My Coldest CEO

89| Full of Maturity (Friendship)



89| Full of Maturity (Friendship)

1Siang hari ditemani dengan es krim, Felia duduk santai karena kedatangan Azrell yang juga ikut makan hal serupa dengannya. Katanya bawaan bayi, dan kalau tidak di turuti pasti kedua calon Mommy ini akan mengamuk atau hal yang lebih parah lagi akan merajuk.     

Felia menatap Azrell dengan penasaran kenapa wanita itu bisa ke sini seorang diri, ah tidak seorang diri sih ada satu private driver yang ikut bersamanya dan juga tengah mengobrol dengan Bara di pantry supaya tidak terlalu bosan menunggunya.     

"Jadi....?" tanyanya menggantung. Ia ingin mengeluarkan kalimat lain namun bingung dengan penyusunan kata yang harus di lontarkan.     

Azrell menatap ke arahnya sambil mengerjapkan kedua bola mata. "Jadi apa?" Bukannya menjawab kebingungan Felia, ia justru malah melontarkan pertanyaan seolah-olah tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh sahabatnya itu.     

Felia memasukkan satu sendok kecil es krim ke dalam mulutnya, rasa vanilla yang dingin mulai menyapa dinding tenggorokannya dengan sopan rasanya benar-benar menyejukkan.     

"Ih maksud ku, kenapa kamu ke sini? tumben sekali, biasanya kamu tidak ingin bertemu dengan lu duluan dan kemarin saja itu aku yang menyusul ke rumah si Rio yang menyebalkan." ucapnya sambil memperjelas pertanyaan sebelumnya. Sedaritadi mereka duduk bersebelahan, namun saling menatap satu sama lain.     

Azrell paham dengan apa yang dikatakan oleh Felia lalu ber-oh ria, jangan lupakan kepalanya yang mengangguk. "Ah itu... aku sangat bosan dan tidak tahu lagi harus melakukan apa, Fe. Kamu bayangkan saja di rumah sendirian, Mommy dan Daddy kan memang selalu bekerja. Belum lagi Rio yang juga bekerja, jadi aku tidak tahu harus berbuat apa." jawabnya dengan jujur, sesekali tangannya mengarahkan sendok yang berisi es krim ke dalam mulutnya.     

Setuju dengan apa yang dikatakan Azrell, tentu saja Felia juga merasakan hal serupa dengan wanita itu. Di rumah sebesar ini hanya ditemani dengan barang-barang mewah dan tentu saja mahal, bahkan juga di temani para maid membuat rasa bosannya meluap seketika. Setelah memutuskan sambungan telepon dengan Leo karena dirinya habis memberikan 'surprise' kecil-kecilan untuk kekasihnya itu, untung saja di menit selanjutnya kedatangan sang mantan teman yang dengan perlahan akan kembali menjadi 'teman'.     

"Iya aku juga merasakan itu, Fe. Lagian juga kayak gak ada kehidupan banget, televisi, kolam renang, ya kali aku lagi hamil mau nge-gym kan gak mungkin."     

"Iya jangan melakukan hal-hal yang berat, ah iya kamu sudah makan siang?"     

"Sudah sih tadi tapi ternyata cepat lapar ya,"     

Felia melihat Azrell yang tengah mengelus perut buncitnya, pertanda kalau dirinya memang merasa lapar. Usia kandungan mereka tidak terpaut jauh, jadi ya bisa di bilang mereka kemungkinan lahiran bersama. Ah ia jadi tidak sabar menunggu enam bulan lagi untuk menggenggam tangan mungil.     

"Kalau begitu ayuk makan tomato creamy soup, aku yakin seratus persen kalau buatan Bara itu benar-benar sangat enak!" ucapnya dengan semangat, ia melihat ke dalam cup es krim yang masih tersisa setengah namun rasa seleranya terasa hilang.     

Azrell menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang dikatakan Felia. Makan es krim saja ternyata tidak membantu untuk mengganjal perut sampai nanti ketemu waktu makan sore. "Oke, yuk lagipula aku belum pernah mencicipi masakan chef sewaan Leo itu, kalau enak nanti aku juga ingin suruh Rio untuk sewa chef."     

"Loh bukannya sudah ada, ya?"     

