54| Thief Of Hearts
54| Thief Of Hearts
Azrell menatap sebal ke arah Rio, pasalnya kini laki-laki tersebut tidak ingin enyah dari dalam rumahnya. Setelah malam tadi membawakan dirinya pizza, Rio tidak ingin pulang dan justru memutuskan satu kamar dengan dirinya. Gila? tentu saja! lebih gila lagi dengan Sam dan Nayya yang menyambut hangat Rio yang sudah jelas-jelas menginap di rumah mereka tanpa pengetahuan.
"Jangan dekat-dekat dengan ku, sudah berapa kali aku bilang tentang ini?" ucapnya sambil mendorong kepala Rio yang tiba-tiba saja bersandar di bahunya. Terlihat kasar apalagi dorongan tangannya lumayan kencang.
Nayya yang melihat itu pun langsung saja berdehem, seolah-olah mengingatkan pada sang putri untuk tidak berperilaku seperti itu. "Sayang, jangan kasar dengan calon suami mu. Masa tampan begitu kepalanya di tempeleng, kan tidak sopan." ucapnya sambil meraih segelas air mineral untuk membahasi tenggorokannya yang membuat terasa kering karena menu makan pagi mereka hari ini cukup berat dan berserat.
Azrell mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak suka," ucapnya dengan wajah malas.
"Tapi aku suka." balas Rio dengan mengerling jahil, lalu berusaha lagi supaya kepalanya bersandar di bahu Azrell karena posisi mereka duduk sebelahan dengan kursi yang saling berdekatan satu sama lain.
Sam terkekeh kecil melihat wajah putrinya yang sudah sebal namun di tahan dan memilih untuk mengiyakan kemauan seorang laki-laki yang berada di sebelah dia. "Kalau seorang laki-laki ingin bermanja-manja dengan mu, berarti dia bersungguh-sungguh." ucapnya sambil memasukkan bacon ke dalam mulutnya.
Menganggukkan kepalanya dengan setuju, Rio merasa ada yang mendukungnya. "Benar itu Tuan Sam, aku setuju." ucapnya.
Sepertinya kini score 3 : 1 yang dimenangi oleh Rio sepenuhnya. Ya hal itu membuat Azrell meniup poninya dengan hembusan napas ke atas, lalu tanpa banyak bicara kembali memasukkan beef bulgogi ke dalam mulutnya.
Rio sibuk memperhatikan wajah Azrell dari bawah yang terlihat rahang tirusnya. "Cantik," ia adalah tipe laki-laki yang selalu memuji wanita. Tidak ada wanita yang 'tidak sempurna' di matanya.
"Lebih baik lanjutkan saja sarapan mu, jerk." ucapnya, lalu tepat di akhir kata langsung mengubah volume suaranya menjadi berbisik.
"Coba ulangi lagi perkataan mu, sayang."
"Tidak ada, hanya kesempatan satu kali saja aku mengatakan diri mu dengan sebutan seperti itu."
Sam dan Nayya saling melihat satu sama lain saat mendengar obrolan mereka yang sangat menggemaskan, dan ya mewajarkan hal itu karena dulu mereka juga pernah berada di posisi itu. Jadi, kini lebih baik mereka larut dalam obrolan sendiri dan mencoba menutup telinga.
"Bilang saja kalau kamu sayang sama aku,"
Ucapan Rio berhasil membuat Azrell membelalakkan kedua bola matanya, tatapannya seperti mengisyaratkan ekspresi 'are you kidding me right now?!'
"Tidak jelas dasar, lebih baik habiskan sarapan mu." ucapnya sambil mengerjapkan kedua bola matanya agar pikiran kembali terfokus pada kenyataan yang sangat menyebalkan.
Leo menaikkan sebelah alisnya, lalu mengulum sebuah senyuman yang terlihat... menggoda?
"Kalau aku habiskan, apa akan mendapatkan sebuah lumatan di pagi hari?"
Entah kenapa, padahal Azrell sudah melakukan lebih dari sekedar senyuman dengan Rio. Tapi kalau laki-laki itu membuka pembicaraan yang terdengar sedikit vulgar di depan kedua orangtuanya pun terasa sangat malu.
