My Coldest CEO

72| Talk to Xena



72| Talk to Xena

0Ruangan bernuansa pink yang di padukan dengan biru laut, membuat Felia merasakan ketenangan dengan tempat yang penuh dengan boneka ini. Ia memperhatikan Xena yang mengurus putri kecilnya dengan sangat telaten sehabis bangun tidur.     

Ia pikir, sepertinya sudah terlalu matang untuk menikah dan memiliki anak. Ya walaupun dirinya yakin seratus persen kalau umurnya dengan Xena hanya terpaut dua tahun saja.     

"Fe, kamu mau menggendong Letta?"     

Pertanyaan Xena membuat lamunan Felia buyar seketika, ia mengerjapkan kedua bola matanya lalu melebarkan senyumnya dengan anggukan kepala semangatnya. Ini yang sedaritadi ia tunggu-tunggu, ingin bermain dengan anak kecil yang menggemaskan. "Tentu saja, kemarikan." ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, membiarkan melayang di udara seolah-olah ingin segera menggendong balita itu.     

Xena menganggukkan kepalanya, yang tadinya ia sedang duduk di tepi kasur pun langsung beralih untuk menggendong putri kecilnya dan mulai berjalan ke arah Felia untuk memberikan Letta ke wanitanya Leo yang tampak sangat antusias. "Ini Fe, dia gadis kecil menggemaskan." ucapnya sambil terkekeh kecil.     

Mengambil balita yang diberikan padanya, akhirnya Letta sudah masuk ke dalam dekapannya. "Ih aku sangat suka dengan anak kecil, rasanya tidak ingin pulang dan tidak ingin membiarkan dia jauh dari ku." ucapnya sambil mencium pipi Letta yang wangi bedak tabur.     

"Kalau begitu, kamu di sini berapa hari?"     

"Kata Leo sih ingin tiga hari di sini, tapi ku rasa itu terlalu lama karena sekretarisnya pasti kerepotan."     

Felia menggendong putri kecil Xena dengan hati-hati sambil menepuk-nepuk pelan bokongnya, melihat gadis itu sudah duduk di lantai beralaskan karpet berbulu lembut tepat di hadapannya.     

"Kalau masalah cuti mah itu sudah menjadi tanggung jawab sekretaris untuk mengambil alih pekerjaan, Fe. Daddy pasti lebih mementingkan diri mu daripada mantan kekasihnya yang sangat.. ewh aku tidak suka dengannya."     

Mendengar penuturan Xena yang benar-benar di ucapkan dengan sangat jujur, Felia membelalakkan kedua bola matanya. "Kenapa tidak sudah dengan Azrell? maksud ku dia wanita yang cantik, apalagi memiliki posisi jabatan satu tingkatan di bawah Leo." ucapnya dengan sorot mata penasaran     

Walaupun Azrell sudah bersikap semena-mena pada dirinya sampai mengatakan hal yang tidak wajar, ia sama sekali tidak memiliki niat jahat untuk menjadikan rasa bencinya semakin besar dan malah berpikir untuk menjatuhkan dari ketidaksukaan orang lain.     

Xena mengangkat bahunya acuh, lalu meraih sebuah dot bayi yang berisi susu formula untuk di berikan pada Letta yang pipinya tengah dielus lembut oleh Felia. "Dia mantan model dan ku pikir attitude-nya bagus, namun ternyata aku salah." ucapnya dengan nada malas. Mengingat di mana hari saat dirinya di curigai selingkuh Leo, itu sangat amat menyebalkan.     

"Maksud mu? dia sangat baik pada ku, Xena. Tidak mungkin ia tal ber-attitude seperti apa yang kamu bilang." balas Felia membuat penentangan.     

Xena menarik napasnya, dan mulai menceritakan hal yang pernah terjadi pada dirinya.     

Throwback     

Malam-malam duduk di balkon kamar dan di temani coklat panas adalah kegemaran Xena, dengan tangan yang sudah menggenggam ponsel, memperlihatkan seorang laki-laki dengan tuxedo-nya sedang membaca dokumen kerja.     

"Apa Daddy tidak pulang? di sana sudah petang, kenapa belum kembali ke rumah?" tanyanya pada laki-laki tersebut.     

"Ah iya, kamu harus tahu sayang, Daddy di sini banyak sekali kerjaan."     

"Sini biar Xena bantu, nanti aku kirim kembali ke email, bagaimana?"     

