My Coldest CEO

83| Azrell's Pregnancy



83| Azrell's Pregnancy

2Setelah kepergian Leo dan juga Felia, tentu sana kini tersisa Azrell dan Rio yang saling menatap satu sama lain. Si wanita tengah sibuk mengalihkan pandangan supaya tidak terlihat bagaimana merahnya rona di wajah, sedangkan si laki-laki tengah sibuk menjahili wanitanya itu dengan kata-kata gombalan receh.     

"Kamu ngapain sih ngehindari aku segala, sini dong tatap aku masa liat ke kolam terus. Oh.. mau berenang bersama ya pasti?"     

Ucapan yang dilontarkan dengan nada menggoda itu tentu saja membuat Azrell langsung membelalakkan kedua bola matanya. Mungkin ajakan tersebut tidak aneh, namun ia sangat tahu jalan pikir Rio yang pasti 'berenang bersama' itu akan menjadi sebuah kegiatan panas yang akan terjadi di tepi kolam renang.     

"Ih tidak, tidak perlu lagipula aku sudah mandi ngapain juga masuk ke dalam kolam renang." balas Azrell sambil memutar kedua bola matanya, kini ia memutuskan untuk menatap Rio ya walaupun hatinya terasa kian berdebar.     

Rio menaik turunkan kedua alisnya, ia mulai menatap masuk ke dalam manik mata Azrell yang selalu membuat dirinya terpaku. "Ya terus mau bermain di mana? kan kita belum pernah bermain di tepi kolam renang, oh atau mau di dalam air? sepertinya itu seru." ucapnya yang memang menjerumus ke pembicaraan vulgar, sebagai laki-laki ya tidak akan malu lah membicarakan hal ini toh kodratnya memang mesum.     

Tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Rio, tentu saja Felia langsung meninju pelan bahu laki-laki itu. "Bermain apa sih! gak jelas, makanya jangan kebanyakan nonton film dewasa. Tuh otak dan pikiran kamu jadi malah memutar ulang semua itu dan memberikan reaksi mesum," ucapnya dengan nada malas.     

Ya bukannya apa-apa sih, hari sudah menjelang malam dan kini fajar sudah menampakkan semburat jingganya di cakrawala. Kalau semisalnya mereka ingin bercinta di waktu seperti ini, apa tidak dingin karena pasti tubuh mereka akan bebas dari sehelai benang sedikitpun.     

Rio terkekeh dengan apa yang diucapkan oleh Azrell. Mau bagaimana lagi, seorang laki-laki membutuhkan pelampiasan untuk menghilangkan rasa jenuh. Ya daripada menonton acara yang menurutnya membosankan lebih baik menonton film dewasa saja, itu lebih baik terasa membawanya melayang ke udara.     

"Jangan sok tahu, aku aja gak nonton film dewasa." ucapnya, ya tentu saja ia berbohong. Hanya ingin tahu seberapa besar pengetahuan Azrell mengenai dirinya, bahkan sampai tau kalau ia gemar menonton film dewasa.     

"Jangan berpura-pura, memangnya aku gak paham? aku kenal sama banyak laki-laki dan rata-rata berpikiran mesum karena selalu menonton film dewasa."     

"Tidak begitu juga sih, dulu aku mesum karena suka mencicipi berbagai macam tubuh wanita. Jadi, aku anggap pernyataan kamu salah besar."     

Rio mengatakan hal itu juta sengaja, ia bahkan sampai detik ini masih suka menjahili Azrell dengan kekonyolannya. Ya kan seru gitu melihat wanita yang sebal karena ulahnya sendiri, terlihat seperti hiburan gratis.     

Azrell menyipitkan kedua bola matanya, menatap Rio dengan tatapan elang yang sudah terbentuk dan siap menerkam laki-laki di hadapannya. "Apa? oh gitu ya, kalau begitu mah kamu kayaknya gak perlu aku lagi deh. Sana hubungan badan saja sama para wanita yang kamu maksud,"     

Rencana membuat Azrell tersulut emosi ternyata berjalan sangat mulus, jadi ya Rio kini tengah mengulum sebuah senyuman geli. Ia sedikit tersentak kala dengan gerakan cepat wanitanya langsung beranjak dari duduk, dan hendak melangkah pergi.     