Hari ini ia bekerja, dan jam sekarang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Jadi, ia masih memiliki waktu satu jam sebelum jam kantor berbunyi.
"Tidak, itu terdengar sangat mustahil." jawabnya dengan nada bicara malas, ia menyudahi makan dengan susu kedelai hangat sebagai penutup. Meraih selembar tisu untuk di tepuk-tepuk ke mulutnya, lalu di taruh dengan lipatan rapih ke atas meja makan.
Rio terkekeh, lalu segera menegakkan tubuhnya. "Jangan berangkat kerja dulu, aku akan sudahi makan ku nanti akan ku antar ke Luis Company." ucapnya dengan semangat, lalu meraih pisau dan garpu untuk memakan omelette yang tersaji dengan isian cantik di atas piringnya.
"Tidak perlu, bensin mobil ku masih penuh."
"Ya apa salahnya sih sayang seorang calon suami mu ingin mengantar ke tempat kerja tidak di perbolehkan sih?" ucap Nayya dengan lembut, mengunyah dengan perlahan dan anggun makanan yang berada di dalam mulutnya.
"Iya, lagipula supaya kamu jadi terbiasa dengan Rio dan tidak suka marah-marah." sambung Sam sambil terkekeh melihat wajah kecut Azrell.
Baiklah, lagi dan lagi ia sangat kalah dalam berbagai segi kalau berkaitan dengan Rio.
"Baiklah," ucap Azrell sambil menghembuskan napasnya dengan perlahan. Kali ini, tidak ada pakaian sexy yang mengundang mata para laki-laki dan ini semua ulah Rio yang menyuruhnya untuk memakai rok selutut, biasanya ia memakai rok dua jengkal di atas lutut. Dan ya, kemeja ketatnya kali ini tidak melekat di tubuh.
Entah perasaannya saja atau bagaimana, tapi kali ini ia terlihat seperti wanita kutu buku yang berhasil mengambil jabatan sekretaris di perusahaan yang tinggi dan terkenal.
Mereka semua yang ada di sini sibuk mengisi perutnya sebelum menjalankan aktivitas, yaitu kerja kantoran. Bahkan Sam dan Rio sudah siap dengan tuxedo yang melekat di hatinya, serta Azrell san Nayya yang sudah memakai kemeja dan jas kantor serta bawahannya rok.
"Apa kamu nanti ingin mampir ke rumah ku, sayang?" tanya Rio sambil menolehkan kepalanya ke arah seorang wanita yang entah sejak pandangan pertama sudah berhasil merebut seluruh perhatiannya.
"Bertemu dengan keluarga mu?"
"Iya, mau?"
Azrell menatap ke orang tuanya yang berada tepat di seberang mereka, seperti meminta jawaban supaya ia tidak mengambil keputusan yang salah. Ia mengangkat sebelah alisnya dengan wajah kebingungan seperti bertanya 'bagaimana? aku harus mengambil keputusan apa?'.
Sam berdehem, lalu menaruh alat tangan yang berada di tangannya ke atas piring dan meneguk air mineralnya supaya membasahi tenggorokannya terlebih dahulu sebelum berbicara. "Kalau ingin ke rumah Rio, silahkan." ucapnya sambil memberikan senyuman ramah khas seorang laki-laki pada Rio. Ia tahu kalau laki-laki yang tengah dekat dengan putrinya itu memiliki kesempatan untuk mengenalkan pada orang tuanya, iya kan?
Azrell menganggukkan kepalanya, ia selalu nurut dengan apa yang dikatakan oleh Sam. Karena laki-laki pertama yang membuat dirinya jatuh cinta adalah sang Daddy itu sendiri. "Baik, Dad." ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman manis.
"Tapi ingat, bicarakan apa yang kami ketahui, bukan apa yang kami tidak ketahui." ucap Nayya, ia terkadang menjadi penentang Sam yang terlalu membebaskan Azrell pergi kesana kemari. Hanya dengan pengingat kecil saja, bukan apa-apa.
"Iya Nyonya dan Tuan Wallie, tenang saja Azrell akan selalu aman bersama ku." Dengan penuh percaya diri, jawaban Rio setelah berhasil menelan potongan omelette di dalam mulutnya membuat Azrell menampilkan sebuah senyuman. Jawaban laki-laki ini... sangat cool.
