88| The Surprise in Question
88| The Surprise in Question
Ini sudah memasuki jam makan siang, pertanda kalau apa yang dikerjakan harus terhenti karena sudah waktunya untuk beristirahat. Ia menarik napas panjang-panjang, lalu menatap kotak bekal yang dibawakan Felia untuk dirinya.
Melihat smoke beef beserta buah dan jangan lupa ada gulung sushi serta puding penutup di dalamnya, tentu saja perutnya bergejolak ingin memakan semua itu.
Ia beranjak dari duduknya, lalu berjalan keluar dari ruang kerja untuk pergi ke toilet.
"Tuan!"
Seruan dengan nada bariton yang berat itu terdengar menyapa indra pendengarannya, ia memperlambat langkah kakinya sampai benar-benar berhenti dalam satu pijakan. Menunggu yang memanggil dirinya sampai di hadapan, akhirnya orang itu sudah berdiri tepat di depannya.
"Maaf Tuan mengganggu jam kerja mu, saya ingin berbicara sebentar, bisa?"
Ternyata itu adalah sekretaris baru Leo sang pengganti Azrell, tentu saja sebagai seorang atasan laki-laki yang dimaksud itu langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu dan apa yang perlu di bicarakan, Jeremy?" jawabnya dengan wajah yang sangat berwibawa.
Tidak masalah jika jam makan siangnya sedikit tertunda toh nanti juga ia bisa mengambil sedikit jam masuknya untuk beristirahat sejenak.
Jeremy memperlihatkan lembaran kertas yang berada di tangannya, lalu menyodorkan ke arah Leo. "Maaf sepertinya ini milik kekasih anda, Tuan. Mungkin kebawa di berkas milik saya, maaf kalau lancang karena demi memastikan sudah saya baca semuanya." ucapnya dengan nada tidak enak, bahkan ia sempat menggaruk pipinya yang tidak gatal karena merasa bersalah telah membaca privasi orang lain.
Dengan alis yang terangkat sebelah, tentu saja Leo yang tidak tahu apa-apa ini merasa bingung dengan hal ini tapi tetap saja ia meraih berlembar-lembar kertas tersebut yang di julurkan oleh Jeremy. "Oke, terimakasih. Tidak apa, tidak perlu meminta maaf. Saya salut dengan mu karena sudah sangat teliti dalam bekerja," ucapnya seolah-olah tahu padahal hanya mengiyakan saja.
Jeremy sedikit membungkukkan tubuhnya, pertanda kalau dirinya berterimakasih dengan pujian yang di berikan sang CEO yang memang sangat tampan ini. "Baik Tuan, terimakasih juga sudah meluangkan sedikit waktu. Saya permisi ya ingin makan siang, anda jangan lupa juga istirahat dan selamat beraktifitas." ucapnya dengan nada bicara yang sangat sopan.
Leo hanya menganggukkan kepalanya, lalu melihat Jeremy yang melangkahkan kaki khas laki-laki menjauh darinya. Mulai masuk ke dalam lift, yang sepertinya tujuan dia ingin ke kantin kantor.
Kata karyawan pada akhir-akhir ini sih, seperti :
'Tidak masalah kalau gak bisa dapetin hati sang CEO, masih ada kesempatan buat dapetin si sekretaris yang sama-sama tampan.'
Memang mata keranjang para wanita, pasti gak bisa deh kalau lihat yang tampan dan bening.
Yang tadinya berniat ke toilet untuk mencuci tangan, akhirnya kini Leo menepi ke arah sofa yang biasa menjadi ruang tunggu bagi para tamu yang ingin bertemu dengan dirinya. Ia mendaratkan bokongnya di benda yang empuk itu, lalu mulai memperhatikan lembaran-lembaran yang sepertinya di cetak dengan kertas HVS putih jernih pertanda kalau ini baru.
"Siapa ya yang ngasih? masa iya Felia kan dia sedang hamil mana mungkin juga menjahili saya seperti ini?"
Ia memperhatikan tiap deretan huruf yang tercetak jelas di sana, membaca tiap kalimat.
