Last Boss

Chapter 177 - Mereka yang mempertaruhkan dunia



Chapter 177 - Mereka yang mempertaruhkan dunia

0Kekuatan tiada batas, seluruh tubuhnya tertutup oleh balutan energi sihir yang begitu besar. Kekuatan yang tak pernah ia lihat di dalam gamenya, kekuatan sang dewa yang sesungguhnya.     

"Waktunya sungguh-sungguh! Edward!" ucap sang Dewa dengan suara yang berubah, serak dan jauh lebih berat bagaikan seekor monster.     

Dia melesat dengan cepat dengan kepalan tinju kearah Edward. Terlalu cepat, reflek Edward tak sanggup menyamainya. Pukulan telak menghantam Edward hingga terpelanting menghantam tanah. Tetapi tak mengenal ampun, Dewa itu menerjang kemudian menyeret Edward hingga keujung kota dalam hitungan detik, kemudian dibawa ke langit dengan tangan mencekik leher sang Kaisar Iblis.     

"Ada apa? Apa hanya begini saja kemampuan mu?" tanya Dewa seraya menyeringai mengejeknya.     

Edward mencengkram tangannya, berusaha lepas dari cekikan sang Dewa. Namun apa daya, kekuatan mereka kini bagaikan langit dan bumi, hingga kekuatan Edward saat ini tak ada apa-apanya bagi sang Dewa.     

Namun, akal lelaki itu masih bekerja dengan giat. Edward menyeringai penuh arti.     

"Gh ... Apa-apaan wajahmu itu!" Sang Dewa mencekiknya semakin kuat, tangannya lain mengeluarkan bola energi hitam yang pernah meledakkan kota sebelumnya "Lenyaplah dari dunia ini!"     

Edward membuka mulutnya lebar-lebar, bersamaan, lingkaran sihir hitam muncul di mulutnya '[Magic: Dark Flame]' ia menyeburkan api hitam dari mulut bak seekor naga.     

"Ghh!"     

Serangan yang tak begitu efektif, tak ada sedikitpun goresan di wajahnya, tetapi itu cukup mengacaukan konsentrasinya. Edward menepis tangan sang Dewa sekuat tenaga, lalu memukul tubuh sang Dewa dengan telak. Meski begitu, tetap tak ada luka selain dia yang terpental karena pukulan Edward, menciptakan jarak diantara mereka.     

"Gghh! Berengsek!"     

Void hanya berdiri diam seraya meliriknya tajam 'Ya! Mau bagaimanapun pastinya mustahil lawan game master, kan?' ucap batinnya yang sudah siap mengibarkan bendera putih.     

Game master adalah sosok yang mengatur segala sistem di dunia game. Mereka punya akses yang jauh lebih luas dibandingkan pemain, karena itulah Edward menyebutnya demikian.     

'Kekuatan tak terbatas, energi besar yang meluap-luap. Tadi saja aku hampir tewas, lalu sekarang bagaimana? Apa aku bisa menyerah?' tanya Edward dalam hatinya, meski tidak benar-benar demikian.     

'Hey, aku sudah membantumu. Jangan menyerah begitu saja,' ujar sosok lain di dalam diri Void.     

'Tapi, mau bagaimana juga mustahil melawan dia, kan? Kau juga bisa merasakannya, kan? ... Kaisar Void,' balas Edward.     

Jauh di dalam diri Edward–menyatu dengan aliran energi sihirnya, sosok sang Kaisar sesungguhnya hadir memberikan bantuan. Sosok yang seharusnya telah lenyap digantikan oleh Edward, entah bagaimana bisa muncul kembali di dalam tubuhnya.     

Kekuatan yang Edward peroleh secara tiba-tiba pun karena keberadaan sang Kaisar yang meminjamkan sisa kekuatannya kepada Edward.     

Setiap kata hati ataupun pikirkan yang Edward katakan, sang Kaisar dapat mendengarnya. Begitupula jika sang Kaisar berkata, Edward dapat mendengarkan ucapannya.     

'Tapi mengejutkan ya, mulutku bisa mengeluarkan sihir,' ucap Edward dalam hati keheranan.     