"Sayang mau kemana ih," ucapnya sambil menahan dengan kilat pergelangan tangan Azrell sebelum wanita itu mengambil langkah seribu dan berakhir merajuk dengannya.     

Menarik tangan Azrell, sampai wanita tersebut mulai duduk di atas pangkuannya. Rio memeluk erat tubuh mungil tersebut, ia menaruh dagunya tepat di bahu Azrell sambil menghirup wangi parfum yang telah menjadi candunya.     

"Stay di jahili terus, pergi juga di larang. Sebenarnya mau kamu itu apasih, Rio? jangan sampai ya kamu aku dorong masuk ke dalam kolam renang."     

"Coba saja lagipula kamu tidak akan bisa mendorong aku, kan tenaga kita jelas-jelas jauh berbeda. Masa iya sih kamu kuat?"     

"Kuat lah, kalau aku niat. Aku tidak niat sih mengatakannya hanya sebagai perumpamaan saja,"     

Rio terkekeh kecil, lihat wanitanya benar-benar sangat menggemaskan. Ia tambah mengeratkan dekapan pada tubuh wanitanya itu, lalu bernapas dengan napasnya yang hangat pada lipatan leher Azrell. Ia tidak puas kalau wanitanya ini belum terpancing dengan apa yang ia perbuat, kan nanti permainan mereka tidak ada paksaan.     

"Rio, jauhkan junior mu dari bokong ku. Sangat terasa, apa sudah menegang?" Azrell bertanya sedemikian rupa sambil menolehkan kepalanya ke arah Rio, terlihat wajah laki-laki itu yang tengah menyeringai miring. "Jelek kamu, lagipula ngapain juga kita masih di sini. Udah lepasin aku, hari udah mau gelap dan sebaiknya kita masuk ke dalam." sambungnya sambil berusaha bangkit dari pangkuan Rio yang ternyata sangat kuat mendekap tubuhnya.     

"Ih romantis dikit kek sayang ku Azrell, baru aja begini kamu mau masuk ke dalam. Kan seru kalau penyatuan dengan pemandangan senja," balas Rio yang masih enggan untuk melepaskan wanita yang tengah bersusah payah untuk beranjak.     

Azrell memutar kedua bola matanya, karena ia sadar kekuatannya jauh dari laki-laki tersebut. Ia tidak habis pikir kenapa ada yang seperti Rio, sudah menyebalkan, mesum pula. "Apalagi yang kamu pikirkan sih Rio? mana ada bercinta di ruangan terbuka, bagaimana kalau di lihat para maid? nanti aku bilangin Mommy loh kalau punya anak yang mesum." ucapnya yang meluncurkan kalimat andalan tentang pengaduan ke Lina.     

"Adukan saja, aku tidak takut."     

"Ya lagian kamu kenapa sih minta berhubungan badan terus? sudah tahu..."     

Ah iya, kalian belum pada tahu ya kalau Azrell tengah mengandung anaknya Rio? jadi, untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, ya makanya ia selalu menolak permintaan laki-laki itu. Jadi... mungkin wajar saja Rio kangen dengan apa yang biasa menjadi mainannya kalau menginginkan hal itu.     

"Iya maaf karena ada debay ya jadi kita gak bisa melakukan hal itu, huh... kalau debay sudah lahir akan ku pastikan menggempur kamu sampai puas."     

Pasalnya, usia kandungan Azrell masih cukup muda untuk melakukan hal itu. Paling hanya kegiatan dewasa yang dasar saja, tidak sampai dalam fase penyatuan tubuh.     

Rio tersenyum hangat, kali ini ia mengelus-elus perut Azrell yang sedikit membulat ke depan. Kisah percintaan mereka terasa mulus walaupun sampai detik ini tidak ada kepastian, hanya hubungan seperti komitmen namun mereka berdua sudah nyaman dengan hal ini. Apalagi Lina yang dari awal mendukung mereka dengan sangat baik, bahkan tidak marah saat putranya ketahuan telah menghamili wanita.     