//
Halo Tuan Leo yang sangat menyebalkan,
Aku tadi bilang sama Jeremy aka sekretaris baru kamu itu loh, buat print-in semua ini tapi nanti saat di kasih ke kamu itu dia aku suruh pura-pura gak tau aja dan beri alasan. Dan ya kalau ini sudah sampai di tangan kamu, di baca ya sayang ...
Selamat menjalin hubungan yang ke-3 bulan, aku sangat senang bertemu kamu. Maaf baru bisa mengucapkan di satu hari setelah tanggal seharusnya, namun itu kan gak merubah rasa sayang aku sama kamu kok.
Aku gak bisa bikin kalimat puitis yang romantis... jadi pelan-pelan kamu lihat lembaran kertas ini sesuai yang sudah di urutkan oleh Jeremy ya...
Kecup manja, Felia cantik.
//
Senyuman merekah di permukaan wajah Leo karena wanitanya sangat manis sekali dan membuat Jeremy benar-benar memainkan perannya. Dengan penasaran, ia langsung membuka satu per satu lembar kertas HVS tersebut. Lembar pertama surat tadi, lembar kedua saat mereka di Paris, lembar ke tiga saat di New York, lembar ke empat berbagai kolase foto mereka yang di print berwarna, dan yang terakhir...
Leo hampir saja menangis karena melihat lembaran terakhir yang berada di tangannya ini, ia dengan tatapan tidak percaya langsung menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanan lagu menyandarkan tubuh pada kepala sofa.
Lembar terakhir itu berisi USG yang menampilkan bentuk bayi yang belum terlalu jelas terlihat, ia menatap haru kertas tersebut. Dan ia membaliknya takut ada sesuatu di belakang kertas ini, dan ya benar apa yang menjadi dugaannya.
"Hai Leo, selamat untuk kita karena kini ada yang menjadi penerus mu. Karena apa.. tebak? karena calon bayi kita nanti itu laki-laki yang hebat seperti kamu, senang gak?" gumamnya yang membaca tiap kalimat yang di ketik pada kertas tersebut, bahkan nada bicaranya hampir menirukan gaya bicara Felia yang lemah lembut gemulai.
Jangan tanya seberapa rasa senang Leo saat ini, baginya seperti sebuah mimpi yang akan terwujud. Ia memiliki penerus Luis Company selain Vrans, itu adalah sebuah rasa bahagia yang teramat dalam. Kini kedua bola matanya memerah, menahan haru yang akan membuat air mata meluruh ke pipinya.
Ia sangat bersyukur memiliki Felia yang bisa pergi untuk kontrol saat dirinya sedang bekerja, pasti di temani dengan Bara yang laki-laki tersebut bernotabene sebagai pekerja kepercayaannya.
Ia segera merogoh saku tuxedo-nya, dan menemukan benda pipih itu di sana. Dengan segera, hanya dengan sebelah tangannya ia mengoperasikan alat canggih tersebut --karena tangan satunya masih sibuk memegang lembaran yang diberikan Jeremy-- ia segera mencari kontak telepon sang kekasih.
Padahal beberapa jam sebelumnya mereka sudah saling berbincang di telpon bahkan ia sudah mengancam tentang jam makan siang, dan ya ternyata ini juga sudah jam 1 pertanda istirahat akan segera berakhir namun ia sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
Ia segera menempelkan ponsel pada telinganya, ia kini ingin mengucapkan beribu-ribu terimakasih tengang kebahagiaan ini.
"Halo, Leo... ada apa lagi sayang?"
Akhirnya setelah deringan ketiga tidak di angkat, dering selanjutnya terdengar suara lembut yang sangat menenangkan itu. Ia menghembuskan napas, supaya bisa membuat perasaannya sedikit tenang. "Jadi ini surprise dari kamu, hm?" tanyanya dengan suara rendah.
Terdengar nada keheranan dari seberang nada, seperti... entahlah Leo saja tidak bisa menjelaskannya. "Surprise apa ya sayang? aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan," jawabnya.