'Tentu saja. Ya sebenarnya selain ras naga, mustahil melakukan hal itu. Tetapi dulu diriku pernah menjalin perjanjian dengan ras naga kuno, mereka memberikan kekuatan ini, pernafasan sihir,' jelas sang Kaisar dengan segala pengetahuannya yang masih tersimpan.     

'Hee menarik. Tapi daripada itu, sekarang bagaimana mengalahkannya?' tanya Edward kepada sukma-nya.     

'Aku tidak tahu, aku tidak melihat celah. Kau harus menemukannya, Edward,' balas sang Kaisar.     

Kekuatan bagai bumi dan langit, sosok mengerikan yang sangat jelas mustahil dikalahkan. Edward seakan hanya melihat kematian bila ia melanjutkan pertarungan mereka.     

'Ingin menyerah?' tanya sang Kaisar di dalam tubuhnya.     

Tentu tidak, ingin Edward menjawabnya begitu, tetapi situasinya sudah jelas bila ia tidak akan menang.     

Ucapan yang meragukan Itu di dengar oleh sang Kaisar 'Kalau begitu lawanlah, kau tidak memiliki pilihan lain, kan?'     

Benar, dugaan sang Kaisar tepat sekali. Ingin ia melawan ataupun menyerah, hasilnya akan tetap sama. Sebab sang Dewa itu hanya ingin tubuh sang Kaisar Iblis beserta jiwa di dalamnya lenyap dari dunia ini. Tak ada jaminan ia bisa hidup kembali.     

Sang Kaisar kembali berkata dalam tubuhnya 'Tetapi, jika aku yang bertindak sekarang, aku akan tetap melawannya.'     

'Meski mustahil?' tanya Edward padanya.     

Ia menjawab 'Ya, karena diriku adalah penguasa. Aku tidak mau menyerah dihadapan orang-orang yang mengikutiku.'.     

Itu masuk akal, jauh lebih terhormat mati di medan perang daripada harus mati karena menyerah. Tapi, apa Edward memiliki kehormatan itu? Pada dasarnya, dirinya hanyalah bocah SMA yang mau lulus dari sekolahnya. Ia tak memiliki harga diri semahal milik sang Kaisar.     

Ditengah lamunan Edward, sang Dewa melesat begitu cepat hingga mata Edward yang lengah tak dapat menyadarinya. Tinju Dewa itu sangat dekat, mustahil untuk menghindar.     

"Gha!"     

"!?"     

Sebuah kilatan cahaya menabrak sang Dewa, tak memberikan luka berarti tetapi itu memaksa sang Dewa menarik tangannya dan kembali menjaga jarak.     

Siapa? Mata Edward menelusuri ke penjuru kota demi mencari pelakunya.     

"Kaisar Void!"     

Suara seorang wanita memanggilnya, sosok anggun dengan rambut pirang dan gaun putih-hijau khas Negeri Elf. Dengan tongkat sihir di tangannya, dia melayang dan berdiri di samping Edward.     

"Ratu Sylvia? Apa yang anda lakukan disini!?" tanya Edward terkejut melihat kedatangannya.     

Dia menjawab "Tentu saja untuk membantu anda, meski saya tidak begitu yakin apakah kekuatan saya bisa membantu anda mengalahkannya, tetapi ini jauh lebih baik daripada diam saja!"     

Dibuat tercengang Edward mendengar jawaban yang tegas keluar dari mulut sang Ratu Elf.     

Ucapannya membuat Edward terkekeh sesaat, membuat Ratu Elf menatapnya heran.     

"Kenapa anda tertawa?"     

"Ah tidak, maafkan saya. Ucapan anda benar, Ratu Elf. Saya juga tidak menyerah begitu saja. Meski saya bertarung untuk melindungi mereka yang tidak mengenal saya, tetapi ..." Edward menekuk kedua lututnya–membentuk kuda kuda diatas langit, pedang ia genggam dengan kuat serta sorot mata penuh ia arahkan kepada sang Dewa "Saya tidak akan pernah bisa menerima orang yang bersikap seenaknya kepada Saya!"     

Edward menerjang secepat kilat, menerjang kehadapan sang Dewa. Kurang dari satu detik itu, pedang Edward terayun dengan akurat kearah lehernya. Namun, dimata sang Dewa, segalanya terlihat. Gerakan dan serangan Edward terbaca, sang Dewa sigap menciptakan pedang dari energi bola energi gelap miliknya.     

