Last Boss

Chapter 178 - Takdir yang terikat



Chapter 178 - Takdir yang terikat

3Roll film masa lalu Edward kembali berputar perlahan, menampakkan begitu jelas setiap momen yang ia alami selama hidupnha. Terlukis dengan jelas akan wajah Ibunya dalam bayangan, Ayahnya kala ia diabaikan dan adiknya yang tak menghargainya lagi. Roll berputar cepat menunjukkan seluruh keluarga besar yang tak bisa ia raih lagi.     

"Edward."     

Dengan satu nama panggilan membuat mata Edward langsung terbuka. Namun, matanya tak menangkap apapun selain kegelapan yang tak berujung.     

'Ini ...'     

Dalam sekejap, Edward mengingat kembali hari itu–dimana ketika ia dibawa ke dunia ini. Sensasi kegelapan yang sangat tak asing, itulah yang membuat ia yakin jika ini adalah tempat yang sama. Tapi, kenapa?     

'Apa aku sudah mati?' tanya batin Edward kebingungan.     

'Kurasa tidak,' balas sang Kaisar yang masih berada di dalam tubuhnya.     

"Kaisar!? Kau masih di dalam tubuh ini?"     

'Begitulah. Aku tidak ingat dengan jelas, tetapi seseorang memindahkan kita ke tempat ini di tengah pertarungan, aku bisa merasakan energinya. Lalu kemudian kau tak sadarkan diri,' jelas sang Kaisar kepada Edward.     

Dari penjelasannya, Edward tahu selama ia tak sadarkan diri sang Kaisar masih tersadar di dalam tubuhnya. Keberadaannya yang tiba-tiba muncul kala pertempuran dimulai seolah menjadi pertanda ia masih hidup, tapi kenapa ia kembali kesini lagi?     

'Apa jangan-jangan–'     

"Sepertinya kau sudah sadar ya, Edward ..."     

Suara seorang perempuan, suara yang sangat tidak asing di telinganya. Suara menyebalkan yang langsung membuat Edward mengerutkan keningnya, lalu membuang napas kecewa.     

"Sudah kuduga ... Dirimu pasti akan turun tangan juga ... Developer."     

Setitik cahaya turun dari langit, bersinar terang membuat sekitarnya terang benderang. Titik cahaya itu kemudian merubah wujudnya menjadi seorang gadis kecil dengan pakaian putih.     

Mata Edward membulat sesaat melihatnya. Meski bukan sekali ia melihatnya dengan wujud yang berbeda, tetapi wujud itu pernah sekali mendatanginya dalam mimpi dan itu menjelaskan semuanya akan mimpi singkat itu.     

"Pertarungan mu benar-benar hebat, aku tak menyangka kau bisa memberikan perlawanan kepada salah satu Dewa dunia ini."     

Edward memalingkan wajahnya seraya memejamkan matanya dengan ekspresi tak acuh, seolah ia sudah muak mendengar ucapan-ucapan sang Developer.     

Sang Dewa menyeringai kemudian berkata:     

"Jangan membuang wajah begitu. Diriku mengerti kalau kau sudah kesulitan, tapi mau bagaimana lagi, kan? ... Lalu, saat ini dia juga sudah ditahan."     

Terbuka mata Edward mendengarnya, ia tidak terheran tentang siapa ia berbicara, tetapi ia terkejut akan apa yang terjadi kepada orang yang Developer maksud.     

"Ditahan?"     

"Ya ... Walau kedengarannya begitu, tapi sebenarnya kami hanya menarik akses Dewa para Iblis dari dunia ini. Kami telah sepakat melakukan kepadanya."     

Itu terdengar melegakan, tapi untuk sesaat juga menjengkelkan. Sebab pada akhirnya, ia merasa seakan sedang dipermainkan oleh para Dewa.     

"Karena itu kau tidak perlu– uwaa!"     

Edward melesatkan sebuah pukulan kearahnya, pukulan yang cepat nan kuat, namun Sang Developer menghindarinya dengan amat mudah.     

"He--hey! Apa yang ka–."     

"Jangan bercanda!"     

Suara Edward melengking, menggema diruang hampa itu. Sang Dewa tersentak mendengarnya tiba-tiba membentak.     

"Selalu melakukan seenaknya, apa kau tau jika diriku hampir mati disana! Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?"     

Emosi Edward meluap tiba-tiba, mencecar dengan pernyataan dan pertanyaan. Tetapi Dewa itu tertawa seakan menganggap ucapannya hanya gurauan semata.     

