My Coldest CEO

92| Mood News



92| Mood News

2Sama dengan yang mungkin saja juga menunggu kepulangan Leo, kini seorang Azrell tengah duduk manis bersama dengan anjing peliharaannya yang sangat manis berbulu coklat.     

"Hei, Nessie come here!" serunya saat melihat sang hewan peliharaan sedang sibuk dengan mainannya yang berupa plastik berbentuk tulang.     

Sudah kenal dengan panggilan sang majikan, tentu saja Nessie langsung menghampiri Azrell sambil menggonggong dengan lidah yang terjulur.     

"Sini temani aku menonton televisi," ucap Azrell sambil menepuk-nepuk sofa yang berada tepat di samping tubuhnya. Mengatakan kepada Nessie seolah-olah menyuruh sang anjing peliharaan itu untuk duduk bersebelahan dengannya.     

Guk     

Guk     

Guk     

Pertanda Nessie mengiyakan apa yang dikatakan oleh Azrell, ia segera melompat ke atas sofa lalu mulai duduk manis tepat di samping majikannya. Sangat menurut, padahal ia baru saja di adopsi sekitar tiga hari lalu.     

Lagipula tadi siang Azrell keluar rumah dan mungkin Nessie cukup merindukannya karena seharusnya hewan peliharaannya itu lah yang menjaganya, bukan sebaliknya.     

Tersenyum manis, Nessie adalah kado terbaik sebagai peneman dirinya saat di rumah ini terasa kosong dan hampa terasa tanpa seorang peneman yang bisa di ajak berbicara.     

Ya memang hewan peliharaan tidak bisa di ajak bertukar pemikiran sih tapi tetap saja walaupun begitu tingkah menggemaskannya tidak dapat bisa ditandingi. "Kita tunggu Daddy pulang sambil nonton acara kartun, sepertinya aku sedang ingin menonton film anak ini." ucapnya dengan senyuman yang mengembang di permukaan wajah.     

"Guk!"     

Anggap saja dirinya adalah wanita aneh karena mengajak seorang anjing berbicara, tapi hal itu sangat menyenangkan, sungguh. Yang terpenting semua pemikirannya dapat tersalurkan dan seperti merasa ada yang mendengarnya.     

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun batang hidung Rio belum juga tampak.     

"Sayang ku Azrell, belum makan malam?"     

Menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, ternyata itu adalah Lina yang sepertinya baru pulang kerja karena sama seperti Rio ia juga baru terlihat batang hidungnya pada saat ini. Menampilkan sebuah senyuman walaupun hatinya kecewa karena bukanlah laki-laki dambaan hati yang datang, ia masih bisa bersikap sopan.     

"Hai Mommy, tidak deh nanti dulu sepertinya aku akan menunggu kepulangan Rio." jawabnya dengan tangan yang sudah mulai mengelus-elus bulu halus Nessie yang tampak terawat dan tentu saja bersih dan wangi.     

Jangan katakan Rio menyewa orang untuk perawatan Nessie, dan ya memang itu kenyataannya.     

Lina terlihat sudah bebas dari pakaian kakunya, pakaian kantor yang dulu juga dikenakan oleh Azrell. Wanita itu segera melangkahkan kakinya, mendekati kekasih dari putranya yang tampan dan pandai mengurus perusahaan itu. "Nanti kalau kamu telat makan, justru kasihan loh dengan janin kamu. Masa iya ingin menunggu kepulangan Rio terus menerus? namanya juga kerja, ya pasti bisa pulang cepat bisa juga lembur." ucapnya dengan nada keibuan yang terdengar sangat jelas.     

Azrell menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang dikatakan oleh Lina. Ia mengikuti setiap langkah wanita paruh baya yang masih cantik itu semakin mendekati ke arahnya, dan berakhir mendaratkan bokongnya di sofa --tepat di samping tubuhnya--. "Iya aku tahu, Mommy. Tapi tanpa Rio rasanya sangat kurang..." balasnya dengan nada bicara yang di tekan supaya tidak terdengar terlalu manja namun sama saja hal itu tidak berhasil.     

Jawaban Azrell sama persis dengan apa yang ia katakan beberapa tahun lalu saat mengandung seorang Rio, itu sudah lama sekali. Bagaimana seorang wanita hamil pasti sangat manja dan menginginkan laki-lakinya terus menerus bersama.     

