Chapter 168
Chapter 168
Mereka tak bisa membantah hal itu, semua yang diucapkan Tenerbis sangat masuk akal bila aliansi bekerja sama dengan organisasi Leak untuk meruntuhkan Kekaisaran. Melemparkan semua kesalahan kepada Kekaisaran dan seenaknya mencap Kekaisaran sebagai pelakunya meskipun Abyc sudah menyangkal bila penyerangan Kota Rolend bukanlah Kekaisaran.
Keesokan harinya
Perang masih terus berlanjut dan Kekaisaran dihadapi oleh dua masalah yang begitu berat, mereka tidak hanya mengawai pasukan Aliansi tetapi juga musuh yang keberadaannya masih belum jelas diketahui.
Pagi dini hari, Pasukan aliansi melakukan serangan ke pos milik Kekaisaran secara serentak dengan jumlah yang tidak sedikit. Pos persekutuan Kekaisaran pula bertahan mati-matian dan melancarkan berbagai serangan untuk melumpuhkan musuh, namun beberapa pos persekutuan dipaksa untuk mundur hingga mencapai Kota Louvre kembali.
Namun untuk mencegah pasukan aliansi datang, prajurit persekutuan di kota Louvre langsung menyerang menuju pasukan aliansi yang sudah bergerak. Pertempuran besar-besaran terjadi, aliansi tak lagi menahan diri dan membuat Kekasaran sedikit ditekan hingga mereka nyaris dipaksa mundur
**
Mereka yang tak mengetahui kebenaran, akan terus diperalat. Mereka yang mengetahui kebenaran, akan dianggap salah dan dilenyapkan. Begitu pahit melihat betapa rapuhnya ikatan umat manusia yang mudahnya mengikuti kebohongan dan termakan oleh kebencian.
Di sebuah gunung tertinggi, seorang perempuan berzirah perak hanya bisa menghela napas melihat betapa dahsyatnya pertempuran di ujung matanya yang begitu jauh dari posisinya sekarang.
"Sekarang ... Apa yang harus ku lawan, Edward?"
Ia menghela napas, kemudian berbalik menuju sebuah gubuk kayu yang sudah lama berdiri di tempat itu. Matanya melihat seorang lelaki tua yang tengah berdiri menatapnya dari balik ruangan dengan jubah kebanggaannya.
"Perang bodoh ini harus segera di hentikan ..."
**
Setelah kekalahan perang konyol mereka di tanah Abyc, mereka serentak langsung menyerbu persekutuan Kekaisaran dengan jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Tiap pasukan yang menyerang mencapai puluhan ribu prajurit beserta belasan kendaraan lapis baja mereka, tetapi persekutuan Kekaisaran tidak tinggal diam saja.
Selama masa hening–mereka menyebutnya demikian ketika tidak ada satupun konflik selama hampir sepekan karena berbagai peristiwa sebelumnya. Persekutuan Kekaisaran telah memperkuat pos mereka dan menjadikannya markas kecil bagi ribuan prajurit persekutuan, mereka dipersenjatai dengan berbagai peledak dan juga botol-botol ramuan penyembuh, pedang serta panah ditempatkan disana, sehingga hanya tekad mereka saja yang menentukan apakah mereka bisa melawan musuh mereka atau tidak.
"Uwah ... Mereka benar-benar tidak main-main sekarang, apa mereka sedang marah, ya?" ucap Void melihat layar hologram yang menampilkan banyak pasukan aliansi sedang mencoba menguasai pos pertahanan yang di buat pasukan mereka.
"Pastinya, mereka sudah kalah dari Abyc dua kali dan sekarang mereka melampiaskannya kepada kita," sahut Ratu Sylvia juga melihat pemandangan mengerikan dilayar hologram.
"Benar. Menurut saya juga kita tidak bisa terus bertahan, paduka Void. Mereka bisa-bisa menembus pertahanan kita dan mengambil alih kota," sahut Riedle juga, memberikan sebuah saran yang juga Void pahami dengan melihat kondisi disana.
Namun diri Void masih khawatir akan kekuatan aliansi, ada rasa cemas dihatinya jika aliansi masih memiliki banyak pasukan dibelakangnya dan bisa senantiasa menyerbu disaat pasukan persekutuan Kekaisaran melemah.
"Tenerbis, bisa kau laporkan berapa jumlah keseluruhan pasukan persekutuan dan ada berapa yang ditempatkan di garis depan," pinta Void kepada Jenderalnya.