"Itu kan di kediaman Wallson, nanti di rumah kita."     

Felia sangat tahu apa arti kata 'kita' yang dikatakan oleh Azrell, ini bukan tentang dirinya dan wanita itu. Tapi ini tentang kata 'kita' yang menjerumus ke Azrell dan juga Rio.     

Mengulum senyuman geli, akhirnya Felia menaik turunkan alisnya berusaha menggoda temannya itu. "Cie yang sudah mau nikah dengan laki-laki yang sangat menyebalkan, dan sudah ada niatan banyak sampai mau sewa chef pribadi juga." ucapnya sambil mencolek lengan Azrell dengan sendok es krim yang berada di tangannya.     

Tentu saja mendapat perlakuan seperti itu membuat Azrell dengan refleks langsung menjauhkan tubuhnya, memberikan jarak di antara mereka. "Ih nyebelin dasar! jangan colek aku pakai sendok es krim mu, dasar jorok." ucapnya sambil mengerucutkan bibir, ia meletakkan wadah es krim berserta sendok-nya ke atas meja lalu tangannya mulai mengusap-usap lengan yang tadi menjadi sasaran empuk bagi dirinya.     

Tawa Felia terdengar, lalu wanita ini juga melakukan hal yang serupa yaitu menaruh wadah es krim ke atas meja. Ia menyudahi tawanya sambil beranjak dari sofa, berdiri tegak menampilkan tubuh mungilnya yang sekarang sedikit berisi. "Ayo katanya mau makan, itu es krimnya biarin aja yuk." ucapnya dengan sangat lembut kepada Azrell, bahkan kini menjulurkan tangannya untuk membantu wanita yang masih duduk manis di sofa itu supaya berdiri juga.     

Azrell menerima juluran tangan Felia, lalu mengulas senyumannya. "Terimakasih," ucapnya dengan tulus.     

Padahal, setelah kejadian mereka bertengkar sampai memutusakan untuk tidak kenal satu sama lain sudah pasti mereka tidak bertemu dan bertegur sapa. Tapi baru beberapa hari kebelakang ini hubungan mereka kian membaik.     

Throwback     

Hari masih pagi, Felia tengah menyiram tanaman bunganya yang baru saja dibelikan Leo karena ia merengek tidak jelas untuk meminta tanaman indah satu ini, apalagi kalau bukan bunga mawar merah yang selalu menjadi daya tarik?     

Keberangkatan Leo ke kantor membuat Felia menjadi cukup banyak kegiatan ringan yang ia paksakan, karena nanti kalau hanya duduk dan tiduran saja bisa-bisa tubuhnya tidak bergerak dan berakhir otot-otot terasa menegang.     

Tentu saja sang kekasih memperbolehkan, ya tapi tidak melakukan kegiatan berat. Hanya menyiram tanaman saja tentu tidak kamu masalah.     

Tin     

Tin     

Ia mendengar samar-samar suara klakson mobil, jauh di depan gerbang utama mansion Leo ia melihat sebuah mobil sedan yang ingin masuk ke dalam rumah dan sepertinya sang empunya sedang mengobrol dengan Hans.     

"Palingan Leo, oh atau mungkin sekretarisnya ingin mengambil barang di rumah." Tidak ingin mengambil pusing, akhirnya Felia memutuskan untuk mengangkat bahu dengan acuh lalu kembali mantap tanamannya yang sudah terdapat kuncup bunga hendak mekar.     

"Udah ya untuk hari ini minumnya cukup, kalau kebanyakan nanti kamu mati."     

Setelah itu, Felia menaruh gembor yang berada di tangannya ke lantai namun menatap puas hasil kerja kerasnya yang menanam tanaman tersebut dari masih belum berbunga.     

//Fyi; Gembor atau penyiram tanamanadalah wadah berbentuk seperti cerek besar yang biasanya memiliki pegangan dan corong, dan digunakan untuk menyirami tanaman dengan tangan.//     

Saling menepuk kedua tangannya, ia berbalik badan dan mendaratkan bokongnya pada kursi kayu yang sengaja diletakkan di luar rumah. ia mengambil secangkir coklat panas dan menyesatkan secara perlahan, sudah terparkir di halaman utama mansion ini. Dengan sebelah alis yang terangkat, iya berpikir siapakah si empunya mobil tersebut. Pasalnya ia tidak tahu karena baru pertama kali melihat mobil itu bahkan ia tidak ingat kalau Leo mempunyai mobil tersebut.     