"Kalau begitu, kamu bisa tahan sebentar rasa kangennya. Mommy tahu kamu pasti jadi selalu butuh Rio, tapi kan dia juga bekerja buat kamu. Supaya nanti bayi kalian lahir sampai besar tidak ada satupun hal uang kekurangan dari segi materi, kan kalau begitu nanti yang enak kamu."     

"Iya sih Mommy, daritadi aku hanya ingin menunggu nih bersama dengan Nessie!"     

"Guk!"     

Setiap Felia menyebutkan nama 'Nessie' pasti si anjing sang empunya nama itu langsung menyahut padahal tidak memanggil, hanya tengah mengobrol dengan lawan bicara dan kebetulan membicarakannya.     

"Kalau begitu, gak masalah kan makan dulu? yuk sama Mommy, bawa ponsel mu juga kali saja nanti Rio memberikan kabar. Biasanya kalau jam segini belum pulang, pasti dia lembur karena banyak pekerjaan dan belum sempat berkabar." ucap Lina dengan deretan kalimat penenang-nya, ia menjulurkan tangan untuk mengelus kepala Azrell dan juga mendaratkan kecupan di sana setelah itu bangkit dari duduknya.     

Sebenarnya, Azrell sangat tidak suka dengan laki-laki tanpa kabar. Ingat tentang hubungannya dengan Leo kan? iya itu saja kandas sia-sia hanya karena penuntutan kabar darinya.     

Namun semenjak bersama dengan Rio, menjadikan seorang Azrell mengerti kalau kabar bukanlah hal yang penting asal kepercayaan masih terpegang teguh oleh masing-masing hati.     

Menganggukkan kepalanya, ia setuju dengan ajakan Lina. "Baiklah kalau begitu Mommy, sebenarnya sudah lapar tapi ku tahan."     

"Lain kali jangan seperti itu oke, jaga kesehatanmu. Nanti akan aku buatkan susu kehamilan untuk mu,"     

Azrell merasa beruntung mempunyai calon mertua seperti Lina yang sangat teramat menjanjikan dan juga perhatian, sebelum melakukan hal yang serupa --beranjak dari duduk-- dengan wanita yang berstatus orang tua dari kekasihnya itu, ia menolehkan kepalanya ke arah Nessie.     

"Kamu ingin ikut dengan ku atau sebaiknya di sini saja tetap menonton televisi?" tanyanya dengan nada suara yang lembut, sangat menyayangi Nessie si anjing peliharaan baik yang selalu saja menemani dirinya tanpa membangkang.     

Melihat Nessie yang bergeming, Azrell paham kalau dia ingin beristirahat karena memang seharian ini cukup banyak aktifitas. Menganggukkan kepalanya seolah-olah mengerti dengan apa yang di inginkan Nessie akhirnya ia sedikit mencondongkan tubuh untuk mencium puncak kepala sang peliharaan. "Diam-diam di sini, aku ingin makan malam dulu."     

Setelah itu, ia beranjak dari duduknya sambil membenarkan kembali bantal sofa yang tadi ia pegang-pegang. Lalu menatap Lina yang masih menunggu dirinya untuk segera makan malam bersamaan. "Yuk Mommy, daripada menunggu kepulangan Rio yang menyebalkan, lama sekali." ucapnya dengan nada pelan sambil tersenyum kecil.     

Memang sih di minggu ini, Rio baru pertama kali lembur ya pada hari ini tapi tetap saja ia rasa tidak rela karena kan tiap harinya laki-laki itu sudah bercumbu cukup lama dengan tumpukan kertas dan dokumen.     

Setelah sampai di ruang makan, ternyata sudah tersedia menu makan sehat yang memang biasa di konsumsi atau di perbolehkan bagi wanita hamil. "Mommy kenapa masaknya banyak banget sih ini? maksud ku, kenapa menyajikan hidangan yang banyak seperti ini...?" tanyanya sambil duduk di salah satu kursi yang bersebrangan dengan duduknya Lina.     

Lina menatap Zulfa sampai kedua bola mata mereka beradu satu sama lain, lalu tersenyum dengan hangat. "Ya untuk kamu dong supaya protein dan seluruhnya di tubuh kamu tercukupi," jawabnya sambil memutar piring yang tersaji di meja lalu mulai mengambil lauk yang tersedia.     

Azrell hanya menganggukkan kepalanya, paham kalau mereka semua yang memberikan makanan kepadanya pasti selalu memperhatikan kadar kalori. Entah itu untuk kesehatan, atau memang menu makan yang dianjurkan pihak kedokteran.     