Tenerbis menjawab "Baik." Lalu ia mengatakannya "Total jumlah pasukan persekutuan sekitar 800.000 prajurit, lalu jumlah yang berada di garis depan dari seluruh medan perang bekisar 100.000 prajurit atau lebih jelasnya 132.450 prajurit, paduka Void. Mereka semua berada dalam kondisi baik dalam hal persediaan maupun perlengkapan."
Void kembali bertanya "Apa menurutmu kita harus menambah pasukan?"
"Apa kau ragu?" potong Riedle terdengar heran.
Void mengangguk "Ya, aku khawatir jika aliansi manusia memiliki pasukan lebih banyak dibelakang. Tetapi aku jauh lebih khawatir jika organsisasi Leak itu akan muncul kembali dan membuat pasukan garis depan kita kewalahan," jawabnya tanpa sama sekali menutupi sesuatu dibelakang para penguasa lainnya.
Organsisasi Leak masih menghantui mereka, masih belum bisa ditarik kesimpulan jika mereka memang bekerja sama dengan aliansi meski belum ada bukti kuat yang membuktikannya, karena semuanya hanya di dasari oleh kebetulan semata. Void meragu ketika diberikan saran untuk menambah pasukan, karena kekhawatirannya yang begitu kuat, para penguasa lain pun dapat memahaminya, tetapi ini adalah perang. Apa yang bisa diharapkan selain kematian?
Tenerbis pun mengatakannya "Paduka, menurut saya pribadi kira harus segera untuk menambah pertahanan kita di garis depan. Jika kita kehilangan kota, maka kita akan kesulitan untuk mengambilnya kembali. Saya mengerti apa yang paduka Khawatirkan, tetapi saya harap anda juga ingat jika kita sedang berperang." Begitu tegas ucapannya kepada sang Kaisar seakan memberikan peringatan dengan penuh penghormatan.
Sang Kaisar mendesah pelan ketika diberi pilihan sulit di depannya, tetapi seperti yang dikatakan Tenerbis maka ia tidak memiliki banyak pilihan lain.
"Kalau begitu perkuat pertahanan di kota yang kita kuasai, siagakan mereka dan cepat kirim bantuan juga kepada musuh yang sedang menuju kemari."
"Dimengerti, paduka."
Ia dengan sigap menuliskan surat-surat diatas kertas message untuk para pemimpin yang ada di garis depan juga kepada mereka yang terdekat dengan garis depan untuk mengerahkan pasukan mereka sebagai pasukan tambahan. Sedangkan yang ada di garis depan, mereka diperintahkan untuk memberikan serangan balik kepada pasukan aliansi yang terus bergerak dan yang juga sedang mencoba menguasai pos pertahanan persekutuan.
Layar hologram dari bola sihir menampilkan dataran padang rumput bagian utara wilayah Kerajaan Uridonia. Pasukan aliansi tidak sedikitpun menghentikan gerakan kendaraan unit lapis baja, mereka terus berulang kali menembakkan proyektil-proyektil kuat kearah parit-parit yang telah dibangun oleh pasukan persekutuan. Tak ada strategi selain bertahan, pasukan berpedang juga menjadi tidak berguna ditengah dentuman keras yang diakibatkan oleh proyektil peluru unit lapis baja musuh.
"Peperangan benar-benar berubah, Tenerbis apa kau tau dimana Belial berada?" tanya Void kepada Jenderalnya.
Tenerbis kemudian menjawab "Ah, Tuan Belial sedang melakukan inspeksi di beberapa markas militer yang terdekat dengan perbatasan, tapi seharusnya sekarang beliau sudah kembali ke Ibukota. Tapi ada apa gerangan anda memanggil Jenderal Belial, apa ada yang ingin anda bicarakan?"
Void mengangguk pelan "Ya," balasnya singkat.
Tiba-tiba Riedle bertanya "Kenapa?" suara dan sorot matanya datar namun seakan memaksa Void untuk mengatakannya.
Namun sang Kaisar juga langsung menjawabnya tanpa pikir panjang "Aku hanya berpikir untuk sedikit mengubah gaya militer Kekaisaran," ucapnya, membuat kening dua penguasa disampingnya mengkerut keheranan.