Ternyata Satya perhatikan lebih jauh di dalamnya itu ada seorang wanita, bertubuh mungil sama seperti dirinya dan mulai keluar dari mobil itu. "hai Felia, apa kabar? maaf karena sebelumnya tidak memberitahu dirimu tentang kedatanganku."     

Dengan kedua mata yang hampir membelalak sempurna velia tidak percaya dengan apa yang kini menjadi objek tatapnya, ia tidak menyangka kalau wanita itu datang kembali menemui dirinya setelah apa yang terjadi. "Azrell? ada hal apa kamu ke sini? apa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan lagi soalnya aku sedikit bingung karena kita sudah lama tidak bertukar kabar," ucapnya dengan nada bahagia sekaligus tatapan bingung.     

Azrell terkekeh kecil, lalu mulai melangkahkan kakinya mendekati ke arah Felia. Ia menampilkan senyuman manis, senyuman yang bahkan tidak pernah di tunjukan lagi untuk wanita yang tengah duduk manis di kursi itu. "Aku pikir diantara kita ada salah paham yang mungkin kata-kata aku pernah menyakiti kamu, jadi kedatanganku kesini ingin memperbaiki semua itu dan menjalankan pertemanan kita seperti sebelumnya."     

Pada saat itu juga Felia merasa kelopak matanya dipenuhi kristal bening yang siap meluruh ke kedua pipinya, Ia tidak menyangka kalau masih ada orang yang salah tapi berani mengakui kesalahannya dan memperbaiki semua itu dan Azrell melakukan hal itu untuk dirinya --tentu saja sangat terharu dan tersentuh akan hal ini--.     

"Iya, Aku juga ingin minta maaf sama kamu mu kalau ingin mengobrol denganku mari kita sambil perbaiki segalanya kita akan membicarakan apa Yang memang seharusnya kita bicarakan kamu juga nggak enak sama kamu karena kita udah lama jauh hanya karena seorang laki-laki jadi mungkin ini adalah saat yang tepat."     

Pada pagi itu juga, mereka berdua melepas gurau dan tawa untuk pertama kalinya setelah bertengkar.     

Throwback off     

"Kamu ngapain diam? katanya tadi mau makan sop buatan Bara tapi kamunya sendiri malah diam disitu mikirin apa sih?"     

pertanyaan Azrell yang dilontarkan dengan nada lembut itu langsung membuyarkan lamunan velia mengenai pikirannya yang mengingat kembali bagaimana awal mereka bersama-sama seperti sedia kala. "E-eh ada apa? enggak kok aku nggak mikirin apa-apa tadi aku cuma mengingat apakah Leo sudah makan siang atau belum ya. Ah, sudah yuk lebih baik kita langsung menuju pantry untuk bertemu dengan Bara." ucapnya dengan nada bicara yang pick up sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal, astaga ia sangat malu.     

Azrell hanya menganggukan kepalanya, percaya dengan apa yang dikatakan Felia tadi. Toh juga dirinya memang sudah kelaparan jadi tidak perlu ambil pusing hal lain selain menyangkut makanan, ya semenjak kehamilan dirinya memang menjadi selalu menomorsatukan makanan jadi hal itu bukanlah masalah besar. "Oh ya sudah yuk terimakasih ya sudah ah memberikan aku kesempatan untuk mencicipi masakan Bara yang enggak pernah aku cicipi sama sekali saat berpacaran dengan Leo."     

Bukannya cemburu atau merasakan perasaan yang lainnya justru Felia sangat beruntung memiliki Leo secara utuh, bahkan sampai maid, pekerja lainnya, dan juga tentunya keluarga Luis menerima dirinya dengan senang hati. Walaupun Azrell adalah mantan dari kekasihnya, bukan berarti masa lalu bisa di bawa ke masa kini sehingga bisa saja mengundang hal buruk lainnya.     

Berpikir dewasa adalah kunci utama dari segala hubungan kehidupan.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.