih bingkai foto yang memang selalu terletak di mejanya, dan mengisi bingkai tersebut dengan foto yang berada di genggamannya.     

"Memulai hari dengan melihat wanita kesayangan,"     

Sungguh, apa kini Leo sudah berubah menjadi laki-laki yang bucin akut? melebihi Vrans, mungkin? ah tidak putranya itu lebih menggelikan dalam persoalan cinta, beda dengan dirinya yang lebih menjerumus ke arah dewasa.     

Setelah selesai menaruh foto tersebut di tempat yang diinginkan, ia langsung saja memutari meja untuk duduk di kursi kekuasaannya.     

Menghirup udara di ruangan ber-AC, menatap nuansa yang modern semuanya sesuai dengan permintaannya. Bedanya, Luis Company yang berada di London dengan Luis Company yang berada di New York hanya dari sudut teknologi saja. Vrans mengambil alih sesuai dengan keahlian teknologinya juga yang canggih, kalau dirinya tidak ingin ribet dengan semua itu.     

Meraih ponsel yang berada di saku tuxedo-nya, Leo segera mengecek notifikasi yang berasal dari Felia.     

| ruang pesan |     

Felia     

Selamat bekerja ya Tuan sayang, jangan lupa dengan makan siang mu.     

Tersenyum dengan perhatian kecil yang di berikan Felia, Leo merasa berbeda saat wanita itu memberikan semua kemanisan ini jika di bandingkan dengan Azrell. Mungkin dengan mantan kekasihnya itu ia tahu kalau dari awal hanya mengincar harta, jadi.. hatinya kurang respect dengannya.     

Leo     

Iya terimakasih untuk bekalnya. Padahal saya tidak meminta, merepotkan diri mu saja.     

Felia     

Siapa yang merasa direpotkan? tidak sama sekali. Aku merasa kalau kamu harus mencoba masakan ku, yeah setidaknya seperti itu.     

Leo     

Iya sayang terimakasih banyak ya, sayang ku.     

Felia     

Iya Tuan, aku ingin menonton televisi dulu, sampai jumpa.     

| ruang pesan berakhir |     

Leo menaruh benda pipih itu di atas meja. Senang? tentu saja, memangnya siapa yang tidak senang di saat wanita yang disayangi membawakan bekal tanpa di minta? mungkin hanya laki-laki dingin yang tak berperasaan saja.     

Memang tidak bisa di jadikan perbedaan sih antara Felia dan Azrell yang jelas-jelas tanpa di beda-bedakan sudah terlihat titik mana saja yang berbeda. Dulu, Azrell terlalu menuntut ucapan kalimat selamat pagi kepadanya bahkan sampai marah kalau dirinya tidak membalas pesan. Ya intinya mantan kekasihnya itu terlalu penuntut, dan mengharuskan segala sesuatu yang diinginkan.     

Menyeret laptop yang berada di meja supaya lebih dekat dengan jangkauan tangannya, lalu sedikit melonggarkan dasi. Hari ini, hari bebas meeting yang artiannya hanya berkutat dengan dokumen-dokumen yang masuk kedalam email dan harus memeriksa sistem kinerja para karyawannya.     

Tok     

Tok     

Tok     

"Permisi, Tuan. Azrell, ingin memberikan dokumen job interview untuk mu."     

Suara lembut dari luar ruangannya terpaksa membuat ia memutuskan titik fokus, menatap ke satu-satunya pintu masuk sekaligus pintu keluar. "Masuk saja, Azrell." ucapnya dengan tenang sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, tatapannya begitu teduh.     

Ia sebenarnya juga ingin melihat seberapa keseriusan Azrell dalam hal 'menjauhi' dirinya. Apa benar-benar ingin menjauhi.. atau sebaliknya yang hanya ingin memanasi keadaan saja.     

Ceklek     

Pintu terbuka bersamaan dengan terlihatnya seorang wanita yang bisa di akui masih sama cantik dengan sebelumnya.     

"Setidaknya berucap selamat pagi untuk saya," ucap Leo, mengubah pose duduknya menjadi tegak yang tentu saja menambah aura berkharisma sampai menceruak kuat dari dalam tubuhnya.     