"Gaya militer? Apa maksudnya anda ingin mengubah gaya bertarung Kekaisaran?" tanya sang Ratu Elf seraya menerka-nerka maksud perkataan Void.
Void menganggukkan kepalanya perlahan "Benar," ujarnya, kemudian dia tiba-tiba menciptakan sebuah sihir api di tangannya "Di dunia ini, mereka yang tidak memiliki sihir maka tidak bisa menggunakan sihir. Mereka tidak bisa menciptakan ledakan secara ajaib atau melemparkan bola api dari tangan mereka. Tetapi beberapa ratus tahun telah berlalu, aku melihat banyak perubahan dan salah satunya adalah senjata juga alat sihir. Mereka diberi tenaga oleh batuan sihir hingga membuat makhluk yang tidak bisa menggunakan sihir dapat menggunakannya. Lalu inovasi alat dan senjata terus berkembang, hingga menciptakan senjata yang mengerikan." Void menunjuk kearah unit lapis baja aliansi manusia yang ditampilkan di layar hologram bola sihir "Selama perang, kita selalu melihat musuh menggunakan senjata sihir jarak jauh untuk menyerang pasukan kita, bahkan di beberapa medan perang pun kita melihat jika pasukan kita kewalahan karena serangan-serangan jarak jauh. Karena itu diriku berpikir untuk mengubah gaya militer Kekaisaran."
Riedle langsung mengambil keputusan "Dengan kata lain anda ingin Kekaisaran tidak menggunakan pedang lagi dan akan menggunakan senjata sihir?"
Kesimpulan yang mengejutkan, namun sangat masuk akal bagi orang-orang markas pusat yang mengamati pertempuran selama ini. Perang yang jauh lebih di dominasi oleh serangan jarak jauh, lebih mematikan dan mengerikan dibandingkan prajurit berpedang yang harus mendekat untuk menyerang. Jika melihat perbandingannya, betapa tidak efesien menggunakan pedang dalam perang pada era sekarang.
Namun Void menggelengkan kepalanya "Tidak sepenuhnya begitu, mau bagaimana juga seni berpedang adalah hal yang tidak bisa dilepaskan dari Kekaisaran, jadi saya masih ingin militer saya menggunakan pedang. Tetapi, saya ingin pedang menjadi senjata kedua mereka dan menggunakan senjata sihir jarak jauh sebagai senjata utama."
Begitulah rencana yang ada di kepala Void untuk memperbaiki gaya militer Kekaisaran, dia begitu yakin jika rencanannya dapat meningkatkan kemampuan militer Kekaisaran. Tetapi disana ada dua orang yang menentang idenya.
"Saya tidak begitu yakin, paduka Void."
"Ya, saya juga."
Dua orang itu adalah Tenerbis dan juga Ratu Elf. Penolakan itu membuat Void merasa tersudut hingga suaranya menjadi terdengar gugup.
"Eh? Ke--kenapa?"
Tenerbis yang pertama kali mengatakan alasannya, dia berkata "Pertama, pasukan Kekaisaran sudah dibagi-bagi berdasarkan bidangnya masing-masing, seperti pasukan penyihir, kesatria dan pemanah, begitu juga dengan pasukan senjata sihir. Mereka sudah dipisahkan kedalam bidang mereka masing-masing yang sesuai dengan keahlian pasukan kita, kan sulit untuk mengubah pasukan berpedang menjadi senjata sihir. Meski mereka bisa belajar, saya tidak yakin jika itu akan efektif."
Tetapi Void langsung membantahnya dengan solusi lain "Kalau begitu bagaimana jika kita tingkatkan jumlah pasukan senjata sihir lalu mengurangi jumlah kesatria berpedang."
"Apa anda yakin? Memang bisa melakukan hal seperti itu, tetapi saya yakin akan ada ketidak puasan dari pasukan kesatria. Saya juga menjamin jika Tuan Belial tidak akan menyetujuinya."
"Ah ... Benar."
Tenerbis tepat sasaran, Void tak bisa membantah ucapan Jenderalnya itu. Pasukan Kekaisaran saat ini di dominasi oleh pasukan kesatria–pasukan yang menggunakan pedang dalam senjata mereka, pengurangan kapasitas pasukan yang dilakukan secara tiba-tiba atau bertahap tetap akan menghasilkan dampak serupa yaitu ketidakpuasan pasukannya dan ia juga harus memikirkan apa yang akan ia lakukan kepada prajurit yang ia berhentikan.