"[Light Magic: Shining Javelin!]"     

Kemudian tiga tombak melesat dari arah Sylvia dengan kecepatan yang serupa. Tapi, bagi ia, tombak-tombak cahaya itu tidaklah lebih dari tombak kayu biasa yang dilemparkan oleh anak-anak. Ia menangkapnya dengan mudah, lalu melemparnya kembali dengan dua kali lebih cepat dari sebelumnya.     

"Huh!? [Short Teleport!]"     

"Sia-sia!"     

Bola batu sempurna tercipta diatas tangan sang Dewa melesat kemana Ratu Elf itu berpindah tempat.     

"Ugh!"     

Hantaman kuat mengenai tubuhnya, bahkan sekelas Ratu Elf tak mampu membaca serangan Dewa yang terlampau cepat untuk kedua kalinya. Hentakan bola batu seukuran tangan orang dewasa begitu kuat, Ratu Elf terseret hingga hampir terpelanting ke darat.     

"Sial ... Serangannya terlalu cepat!" keluh sang Ratu seraya meraba perutnya.     

Di waktu yang sama, Edward masih beradu kekuatan dengan sang Dewa melalui pedang mereka.     

"Kenapa kau terus melawan!? Kekuatanmu tidak akan pernah sebanding meski dia berada di dalam tubuhmu!"     

Sang Dewa mengendurkan kekuatan tekanan pedangnya tiba-tiba sehingga Edward kehilangan keseimbangan untuk sesaat karena kekuatannya. Memanfaatkan kelengahannya yang sepersekian detik, Sang Dewa menendang tubuhnya dengan segala kekuatannya hingga terpental Edward dibuatnya.     

Tak berhenti disana, ia mengejar Edward yang kehilangan kendali dengan kecepatan diluar nalar. Lalu melayangkan pukulan hingga Edward menghantam tanah, hantaman kuat hingga menciptakan lubang di jalanan Kota itu.     

Para prajurit Kekaisaran dan boneka sihir yang tengah mati-matian bertarung dibawahnya, terhempas seketika karena gelombang hantaman sang Kaisar dengan tanah.     

Tetapi, itu juga masih tak cukup melumpuhkan Edward. Kekuatannya yang dikombinasikan dengan keberadaan–ID sang Kaisar yang sesungguhnya di dalam tubuhnya–menciptakan resistensi dan ketahanan tubuh yang jauh berkali-kali lipat kuatnya daripada sebelumnya.     

Edward menghempaskan dirinya kelangit dengan sihir angin, lalu kembali melayang diudara bersama sang Dewa yang menunggunya.     

"Kenapa! Kenapa kau masih bertarung! Kau bahkan tidak memiliki alasan untuk melindungi dunia ini!"     

Sang Dewa berpindah tempat dengan cepat kehadapan Edward dengan kepalan tangan mengarah kepada sang Kaisar. Hantaman yang begitu kuat Edward tahan dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya, meski begitu dirinya terseret karena pukulannya.     

"Jiwa mu bahkan bukan berasal dari dunia ini, lantas apa alasan mu bertarung sampai saat ini?" tanya sang Dewa.     

Tentu itu jawaban yang mudah bagi Edward, ia bertahan hanya karena tidak ingin mati di dunia yang tidak ia kenal. Tetapi saat itu, mulutnya sama sekali tak bisa bergerak. Suatu keraguan yang entah darimana datangnya menahan jawaban itu.     

Edward hanya menatap sang Dewa dengan tajam seraya mengawasi segala pergerakan dan serangan yang akan dilancarkannya.     

"Dunia ini adalah kegagalan, segalanya tidak seimbang, bahkan Kaisar Iblis pun dirancang terlalu kuat. Keberadaan mu juga kesalahan lain yang mereka perbuat ... Kau tidak seharusnya berada di dunia ini."     

"..."     

Edward masih terdiam tak berkata, karena yang dikatakan sang Dewa itu benar adanya. Sedikitpun tak ada rasa hati ia senang berada di dunia ini, namun itu hanya pada awalnya.     

Dikala sang Dewa berbicara seakan mengungkap rahasia besar Edward, sang Ratu Elf telah bangkit diam-diam mendekati mereka.     

'A--apa maksudnya?' batinnya bertanya-tanya setelah mendengar segalanya.     