"Cepat makannya atau aku tinggal!" seru Azrell yang menyembunyikan rona wajahnya. Ia masuk ke dalam kategori wanita yang memiliki gengsi besar, tentu saja ia tidak mau terlihat terpesona dengan laki-laki bernotabene menyebalkan ini.
"Seharusnya laki-laki ya yang berkata seperti itu pada wanitanya, tapi ini terbalik."
"Ih lagian daritadi sibuk--"
Cup
Azrell bergeming kala bibir sexy Rio menempel dengan jelas di bibirnya. Memang hanya kecupan singkat, namun desiran aneh itu menjalar sampai ke seluruh syaraf yang terdapat di tubuhnya.
"Maaf Tuan, putri mu sedikit bawel jadi aku mengecupnya supaya bungkam." ucap Rio para Sam yang tentu saja melihat tingkah dirinya yang memang terbilang sangat berani, namun setelah itu kesopanan tetap berada di dirinya.
Sam hanya menganggukkan kepalanya. "Tidak masalah, saya sendiri juga susah untuk mengatur dia jadi saya serahkan saja ke kamu." ucapnya dengan tenang.
Tentu saja Azrell yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya lebar-lebar. "Hah? kok gitu sih Daddy!" serunya dengan bibir yang mengerucut sebal. Bayangkan kalau 24/7 nya adalah Rio... ah jangan di bayangkan deh!
"Iya, habisnya sudah di bilang jangan bandel kalau kamu tuh wanita nanti kalau kenapa-kenapa sama laki-laki yang tidak bertanggung jawab, bagaimana?"
'Iya dan laki-laki itu ada di sebelah ku, Dad. Sayangnya dia bertanggung jawab,'
Uhuk
Tiba-tiba saja Rio terbatuk dan langsung meraih segelas susu hangat dan menenggaknya. "Maaf tersedak," ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman konyol saat melihat mereka semua menatap ke arahnya.
Azrell hampir saja kelepasan ingin menjambak Rio karena laki-laki itu secara tidak langsung merasa dengan apa yang diucapkan oleh Daddy-nya. "Ah Dad ku rasa Rio sudah kenyang, ayo sayang kita berangkat ke kantor." ucapnya sambil memberikan kode dengan nada bicara yang sedikit di tekan.
Rio yang sangat mengerti dengan berbagai macam kode para wanita pun segera menganggukkan kepalanya. "Benar Tuan dan Nyonya, aku seperti harus mengantar Azrell by the way sarapan di rumah ini sangat lezat." ucapnya berbasa-basi sambil beranjak dari duduknya. Meraih tas kantor, dan berdiri tepat di samping Azrell.
Kini rasanya Azrell ingin tertawa melihat Rio yang ditampar tak kasat mata oleh Sam. Padahal, Daddy-nya itu tidak pernah keberatan kalau dirinya hamil atau apapun itu karena janin menurut mereka adalah sebuah anugerah.
"Yasudah Dad, Mom aku berangkat dulu." ucapnya sambil menghampiri mereka dan mengecup pipi masing-masing dengan sayang lalu kembali pada Rio yang hanya menganggukkan kepalanya.
"Aku permisi bersama putri kalian, selamat bekerja juga." Padahal Rio adalah pribadi yang sopan, sayang sekali kalau dirinya brengsek. Tapi, mungkin setelah hadirnya Azrell semua sifatnya akan berubah.
Saat mereka sudah sampai di depan halaman rumah dengan mobil Rio yang tadi sudah di panaskan oleh salah satu maid laki-laki pekerja di rumah ini, mereka menghentikan langkahnya.
"Merasa tertampar dengan ucapan Daddy ku, huh?"
"Tidak, hanya terkejut saja. Bagaimana kalau setelah ini aku tidak di terima?"
"Loh, memangnya siapa yang mau menerima kamu? aku sih no."
Azrell langsung saja melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil BMW keluaran terbaru itu, mendahului Rio yang tengah menatap ke arah dirinya dengan lekat.
"Wanita itu... benar-benar sulit di curi hatinya."
...
Next chapter