Baru saja ingin membalik piring seperti apa yang dilakukan Lina, ponselnya berdering pertanda panggilan telepon masuk. Seulas senyuman manis kian muncul di permukaan wajahnya karena sebuah nama yang sedari tadi ia tunggu akhirnya memberikan dia kabar dengan cara menelepon.     

"Sebentar ya Mommy, Rio menelepon." ucapnya dengan nada bicara yang tertahan, karena merasa benar-benar bahagia dengan panggilan masuk tersebut.     

Melihat Lina yang menganggukkan kepalanya, Azrell segera mengangkat panggilan tersebut sambil mengambil napas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia hampir saja menjerit tertahan kalau tidak sadar kalau ini sudah malam hari.     

Dengan deheman kecil, Azrell berniat membasahi permukaan tenggorokannya yang terasa tiba-tiba kering. Ia menyeret tombol gagang telepon berwarna hijau, lalu menempelkan benda pipih tersebut ke daun telinga. "Halo sayang, password-nya apa ya." ucapnya dengan nada bicara yang di buat sebal, padahal jangan ditanya bagaimana rasa senang yang berada di hatinya.     

"Password-nya aku sayang kamu, Nyonya Wallson." jawab Rio dengan nada bariton yang terdengar sangat lembut, namun terbesit lelah yang sepertinya juga menguasai diri.     

Azrell menghembuskan napasnya, ia malah jadi sosok yang egois dan tidak mengerti dengan kesibukan Rio. "Maaf ya aku selalu menuntut dengan apa yang menjadi kesibukan kamu, aku tidak pernah mengerti dengan apa yang kamu lakukan selalu menuntut kepulangan mu." ucapnya dengan nada lesu. Ia tidak peduli kalau Lina tengah menatapnya dengan sangat hangat, sosok yang pengertian dengan apa yang dirasakan sebagai sesama wanita.     

"Gak masalah sayang, itu justru jadi semangat aku buat bekerja lebih giat lagi supaya bisa bertemu sama kamu, Azrell."     

"Tapi ya aku merasa sangat bersalah, di saat para wanita mengerti dengan kegiatan laki-lakinya tapi aku berbeda huft."     

"Hei, jangan seperti itu aku malah suka sifat mu yang berbeda dari wanita lain itu. Oh ya aku lembur, maaf banget ya baru bisa kabarin. Tadi ternyata ada meeting mendadak pada sore hari, dan ya pekerjaan ku jadi terlantar."     

Tersentuh dengan apa yang dikatakan Rio, ternyata perjuangan laki-laki memang sehebat itu untuk selalu mewujudkan apa yang diinginkan oleh dirinya karena walaupun terkadang telat terwujud.     

"Iya gak masalah sayang, ya tadi hanya bad mood saja karena gak ada kabar apapun dari kamu."     

"Iya maafin aku ya, sepertinya satu jam lagi aku akan pulang ke rumah. Kamu makan malam duluan ya, bersama Mommy."     

"Iya Rio ini aku ingin makan bersama Mommy, yasudah kamu lanjutkan saja kerjaan kamu ya.. Aku juga ingin makan malam,"     

"Iya sayang, makan yang banyak ya biar nanti malam gak lapar dan bangunin aku." Terdengar kekehan Rio dari seberang sana.     

Ikut terkekeh dengan apa yang diucapkan oleh Rio, ia membenarkan apa yang diucapkan laki-laki itu. "Ah iya, kalau itu sih urusan kamu." ucapnya.     

"Iya sayang bangunkan aku saja kalau lapar deh, sudah dulu ya nanti aku pulang i love you sayang aku lanjut kerja dulu."     

"Iya, Rio i love you too."     

Pip     

Sambungan telepon terputus dengan persetujuan kedua belah pihak lalu Azrell mulai menaruh benda pipih tersebut ke atas meja makan dan mulai memfokuskan kembali perhatiannya pada Lina.     

"Maaf ya Mommy kelamaan teleponnya,"     

Lina menganggukkan kepala, selalu mewajarkan jika seseorang yang tengah di mabuk asmara pasti tidak akan ingat dengan sekitar. "Yasudah kamu lanjutkan makan malamnya, ya sayang."     

"Baik Mommy," jawabnya sambil memperlihatkan sebuah senyuman yang mengembang. Hatinya kian berbunga-bunga karena habis berkabar dengan laki-laki yang menjadi alasannya untuk selalu membangkitkan suasana hati.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.