Leo terkekeh, ia tahu kalau Felia bukanlah wanita yang pandai berbohong. Mendengar nada bicaranya yang seperti tengah menahan sesuatu saja langsung membuat dirinya menebak kalau kekasihnya itu tengah menyembunyikan gelak tawanya. "Jujur sayang, atau setelah ini saya langsung pulang ke rumah dan meninggalkan pekerjaan saya." ucapnya yang mengatakan sebuah ancaman, hanya untuk menggertak namun dalam konteks yang lembut.
"Iya iya.. jujur. Kamu sudah dapat semua lembaran itu dari Jeremy? euhm... maaf tadi setelah makan siang aku terlalu bersemangat dan langsung mengajak Bara untuk ke dokter kandungan."
"Tidak masalah, justru saya sangat senang mendapatkan kabar ini. Melihat calon orang sukses yang masih berada di kandungan, ah rasanya jadi ingin cepat-cepat berkenalan di dunia sambil mengatakan kalau aku Daddy-nya."
Sudah lama ia tidak memiliki buah hati, karena Vrans satu-satunya. Lagipula ia ditinggal saat putranya yang satu itu masih kecil, jadi ia tidak memiliki kesempatan untuk menaruh benih pada wanita lain. Kalau untuk Felia, ya rasanya berbeda saja dan ya apa yang berada di benaknya benar karena kini ia merasa beribu-ribu bahagia.
Akhirnya, terdengar kekehan kecil dari seberang sana. Yang tadinya ingin berbohong pada sang kekasih pun tidak lama kemudian juga kembali jujur karena tidak bisa berlama-lama menahan kebohongan. "Iya deh yang ingin jadi Daddy, kamu saja sebelumnya sudah jadi Sugar Daddy ya? ah kayaknya aku memiliki kekasih yang sempurna." ucap Felia dari seberang sana, terdengar juga ada suara orang lain namun lebih mirip seperti percakapan pada televisi mungkin sambil menonton acara TV.
"Iya, kan kamu yang jadi Sugar Baby saya. Minta apapun saya turuti, seperti Azrell dan kalau putus pun saya sama sekali gak minta untuk dikembalikan nominal uang yang sudah saya berikan."
"Karena kamu kebanyakan uang, sayang."
"Ya kalau itu hasil kerja keras, setiap bulan juga sudah memberikan kepada anak-anak yang membutuhkan tapi namanya juga Luis saya tidak akan pusing kalau kebanyakan harta."
Leo terkekeh, sebenarnya menjadi The Richest CEO bukanlah hal yang harus di pusingkan sih memang. Dulu ia hanya pusing karena belum bisa menempatkan wanita di hatinya secara serius, namun kini sudah tidak pusing lagi karena sudah bertemu dengan seorang wanita yang tepat.
"Iya sayang, aku bangga sama kamu."
"Ya aku lebih bangga karena kamu bisa menerima benih aku dan menjadikan sebuah bayi yang menggemaskan walaupun baru di lihat dari hasil USG, sayang."
"Pasti dia tampan seperti kamu, tentu saja pasti."
Tentu saja, bisa saja nantinya menjadi perpaduan antara sifat Felia dan juga Leo. Kini ia membayangkan kalau Vrans yang sudah menjalin pernikahan akan memiliki seorang adik kecil lagi, itu pasti akan terdengar aneh namun menggemaskan.
Ah iya, Leo teringat akan sesuatu dan langsung menjentikkan jemarinya.
"Fe," ucapnya memanggil wanita di seberang sana yang tengah menjadi lawan bicaranya.
"Hm, iya Leo ada apa?" jawab Felia dengan nada lembut, masih stay dengan pembicaraan mereka.
Leo sedikit mengangkat senyumannya yang terlihat miring, lalu sedikit berdehem karena bersiap-siap dengan apa yang ingin dikatakan selanjutnya. "Kamu udah tanya atau belum perihal kehamilan muda boleh berhubungan badan pada dokter?" tanyanya sambil mengulum sebuah senyuman jahil, padahal ia sudah tahu jawabannya namun kali ini hanya berniat untuk menggodanya wanitanya.
"Leo nyebelinnnn!"
...
Next chapter