Selain itu, doktrin berpedang Belial juga masih dipegang teguh oleh para pasukan kesatria. Gaya berpedang dan pelajaran berpedang yang mereka jalani dan terapkan hingga menjadi prajurit, semuanya adalah turunan dari kemampuan dasar milik Belial. Void sama sekali tidak menyangkal jika Belial akan marah kepadanya.
Lalu tersisa satu orang lagi yang masih menyimpan alasan penolakannya. Mata Void mendapati wajah sang Ratu Elf sangat tidak senang dengan keputusannya.
"Lalu apa yang membuat anda tidak setuju, Ratu Sylvia?" tanya Void seraya menoleh kearahnya.
Ratu Sylvia menjawabnya dengan nada kesal "Sebelumnya maaf, paduka Void. Tetapi jika anda melakukan itu maka akan banyak batuan sihir yang diambil dan secara perlahan keberadaan batuan sihir juga akan menjadi langka. Kami bangsa Elf memiliki tugas yang diberikan oleh pencipta kami untuk menjaga dan melestarikan sihir di benua ini, jika anda melakukannya nantinya keseimbangan benua akan kacau dan penggunaan sihir di benua ini juga akan semakin berkurang. Perbuatan anda akan ditentang oleh kami, paduka Void. Sebenarnya saya pun tidak senang ketika Negeri Dwarf membantu pembuatan senjata sihir di Kerajaan Abyc, tetapi saya tidak bisa banyak bicara karena pada akhirnya manusia-manusia itu akan tetap membuatnya. Beginilah kenapa saya membenci manusia, mereka sama sekali tidak peduli dengan dunia ini!"
Entah bagaimana emosinya tiba-tiba teralih kepada umat manusia dengan raut wajah jengkel yang begitu jelas terpampang di wajahnya, membuat sang Kaisar tertawa canggung untuk sesaat.
Keberadaan energi sihir di dunia ini tidak terlepas dari adanya sumber energi di dalam tanah maupun di beberapa tempat yang tak diketahui. Sumber energi itu ialah batuan sihir yang terbagi menjadi berbagai jenis batuan dengan kandungan dan kekuatan yang beragam.
Void memegang dagunya, mengambil pose berpikir karena ucapan sang Ratu. Ia melupakan apa yang seharusnya sudah ia pelajari di dunia sebelumnya, pengerukan sumber daya yang berlebih membuat dunia semakin buruk. Keegoisan manusia yang begitu besar hingga melupakan keadaan dunianya, ia salah satu orang yang tak peduli dengan dunia. Tetapi semuanya berbeda ketika ia menjadi pemimpin Kekaisaran, ia mengerti betapa pentingnya sumber daya bagi dunia ini dan juga Kekaisaran.
"Kalian benar, aku melupakan apa yang terpenting bagi dunia ini. Meskipun diriku adalah Iblis, tetapi diriku juga memiliki keinginan untuk membiarkan bangsa ku tinggal nyaman di tempat ini." Ia tersenyum tipis diikuti oleh sang Ratu Elf yang puas akan keputusannya "Walau begitu aku tetap ingin mengubah gaya militer kita. Meskipun kita tidak menggunakan senjata sihir, tetapi musuh kita akan tetap menggunakannya. Kita harus menemukan rencana untuk bisa membuat sebuah senjata yang bisa menembak seperti senjata sihir tetapi tidak perlu energi sihir," terang Void akan keinginannya yang tetap.
Walau begitu Void sesungguhnya sudah mendapatkan ide untuk membuat suatu senjata yang pernah ada di dunianya, namun ia memilih untuk menutup mulutnya dan membiarkan sang Jenderal ahli strategi dan yang lain berpikir akan rencana itu.
Tiba-tiba, Tenerbis mengangkat wajahnya dengan ekspresi yang seperti berkata 'Oh, itu dia!' kemudiaj dia berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil selembar kertas diantara tumpukan kertas disamping meja kerjanya.
"Tuan Riedle, saya mendapat informasi jika proyektil peluru yang dilesatkan lapis baja itu bisa melesat dan meledak karena bubuk mesiu, kan?" tanya Tenerbis tiba-tiba kepadanya.
Riedle mengangguk pelan dan menjawab "Benar, setidaknya begitulah yang para dwarf laporkan."
"Kalau begitu bagaimana bisakah anda membuat hal yang serupa, tetapi lebih kecil lagi?"