Jiwa, ruh, dua hal itu sudah sangat tidak asing baginya–juga untuk bangsa Elf. Mereka memiliki ajaran tertentu tentang hal-hal itu. Karena itu, ucapan sosok yang mengaku sebagai Dewa Iblis itu sangat ia pahami dan sangat tidak mustahil bila itu terjadi. Karena dalam ajaran mereka, mereka percaya bila ruh orang lain dapat berpindah ke suatu tempat. Namun dengan satu kondisi, yaitu bila sosok itu telah tiada.     

Tapi, bagaimana kaisar? Jika memang dalam sosoknya saat ini adalah jiwa yang lain, lantas kemana jiwa sang Kaisar pergi? Lalu, sejak kapan?     

"Tidak ... Bukan saatnya memikirkan hal itu," ucap Ratu perlahan kepada dirinya sendiri, mendorong segala pertanyaan yang timbul tiba-tiba dalam benak ya.     

Di sisi lain, Edward yang rahasianya dikatakan dengan jelas oleh sang Dewa, perlahan memekarkan senyum tipis di wajahnya.     

"Ya ... Kau benar ... Aku tidak memiliki alasan kuat untuk melindungi mereka, diriku hanyalah sosok yang dipaksa kemari. Segalanya bukanlah urusan ku, aku hanya harus bertahan hidup, benar?"     

"Kalau begitu menyerahlah, aku bisa membantumu kembali ..."     

"Haha ..."     

Tawa Edward menahan ucapan sang Dewa. Dengan kepala terangkat, seringai penuh arti Edward tunjukkan dengan jelas kepada sang Dewa.     

"Itu penawaran yang bagus ... Tetapi, aku menolak!" tegasnya seraya mengacungkan satu pedangnya.     

Meski wajah sang Dewa kini tak terlihat–katena tertutup oleh energi sihir yang amat pekat, nada tinggi yang ia keluarkan menjelaskan suasana hatinya.     

"Kenapa!? Bukankah tujuanmu bertahan hidup adalah untuk kembali!?" tanya sang Dewa itu.     

"Ya tentu diri ku selalu berharap dapat kembali ke dunia dimana diriku berasal. Tetapi apa kau tau wahai Dewa ku ... Aku bukanlah tipe orang yang berhenti di tengah permainan, karena itu ... Aku akan menyelesaikannya!"     

Edward berbicara dengan tegas seraya memperkuat kuda-kudanya diatas langit. Ungkapannya seakan mengibarkan bendera perang kepada sang Dewa, menolak menyerah meski telah ditunjukkan kekuatan yang diluar nalar.     

Sang Dewa menggeram kesal, tangannya mengepal dengan tantrum penuh amarah "Kenapa! Kenapa! Kenapa! Kenapa kau tidak meneruti ku! Dasar makhluk tak tau diri! Kalau begitu akan ku binasakan dirimu terlebih dahulu! Haaaaaaaaa!"     

Sang Dewa melepaskan pilar cahaya kemerahan menembus langit–seakan ia kini melepaskan seluruh kekuatan di dalam tubuhnya. Hempasan gelombang angin yang begitu kuat menerpa seluruh makhluk yang ada di sekitarnya, namun tidak dengan Edward. Kakinya seakan terpakuu di langit, sedikitpun kuda-kudanya tak goyah.     

'Kau yakin?' tanya sang Kaisar di dalam tubuh Edward.     

'Seperti yang ku katakan ... Aku mungkin akan mati, tapi itu tak ada bedanya dengan masa depan ku, kan? Karena itu, Kaisar. Berikanlah kekuatanmu.'     

Sang Kaisar tersenyum tipis di dalam tubuhnya 'Baiklah ... Aku akan mencoba melepaskan seluruh kekuatan di dalam tubuh ini, kau fokus saja kepada Dewa itu.'     

'Baiklah!'     

"Haaaaaaaaaaaa!"     

Sang Kaisar kembali terlalap oleh aura gelap, menciptakan pilar serupa namun dengan warna yang berbeda. Pelepasan seluruh kekuatan yang dilakukan sang Kaisar adalah penyebabnya. Dalam sekejap, kekuatan Edward kembali meningkat pesat. Statusnya atributnya menjadi tak terkendali, terus meningkat hingga mencapai batas sistem.     