"Ahahaha, maaf. Aku dan yang lain tidak bermaksud seenaknya, tetapi dewa itu melakukan kehendaknya sendiri dan melanggar aturan. Berbeda dengannya, diriku dan yang lain masih mengikuti aturan yang kami buat untuk kami, karena itu kami– diriku tidak langsung bertindak."     

Dia memberikan alasan yang sangat menjengkelkan untuk di dengar, namun terdengar sangat masuk akal hingga Edward hanya menggeram dengan tatapan penuh kebencian.     

"Dia ... Bisa dibilang merasa muak dan tidak tahan lagi dengan semua yang terjadi hingga akhirnya berniat menghancurkan dunia ini. Ah, jangan tanya kenapa, karena sampai kapan pun aku tidak akan mengatakannya, ya," jelas sang Developer lagi seraya menaruh ujung telunjuknya dan menyeringai jahil.     

Meski tak tahu berkaitan atau tidak, tapi entah bagaimana Edward bisa mengerti kenapa sang Dewa Iblis bisa merasa muak. Edward menarik nafas, menenangkan hati dan pikirannya kembali.     

"Jadi ... Kenapa diriku dibawa ke 'alam' ini lagi?"     

Alam, begitulah Edward menyebutnya. Tempat yang tidak memiliki hubungan antara dunia asal atau dunia barunya. Hanya tempat kosong yang menghubungkan antara ia dan sang Developer.     

"Tentu saja untuk menyelamatkan mu," jawab sang Developer dengan santainya.     

Kening Edward mengkerut "Kenapa?" tanyanya heran.     

Sang Developer menjawab seraya tersenyum tipis "Karena ... Dirimu belum boleh mati, Edward. Terlebih, kematian mu disebabkan oleh campur tangan dewa. Kami tidak bisa mengizinkan hal itu terjadi, karena itu kau berada disini sebelum tubuhmu hancur."     

Sang Developer yang melayang di ruang itu perlahan mendekatinya, meraih wajah Edward kemudian menyentuh tirus itu dengan lembut.     

"Keberadaan mu sangatlah penting bagi kami. Kekacauan dunia ini, segala kesalahan dunia ini, hanya dirimu yang bisa mengubahnya. Setidaknya itulah yang kami percaya, dan kami ingin apa yang kami percaya itu menjadi nyata."     

Edward mendecakan lidahnya nya begitu mendengar ucapan Sang Developer, ia membalas ucapannya dengan ketus:     

"Betapa egoisnya kalian meminta itu kepadaku? Diriku hanyalah seorang pemuda akhir sekolah, apa yang spesial dariku? ... Bahkan mereka yang selalu melihatku juga memandangku tak berharga, lalu kenapa kau–."     

"Tidak dengan ku, Edward."     

Sang Developer memotong pembicaraan Edward. Meski lugas Edward berbicara, tetapi Sang Developer memahami apa yang Edward bicarakan–itu adalah, serpihan masa lalu yang tak bisa Edward buang–ia memahami segalanya tentang pemuda itu.     

Edward tersentak mendengarnya, kedua alisnya menukik dengan pandangan penuh keheranan seakan bertanya 'Apa maksud ucapannya?'     

Sang Developer tetap tersenyum, kemudian kembali berkata "Jika kau beranggapan kami memilih manusia dari dunia lain secara acak, kau salah. Jika kau ingin tau, maka akan kuberitahu. Kami membutuhkan manusia dari 'dunia mu' untuk memperbaiki kekacauan 'dunia ini', kami melakukan pencarian secara luas di berbagai masa 'dunia mu' tetapi tidak ada satupun yang menunjukkan kriteria yang kami butuhkan. Hingga suatu hari, kami membuat dunia ini sebagai sebuah permainan. Lalu disanalah kau munucul, cara bermain mu berbeda. Setiap langkah yang kau buat penuh dengan perhitungan. Setiap pilihan yang karakter dunia itu berikan, kau memilih dengan perasaan."     

"Tapi–."     

"'Tapi aku hanya memilih untuk mendapat hadiah terbaik' itu yang ingin kau katakan?"     

Sang Developer tertawa melihat Edward menutup rapat kembali setelah perkataannya kembali di potong, sebab apa yang ingin ia katakan diterka dengan mudahnya. Sang Developer perlahan menjauh, terbang tinggi sambil terus berbicara kepada Edward.     

"Tidak, bukan begitu. Dari lubuk hatimu, kami tahu jika setiap pilihan mu itu mengkhawatirkan nasib karakter dalam game. Setelah diperlihatkan kematian, dirimu khawatir akan kejadian serupa dan kau berusaha mati-matian untuk melindungi setiap karakter yang tidak berpengaruh dalam cerita. Kau melakukannya demi mendapatkan ending yang terbaik dan itulah salah satu alasan kami memilihmu, Edward."     