Kalau untuk urusan Sam dan Nayya, mungkin mereka sedikit terkejut bahkan sempat mengintrogasi Azrell dengan berbagai macam pertanyaan. Sampai putrinya itu menjawab kalau dirinya mencintai Rio dan mereka berdua akan bertanggung jawab, tanpa merasa malu dengan kehamilan di luar nikah. Lagipula bayi yang di dalam kandungan Azrell tidak memiliki salah apapun, jadi pantas untuk di pertahankan.     

Azrell terkekeh dengan apa yang diucapkan oleh Rio, bayangkan saja setiap malamnya laki-laki ini merengek karena kejantanannya gatal dan ingin masuk ke dalam kewanitaannya, namun lagi-lagi itu hanya bisa menjadi ucapan tanpa terwujud. "Ya tidak bisa lah, kamu harus menunggu beberapa minggu lagi sampai aku benar-benar pulih."     

"Kenapa lama sekali? besok saat konsultasi kw dokter aku akan bertanya tentang hal ini, pasti di bolehkan asal bermain dengan tempo pelan."     

Pasalnya, menutut Azrell, Rio tidak cocok bermain dalam tempo pelan. Jadi dirinya kurang puas kalau laki-laki tersebut bermain dengan tempo pelan, tidak ingin munafik namun kenikmatan masih nomor satu bagi dirinya.     

"Jangan, malu-maluin saja dasar. Masa bertanya berhubungan badan dengan dokter, aku malu lah."     

"Lebih baik malu daripada kangen," balas Rio sambil menjulurkan lidahnya ke hadapan Azrell. Ia memang keras kepala untuk hal yang sudah menjadi keinginannya.     

Azrell hanya tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya pada dada bidang tersebut. Ia menghirup dalam aroma maskulin itu, lalu mengelus rahang Rio dengan tangan kanannya. Tatapannya lurus menatap langit sore, namun pikirannya memutar banyak hal.     

"Sudah tau ingin menamai bayi kita dengan nama apa?" tanyanya. Ia sangat gemas kalau ada tangan mungil yang memanggil dirinya dengan sebutan Mommy, susah pasti ia membayangkan sosok malaikat kecil hasil kerja keras dirinya dengan Rio.     

Sama dengan sang wanita, ternyata Rio juga telah memikirkan banyak hal. Tangannya masih sibuk mengelus perut Azrell, ia tidak sabar memiliki keluarga kecil yang harmonis. Dari ketidaksengajaan menjadi hubungan yang terjalin sempurna sampai detik ini, ah lucu sekali.     

"Itu mah nanti saja, aku sudah punya nama rahasia dan tidak akan di kasih tahu sekarang."     

"Jangan jadi laki-laki yang tetap menyebalkan, Rio."     

"Ya kamu kesal mulu sama aku, nanti anak kamu mirip aku loh hayo..."     

"Lah iya lah, kamu kan D-daddy.."     

Rio menajamkan pendengarannya, lalu seolah-olah tidak mendengar dengan apa yang diucapkan oleh Azrell, ia sedikit memajukan wajahnya. "Apa? kamu memanggil ku dengan sebutan apa? coba katakan sekali lagi aku tidak mendengarnya." ucapnya sambil mengulum senyuman geli.     

Menghembuskan napasnya, memang benar berada di dekat Rio hanya memacu rasa kesal sampai menjalar ke seluruh tubuhnya. "Tidak, tidak ada panggilan spesial buat kamu nanti tingkat kepercayaan dirinya menambah."     

Rio tertawa, lalu menciumi punggung Azrell. Setelah itu mengangkat tubuh wanitanya, ia menggendong tubuh mungil itu ala bridal style.     

"E-eh mau ngapain? aku kan bisa jalan sendiri, Rio. Kenapa harus di gendong sama kamu?" tanya Azrell keheranan, namun tak ayal kedua tangannya langsung di lingkari ke leher laki-laki tersebut.     

Rio sedikit mengangkat bahunya, merasa tidak peduli. "Ya memangnya kenapa? suka-suka aku dong, lagipula aku ingin mandi dan kamu harus menunggu ku di kamar."     

"Lalu?"     

"Ya kan naik tangga, aku tidak akan pernah membiarkan wanita ku yang sedang hamil naik atau turun tangga sendirian."     

Lihat sekarang betapa manisnya seorang Rio? hanya waktu saja yang bisa menjawab kebahagiaan mereka berdua.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.