[Void]     

Level: 99     

HP: 10.999.999     

MP: 999.999     

STR: 899.999     

DEF: 899.999     

AGI: 999     

INT: 999     

[Special Effect terbuka]     

Seluruh skill dan sihir yang tidak dimiliki dapat digunakan untuk sementara.     

Edward merasakan kekuatan meluap di dalam tubuhnya, kondisi status atributnya dalam keadaan maksimal dalam sekejap. Kekuatan sebesar ini, tentu ada ganjarannya.     

'Teknik ini ... [Deep Ability Release] ... Teknik yang membuat penggunanya meningkatkan statusnya sampai limit. Teknik ini bukan teknik yang biasa digunakan, perlu bantuan orang lain untuk membukanya, karena itu tidak sering digunakan ... Aku tau, karena Tokoh utama game ini juga dapat melakukannya ...'     

Teknik yang sangat tak asing baginya, bahkan Edward menganggap teknik ini sebagai salah satu teknik terkuat di dalam game. Sebagai seseorang yang mengendalikan sang Pahlawan dulu, Edward ingat betul bila kemampuan ini muncul hanya dalam event tertentu dan tak bisa digunakan dalam pertarungan biasa. Siapa sangka, kali ini Edward benar-benar merasakannya.     

Kedua sosok itu melepaskan kedua kekuatan besar mereka, langit menghitam seraya guntur dan kilat yang menggelegar terus-menerus saling bertautan, seakan langit-langit akan hancur karena kekuatan mereka.     

"Kau lenyaplah bersama dengan dunia ini!"     

Dua telapak tangan sang Dewa terbuka menghadap langit, perlahan, energi sihirnya berpusat hingga terbentuk bola berwarna merah bak darah seukuran telapak tangannya.     

"Matilah kau!"     

Seraya ia menjerit, ia menyatukan kedua bola energi itu dan melepaskannya kearah Edward bagaikan proyektil laser cahaya.     

Edward menghela napas, ia mengambil kuda-kudanya dengan satu tangan terangkat "[Ultimate Magic: ...]"     

Hal serupa juga dilakukan Edward, namun bukanlah energi merah aneh yang berkumpul di tangannya. Tetapi seluruh jenis elemen sihir yang tergabung dengan energi gelap–energi cahaya menjadi pengecualian.     

Semuanya menyatu, melebur menjadi satu. Seluruh makhluk yang ada di sekitarnya–dan hampir seluruh penjuru benua, merasakan kekuatan sihir yang berkumpul dalam satu tempat dengan cepat. Membuat seluruh mata mereka terpaku kepada satu tempat.     

Energi sihir melebur menjadi satu, perlahan membentuk sebuah piringan dengan gerigi tajam dengan beragam warna elemen sihir.     

[... Chakram Supernova!]     

Kekuatan yang tergabung dari berbagai elemen, meyakini Edward jika itu dapat memberi sedikit luka pada sang Dewa. Ia melempar sihirnya sekuat tenaga, berputar dengan cepat dan melesat dengan tepat     

Dua kekuatan sihir itu berbenturan, beradu kekuatan, saling melahap satu sama lain. Gelombang kejutnya menerpa apapun yang ada di dasar dan langit. Retakan tanah semakin besar, lapisan awan gelap nan tebal menyingkir dalam sekejap. Cahayanya begitu terang, jauh lebih terang daripada matahari. Seakan ... Dunia benar-benar mengalami kehancurannya.     

'Awalnya, kupikir diriku akan langsung tewas di dunia ini. Dunia antah berantah yang memberiku beban menjadi penguasa dengan daratan yang luas ... Namun ... Mereka ... Mereka semua selalu ada untuk membantuku... Para Jenderal Iblis, Ink Owl, Retto, Ivaldi, Roxine ... Scintia ... Para Iblis yang pernah ku kalahkan di dalam game itu memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari yang kubayangkan ... Dunia ini adalah dunia mereka ... Setidaknya, meski diriku akan mati ... Tidak akan kubiarkan ...'     

"Takkan Kubiarkan kau menyentuh mereka!"     

Kilatan putih menyilaukan, sinar mentari tertelan oleh kilatan itu. Segalanya seakan berhenti, dunia seakan menemui akhirnya.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.