"Tidak perlu, kamu menemani ku bekerja seperti ini saja sudah sangat membantu supaya tidak mengantuk karena aku lupa memesan americano."     

Xena hanya menganggukkan kepala, tatapannya fokus pada layar ponsel.     

"Sayang... Sayang ku Leo, ayo kita pulang..."     

Terdengar suara wanita di seberang sana, dan tiba-tiba kamera lawan bicaranya memperlihatkan seorang wanita yang sangat cantik. Ia menampilkan sebuah senyum yang lebar, hendak menyapa. "Hai--"     

"Oh jadi kamu gadis yang terus-menerus menelepon kekasih ku? kamu kurang laki-laki atau bagaimana? bisa kok aku cari kan."     

Mendengar kalimat marah-marah yang hampir menyebutkan kata-kata kasar itu, akhirnya Xena mematikan sambungan telepon secara sepihak dengan wajah yang sangat datar. "Bitch,"     

Throwback off     

Mendengar cerita singkat itu, tentu saja mulut Felia menjadi sedikit menganga karena tidak percaya dengan apa yang dibilang oleh gadis di hadapannya ini. "Lalu? apa dia meminta maaf pada mu? kenapa Azrell tidak mengenal mu pada malam itu?" tanyanya. Sungguh, ia hanya ingin mengetahui kebenaran itu.     

"Dia meminta maaf pada ku, selama satu minggu mungkin memohon maaf tapi aku tidak berniat untuk memaafkan dirinya."     

"Kenapa, Xena? bukankah setiap orang memiliki kesalahan? maafkan saja..."     

Bukan membela Azrell atau bagaimana, tapi kalau ada orang yang salah sebaiknya di maafkan walaupun mengingat bagaimana pahitnya kesalahan tersebut.     

Xena terlihat berdecih kecil, sepertinya gadis periang itu tidak suka kalau diperlakukan tidak enak oleh orang lain apalagi sampai di kata seperti itu. "Tidak mau, yang terpenting aku sekarang sudah menemukan wanita tepat untuk Daddy." ucapnya sambil mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum lebar.     

Felia menampilkan senyuman sampai kedua matanya menyipit, sangat tulus. "Terimakasih, doakan saja seperti itu. Aku tidak enak padanya karena baru genap dua minggu bertemu tapi sudah di bayarkan ini itu sampai keluar negeri untuk kedua kalinya sama ini."     

"Itu tidak masalah, kewajiban laki-laki yang memang memenuhi segala kebutuhan pasangannya. Pasti Daddy sangat royal pada mu, ya? dia memang tidak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk orang lain."     

Dalam hati, Felia sangat beruntung di pertemukan oleh gadis baik seperti Felia. Namun tiba-tiba pikiran negatif masuk ke dalam benaknya. Bagaimana kalau dia tahu kalau dirinya ini hanya mantan maid yang sederhana dan tidak punya apa-apa, apa keadaannya masih sama?     

"Terimakasih, kamu sangat baik hati, Xena."     

"Momma!"     

Seruan kecil itu berasal dari Letta yang sudah memegang botol susu kecilnya, sambil menatap ke arah Felia dengan bola mata cantiknya yang melebar. "Hai sayang, aku aunty.." ucapnya dengan nada bicara yang sangat lembut sambil menelusuri wajah mungil itu dengan dari telunjuknya.     

"Anty.."     

"Iya, sayang."     

Tiba-tiba Letta tertawa, menampilkan wajahnya yang sangat menggemaskan.     

Xena melihat interaksi mereka berdua, entah kenapa ia merasa kalau Felia memang wanita yang sangat cocok untuk menjadi istri dari Leo. "Dia suka dengan mu, Fe." ucapnya mengambil kesimpulan dengan apa yang di lihat oleh mata kepalanya mengenai ekspresi sang putri kecil yang berada di dekapan Felia.     

"Iya kah? dia gadis mungil yang sangat cantik, ah ya namanya sangat unik sekali." Felia mengingat dengan nama panjang Letta yang di beritahukan oleh Leo.     

"Itu usul sari ku, siapa dulu dong Mommy-nya? Xena Carleta Anderson!"     