Kedua bola mata Azrell tampak berkilat seperti menahan sesuatu di hatinya supaya tidak kebablasan, selesai kembali menutup pintu ia berjalan menghampiri Leo dan segera duduk di kursi yang tersedia tepat di hadapan sang CEO --dibatasi dengan meja kerja--.     

"Aku tidak punya banyak waktu untuk mengucapkan selamat pagi seperti apa yang kamu katakan, Tuan."     

"Jangan hanya karena ini kamu kehilangan sifat profesional dan kesopanan kamu, Azrell."     

Mendengar komentar Leo, tentu saja membuat Azrell langsung menghembuskan napasnya. "Ingin menguji ku atau gimana sih, Leo? kamu lama-lama menyebalkan," ucapnya sambil menjadikan meja sebagai tumpuan kedua lengannya. "Selamat pagi, Tuan Leo yang terhormat --dan brengsek." lanjutnya di dalam hati.     

Leo menaikkan sebelah alisnya karena merasa nada bicara Azrell yang terdengar enggan memberikan salam pagi. "Baik, selamat pagi juga. Jadi, apa saja yang kamu bawa untuk saya?" balasnya sambil mengubah raut wajahnya dengan serius seperti benar-benar menanggapi Azrell layaknya karyawan, bukan mantan kekasih.     

Azrell menganggukkan kepala, namun di lubuk hatinya kini tengah berdesir hebat karena Leo sama sekali tidak berniat untuk memancing dirinya jauh lebih dari tadi. "Jadi aku membawakan kamu curriculum vitae untuk beberapa posisi di Luis Company, mereka sudah lolos tahap seleksi dari diriku. Dan ya, tinggal membutuhkan persetujuan mu, tanda tangan, dan juga cap logo Luis Company." ucapnya yang menjelaskan apa yang ia bawakan untuk sang atasan, sambil memberikan berkas-berkas di tangannya ke hadapan Leo.     

Leo paham dengan apa yang diucapkan oleh sekretarisnya, lalu mulai melihat-lihat sekitar lima dokumen yang di berikan. "Kamu serius? kita di pertengahan tahun ini menerima lima orang sebagai karyawan tetap?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alis.     

"Kenapa? tidak mampu membayar mereka? lagipula aku sudah mengadakan test dan mereka berlima benar-benar memuaskan."     

"Bukan masalah mampu atau tidak mampu, tapi saya rasa terlalu kebanyakan deh."     

"Lalu Tuan ingin berapa? satu orang saja? sedangkan kita membutuhkan dua orang staff, satu orang office boy, dan juga sisahnya bagian pengurusan gudang yang aku rasa membutuhkan dua orang."     

Jalan pikir Azrell memang lebih cermat daripada Leo yang terkadang sedikit keliru. Bahkan wanita ini ibaratkan nama Luis Company, artiannya tanpa Azrell mungkin tidak ada yang mampu memilih public speaking selancar wanita itu. Mungkin ada, tapi ide-ide dan masukan serta dapat menentang jika ada atasan yang keliru membuat poin plus dalam sifat Azrell yang tamak materi dan terlalu mengejar dunia.     

"Baiklah kalau begitu saya setuju,"     

"Iya, Tuan. Oh ya nanti jam dua siang kita adakan meeting untuk karena sudah menjalin satu tahun kerja sama dengan W'company."     

Leo melirik tanggalan yang berada di atas meja kerjanya, lalu lalu mengusap wajah dengan gerakan perlahan. "Astaga, saya lupa.." gumamnya dengan nada suara yang seperti sesal. Niatnya ingin menikmati makanan yang dibuat oleh sang kekasih, namun ada meeting sekaligus perayaan.     

"Makanya Tuan jangan sibuk pacaran,"     

Mendengar nada sindiran yang keluar dari mulut Azrell membuat Leo terkekeh kecil. "Ngaca," ucapnya. Hanya satu kata, namun sepertinya jawaban itu sangat pantas untuk dilontarkan pada wanita di seberangnya.     