Lelaki itu terdiam tak bisa berkata-kata, ada rasa tak puas tetapi semua ucapannya tak bisa ia bantah karena benar adanya.     

Tapi, apa hanya seperti itu? Tentu tidak.     

Edward menyangkal dugaan itu dalam pikirannya, sebab sang Developer sendiri yang berkata bila ada alasan lain dibalik terpilihnya ia untuk 'Menyelamatkan' dunia ini.     

Sang Developer itu kembali berbicara seraya menunjuk Edward–tepatnya ia menunjuk sesuatu yang singgah di dalam tubuh Edward     

"ID 001 ... Alias Kaisar Iblis agung, Void ... Diriku sudah menduga jika kau akan muncul kembali. Walau begitu pada awalnya itu hanya sebatas perkiraan, tapi siapa sangka sekarang benar-benar terjadi."     

Pertanyaan pun terlontar dari mulut Edward dengan suara lantang "Benar! Kenapa Kaisar ini ada di dalam tubuh ku–. Maksudku ini!"     

Edward meralat ucapannya karena rasa ragu akan kepemilikan tubuh ini, karena pada dasarnya ia hanyalah jiwa yang dimasukan kedalam 'Vas yang seharusnya tidak kosong'.     

Sang Developer membalas "Bukankah sudah kubilang? Jangan biarkan emosi itu mengendalikan dirimu, Edward."     

Begitu, dari sanalah dia berasal. Itulah yang ada di benak Edward dengan mata terbelalak memikirkan kenapa sang Kaisar yang telah lenyap, kembali kagi ke dalam tubuh ini.     

"Kenapa bisa?" tanya Edward terheran.     

Sang Developer pun menjawabnya "Diriku memang sudah menghilangkan ID sang Kaisar, namun diriku tidak menghilangkan semuanya. Emosi, kekuatan, wujud fisik dan beberapa hal kecil lainnya. Meski jiwa sang Kaisar telah menghilang, tapi bagian-bagian tubuhnya masih menyimpan sedikit 'Riwayat' akan sang Kaisar. Dengan kata lain, tubuhnya masih 'mengingat' ID atau mudahnya jiwa sang Kaisar, karena itulah mereka dapat membentuk kembali jiwa sang Kaisar dalam bentuk sementara."     

Kening Edward mengkerut begitu kuatnya, memejamkan mata seakan ia tengah berusaha memahami segala ucapan yang sang Developer berikan. Hasilnya 'Aku sama sekali tidak mengerti' begitulah batinnya menjawab.     

Raut wajah Edward mengundang tawa pelan sang Developer, kemudian dia kembali berbicara "Ya ... Kedengarannya memang rumit, jadi tidak perlu dipikirkan karena semuanya sudah ku sesuaikan dengan ID mu. Meski begitu, bagian emosi adalah hal yang sulit. Walaupun sebenarnya aku bisa menghilangkannya dan menggantinya dengan emosi dari tubuh mu dari dunia asal mu, tetapi ... Aku tidak ingin melakukannya."     

Sekali lagi Edward bertanya "Kenapa?"     

Dalam sekejap, sang Developer itu mengubah wajahnya menjadi serius untuk sesaat kemudian berkata "Karena emosi mu tidak akan mampu bertahan."     

"Huh?"     

"Seperti yang kau katakan. Kau hanyalah anak manusia yang berusia 18 tahun, dalam usia itu kami masih memandang mu sebagai anak-anak."     

"Lalu apa hubungannya?"     

Sang Developer menghela napas untuk sesaat, seakan enggan menjawab pertanyaan itu.     

Sang Developer tersenyum dan berkata "Baiklah, untuk 2 detik akan ku kembalikan emosi mu dari dunia itu dan ku simpan emosi sang Kaisar di dalam tubuh itu ... Sebaiknya persiapkan dirimu."     

"Huh? Apa maksud— ...!!"     

Ctak!     

Jentikan jari menggema ke seluruh ruangan, Edward mematung untuk sesaat. Tatapannya menjadi kosong, roll film ingatan yang ia lalui selama beberapa bulan ini berputar begitu cepat.     

Tangan yang berdarah, luka, rasa sakit, jubah bersimbah darah, penyerangan penculik, momen saat kudeta. Teriakan perang, kematian, tangisan, jeritan rasa sakit, segalanya yang ia alami selama ini tanpa merasakan apapun kini menghantamnya dengan kuat.     

Jantung berdetak dengan cepat serta emosinya memuncak dengan cepat, namun itu bukanlah amarah, tetapi rasa takut yang luar biasa. Rasa takut yang tidak pernah ia rasakan di dunia ini kini datang dengan pukulan yang sangat kuat, hingga Edward berlutut tak bisa berkata-kata.     