"Kamu bukan Anderson lagi, Xena sayang. Tapi marga mu berganti mengikut ke Luis,"     

"Ah iya, tapi rasanya aku sangat tinggi kalau memakai nama itu. Bagaikan artis papan atas,"     

Felia yang mendengar itu hanya tersenyum simpul. Bahkan, gadis dengan marga Anderson saja masih tersaingi oleh Luis dan merasa kecil padahal Anderson adalah marga yang cukup dikenal oleh banyak orang. Bagaimana dengan dirinya yang hanya menyimpan marga untuk dirinya sendiri?     

"Jangan begitu, Vrans memilih mu loh. Jadi, sekarang nikmat saja hidup bersama dengannya yang serba mewah." ucapnya sambil terkekeh kecil, ia menepuk-nepuk kembali bokong Letta yang kini tengah bergumam khas balita.     

Seharusnya, ia juga mengatakan hal itu untuk dirinya sendiri namun entah kenapa rasanya terlalu berat mengingat ia hanya hal sederhana yang mungkin terlalu kecil jika disandingkan oleh Luis. Padahal, ia harus menerima segalanya dengan sangat lapang dada.     

"Iya aku tahu, tapi bagaimana ya... ah rasanya sangat membuat tubuh ku berdesir malu, Fe."     

"Iya aku tahu, dan sekarang pipi mu memerah seperti tomat matang, sangat menggemaskan."     

"Jangan seperti itu, Fe. Sungguh aku masih malu sampai sekarang, padahal kita sudah lama memiliki hubungan. Oh ya, bagaimana rencana pernikahan kalian?"     

Uhuk uhuk..     

Tidak makan, apalagi minum. Namun tiba-tiba Felia tersedak kecil, ia langsung menatap Xena dengan sorot mata yang tidak percaya. "A-apa? pernikahan apa?" tanyanya dengan nada yang terbata-bata, ia memang tidak memiliki rencana apapun dengan Leo. Mungkin laki-laki itu menggodanya dengan panggilan seperti Nyonya Luis, namun mereka memang belum mengatakan apapun tentang semua ini.     

Xena terkekeh kecil dengan raut wajah Felia. Menurutnya, ia dan wanita tersebut memang memiliki satu sifat keluguan yang serupa namun bedanya ia berisik dan bawel bahkan sangat aktif sampai suka teriak-teriak tidak jelas. "Ya aku yakin banget sama kamu Fe, kalau nanti kamu bisa aku panggil Mommy. Jujur saja hanya memanggil mu dengan nama saja, rasanya... kurang sopan." ucapnya sambil menjulurkan tangannya ke arah Letta untuk mengelus permukaan wajahnya yang mulus dan kenyal.     

Tak di sangka, kedua pipi Felia bergantian menjadi merah karena sebelumnya Xena lah yang seperti itu. "Ah terimakasih untuk menaruh kepercayaan kepada ku, tapi kita belum ada rencana apapun." ucapnya dengan sangat lembut.     

"Yasudah nanti aku kasih tahu Daddy untuk segera melaksanakan lamaran dan juga pernikahan."     

Belum sempat membalas apa yang di katakan oleh Xena, pintu kamar sudah terbuka.     

"Sayang, kita jadi ke Central Park, tidak?"     

Suara bariton yang selalu menjadi candu bagi Felia pun terdengar, di sana terdapat Leo yang sedang berdiri tegak dengan wajahnya yang sangat tampan. Apalagi pakaiannya sudah berganti dari sebelumnya, terlihat tambah mempesona.     

Xena mengulum senyumnya, lalu mengambil Letta dari pangkuan Felia. "Kamu jalan-jalan saja sama Daddy, biar Letta kembali aku urus."     

"Tapi aku belum puas bermain dengan Letta, Xena."     

"Lihat ini sudah jam berapa, sayang?" Suara Leo kembali terdengar, mengingatkan wanitanya karena sekarang sudah menjelang sore hari.     

Felia menolehkan kepalanya ke dinding, tepat di mana jam terpajang jelas di sana. "Astaga, jam lima sore.." ucapnya sambil beranjak dari duduk. Ia membenarkan letak bajunya yang sedikit terlipat, lalu membungkukkan tubuh untuk mengelus puncak kepala Letta.     

"Dadah, anty mau keluar dulu ya sayang.."     

Setelah berpamitan pada Xena dan juga Letta, Felia segera melangkahkan kakinya ke arah Leo yang sudah menunggu keberadaannya di ambang pintu. Laki-laki itu langsung saja menaruh lengan di pinggangnya lalu menggiring wanitanya untuk segera menuruni anak tangga.     

"Central Park, I'm coming..."     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.