"Ah Tuan jangan lupa untuk memberikan sambutan hangat untuk Tuan Damian, mungkin nanti akan berpidato singkat sebagai ucapan terimakasih."     

Memang Azrell yang mengatur segala schedule yang akan di lakukan oleh Luis Company, jadi ya Leo hanya tinggal menerima hasil dan mengiyakan semua perkataan wanita itu.     

"Baik itu hal yang mudah bagi saya, ada lagi yang harus di perhatikan?"     

"Iya Tuan, nanti beberapa karyawan aku tarik untuk membantu dekorasi dan juga penataan lainnya yang belum lengkap."     

"Kenapa tidak bilang pada saya dari kemarin?"     

"Tuan libur dan sesuai dengan di peraturan tidak akan mengganggumu kecuali hal darurat yang mengharuskan kamu datang ke Luis Company."     

Leo menganggukkan kepalanya, lagipula acara ini tidak akan lama, mungkin? entahlah, kalau lama sepertinya tidak akan masalah juga, tapi nanti ia rindu kepada Felia.     

"Kira-kira kapan Damian sampai ke sini, persiapkan segalanya sampai coffee break. Camilan dan persediaan lainnya,"     

"Sudah di handle Tuan tenang saja, untuk kedatangan Tuan Damian sepertinya pada jam makan siang lebih tepatnya dua jam sebelum acara. Jadi pastikan Tuan tetap stand by di ruang kerja, nanti aku akan membawakan makan siang."     

Seperti layaknya sekretaris pada umumnya, Azrell memang lancar berbicara panjang lebar mengatakan apa yang sudah di susun olehnya.     

Leo yang mendengar itu pun sontak langsung menggelengkan kepala, merasa tidak perlu dengan apa yang di katakan Azrell. "Tidak usah, saya sudah membawa bekal sendiri." ucapnya sambil tersenyum simpul.     

Azrell menaikkan sebelah alisnya, mungkin jika karyawan biasa tanpa ada hubungan dengan Leo pasti akan terlihat tidak sopan, tapi ia sudah pernah menjalin hubungan jadi... ini adalah gerakan refleks yang terlihat biasa saja. "Maksud mu? bekal apa?" tanyanya dengan bingung.     

Masih penasaran dengan segala yang terjadi dengan kehidupan Leo, itulah Azrell.     

"Iya, Felia membuatkan saya bekal. Jadi tidak perlu lagi kamu membawakan saya makanan, nanti pasti tidak habis atau lebih parahnya lagi saya tidak makan."     

"Oh, rajin banget ya Felia."     

Leo menelusuri ke dalam manik mata Azrell, terlihat sorot mata sendu seperti masih tidak rela namun memaksakan untuk merelakan dirinya. "Iya, dan saya sepertinya beruntung." ucapnya. Lagipula, memang tidak masalah kalau membanggakan wanitanya di depan mantan kekasih.     

"Kalai begitu sepertinya aku harus kembali bekerja Tuan, supaya nanti kamu tinggal terima jadi saja."     

"Terimakasih ya, Azrell."     

"Iya Tuan, sudah tugas ku."     

Melihat Azrell yang beranjak dari duduknya sambil membungkukkan tubuh dengan sopan, lalu mengucapkan sampai jumpa hingga akhirnya tubuh mungil itu hilang di balik pintu.     

Ternyata, ucapan Azrell yang mengatakan kalau dirinya ingin melangkahkan kaki menjauh dari Leo benar adanya. Buktinya, tidak ada lagi percakapan di luar opini pembahasan yang terdengar sangat memuakkan, kini wanita itu sudah berbeda.     

"Semoga dia bertemu dengan rumah yang tepat, dan tidak hanya memanfaatkan orang lain."     

Kalau boleh jujur, Azrell sangat baik bahkan sifatnya benar-benar sopan dan bekerja keras serta giat. Tapi kalau sudah ada yang berani mengusik, sifatnya tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.     

Yang ditinggalkan mendapatkan pengganti lebih baik, dan yang berani mengikhlaskan semoga di temukan dengan takdir yang tepat.     

Dan Leo hanya bisa berdoa pada Tuhan untuk kebaikan Azrell.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.