Air mata menetes tanpa ia sadari, seluruh tubuhnya gemetar merasakan ketakutan yang amat luar biasa.     

Ctak     

Suara jentikan jari itu kemudian menghilangkan segalanya, rasa takut itu dalam sekejap seakan hanya menjadi mimpi buruk Edward untuk sesaat.     

"Dunia ini adalah dunia penuh tipu daya, penuh dengan kebencian. Terlebih, dirimu adalah seorang Iblis yang umumnya menjadi musuh umat manusia. Selanjutnya kau akan melihat sesuatu yang lebih kejam dan lebih buruk lagi. Suatu saat nanti, kau akan benar-benar memahami apa yang dilihat oleh sang Kaisar ..."     

Alasan sebagian emosi sang Kaisar yang disimpan di dalam tubuhnya adalah untuk menahan rasa takut untuk hidup di dunia ini. Mau bagaimanapun, dunia ini adalah bukan dunianya, sudah seharusnya ia tak terhubung dan seharusnya pula tak pernah menganggap ada dunia lain selain dunianya.     

Edward bangkit seraya menekan dada yang terasa sesak untuk sesaat, menatap sang Developer seakan bertanya 'apa yang terjadi sebelumnya' meski ia telah mengetahui jawabannya.     

Sang Developer semakin menjauh, melayang ke langit menuju cahaya yang amat menyilaukan. Dia menyunggingkan senyuman kepada Edward dan berkata dengan suara lantang:     

"Oh jiwa anak manusia yang hidup dalam tubuh Iblis. Jalan mu masih panjang, setelah ini semuanya akan perlahan berubah. Masa depan yang kau ketahui tak lagi sama, musuh yang kau hadapi semakin bertambah. Nyawamu tak hanya berada di tangan sang Pahlawan, tetapi ada sosok yang juga bersedia mengambil jiwa mu untuk selamanya ... Sekarang bangkitlah, kembalilah kepada mereka yang menunggu."     

"Mereka ..."     

Bayangan masa lalu Edward berputar tiba-tiba untuk sesaat, ekspresi kecewa terlukis pula di wajahnya seakan berkata 'Bukan mereka.'     

Sang Developer yang mengetahui isi hatinya kembali berkata "Benar ... Mereka yang berada di Kekaisaran menunggumu, Edward!"     

Mata Edward membulat untuk sesaat seakan menemukan jawaban yang tepat. Bibir Edward tanpa sadar memberikan senyuman kecil yang berarti, namun dalam waktu singkat ia menbuang senyumannya dengan ekspresi kesal menatap kepada sang Developer kembali.     

"He--hey! Lalu bagaimana dengan jiwa Kaisar di dalam tubuh ku dan apa tujuan mu sebenarnya melakukqn semua ini?"     

Sang Developer tertawa lepas mendengar pertanyaan Edward, sang Developer berkata:     

"Kubiarkan jiwa sang Kaisar, dia takkan bisa merebut tubuhnya, jadi janganlah khawatir ... Lalu tujuan ku ... Suatu saat kau akan mengetahuinya Edward ..."     

"Hey! Tung–"     

"Sampai jumpa Edward ... Sekarang ... Bangunlah!"     

Edward merasakan hentakan kuat pada tubuhnya, memaksa matanya terbuka, menatap langit-langit ruangan yang begitu asing baginya. Ia segera berusaha bangkit dari rajang meski tubuh terasa begitu berat ia rasakan.     

'Aku dimana ...' batinnya bertanya-tanya.     

Ia berusaha untuk bangun, melangkah menuju cahaya sang surya yang menembus jendela. Pemandangan dengan bangunan berbahan dasar batuan alam yang tak begitu tinggi, meski begitu, pemandangan ini amatlah tak asing baginya.     

"Ini ... Negeri Dwarf?" Begitulah ucapnya menerka dimana keberadaannya sekarang.     

Suara derit pintu bergema di ruangannya, Edward reflek langsung menoleh kearahnya. Melihat seorang gadis dengan ember kecil ia bawa di tangannya. Mata gadis itu terpaku melihat sosok yang agung tengah berdiri diatas jendela, ember di tangannya jatuh seakan tak kuasa melihatnya.     

"Scintia ..."     

"Paduka!"     

Gadis itu langsung mendekati sang Kaisar yang telah lama ia tunggu dengan derai air mata mengalir membasahi pipinya.     

Benar, ia telah lama menunggunya untuk bangun. Sebab ... sudah satu bulan lamanya sejak pertempuran itu terjadi, sang Kaisar tak sadarkan diri.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.