Mendengar pertanyaan itu, mata Riedle membulat karena terkejut. Mulutnya menyeringai puas lalu ia tiba-tiba mengeluarkan gelegak tawa yang cukup keras hingga membuat semua terheran.
"Begitu, begitu. Aku mengerti apa yang anda maksud Tuan Tenerbis, baiklah akan saya coba bicarakan kepada pengerajin di Negeri Dwarf. Negeri kami juga memiliki bahan bakunya, jadi anda tidak perlu khawatir."
Dia langsung menyetujuinya, Tenerbis pula tersenyum tipis mendengar jawabannya "Syukurlah jika anda mengerti maksud saya. Tetapi mungkin Ratu Sylvia dan pengamat disini belum memahami ucapan saya, tetapi apa boleh saya mengatakannya?"
Riedle menjawab denga ceria "Katakan saja."
Sedangkan Void memberikan anggukan kecil kepadanya sebagai tanda persetujuan. Lalu, Tenerbis menerangkan tentang projek senjata yang diinginkan oleh sang Kaisar untuk menanggapi militer musuh yang terus menggunakan serangan jarak jauh.
Senjata itu sesuai seperti apa yang ada di benak Void, sebuah senjata dengan proyektil kecil yang dibuat dengan bahan baku bubuk mesiu juga logam sebagai amunisi utama. Jika menggunakan bahasa dunia sebelumnya, senjata itu adalah sebuah senapan api.
"Begitu, jadi senjata ini sama sekali tidak menggunakan energi sihir?" tanya Ratu Sylvia memastikannya.
Namun Riedle menjawab "Saya ingin berkata iya, tetapi disaat yang sama juga saya masih ingin melibatkan energi sihir dalam pengerjaan. Mungkin hanya untuk penyeimbang sebagai keamanan, mau bagaimana juga bubuk mesiu cukup berbahaya jika terkena percikan api." Ia khawatir dengan keselamatan para peneliti juga pengerajin Negerinya.
Jawabannya membuat sang Ratu Elf sedikit bimbang, ada rasa kekhawatirannya bila nanti mereka menggunakan batuan sihir sebagai bahan baku "Jika tidak digunakan sebagai bahan baku maka saya tidak keberatan, Tuan Riedle," ucapnya sebagai persyaratan
"Saya mengerti," balas Riedle langsung, hingga di dalam ruang strategi itu mereka membuat kesepakatan yang bisa mengubah dunia militer.
Kembali mengamati layar hologram, beberapa pos telah ditaklukkan dan memaksa pasukan persekutuan untuk mundur hingga mencapai kota karena kurangnya kekuatan mereka untuk melawan. Mereka membakar semua persediaan mereka dan menghancurkan pedang maupun makanan yang ada di dalam pos sebelum melarikan diri agar tak digunakan oleh pasukan aliansi.
Namun berbeda dengan medan perang utara–Kerajaan Uridonia–Pasukan persekutuan bisa bergerak dengan cepat dan menyiapkan berbagai jebakan untuk unit lapis baja mereka hingga hanha sedikit saja yang bisa musuh mereka gunakan, selain itu di pihak mereka juga memiliki unit lapis baja yang sebelumnya diambil dari musuh. Mereka menggunakannya sebagai benteng dan kemudian menyerang dari berbagai arah dengan serangan sergapan.
Lalu dengan unit yang cukup banyak di medan perang dan Jenderal Asmodeus sebagai pemimpin mereka, pasukan persekutuan terus bergerak hingga menuju kota-kota Uridonia dan mengambil alih mereka secara perlahan. Pasukan aliansi yang sudah kalah sebelumnya tak bisa banyak bertahan, kurangnya pasokan dan persenjataan juga jumlah prajurit memperburuk kondisi mereka. Lalu, kota kedua di Uridonia pun jatuh ke tangan persekutuan Kekaisaran dengan 90% prajurit aliansi atau sekitar 19.000 prajurit yang bertahan tewas di tangan pasukan persekutuan Kekaisaran, sedangkan sisanya sebagian di tahan di kota tersebut dan sebagian lainnya di bawa ke garis belakang.
Lalu beberapa jam telah berlalu, pasukan aliansi di wilayah Kerajaan Hertia tidak langsung menuju Kota Louvre. Mereka tidak melakukan gerakan setelah mengambil alih 2 dari 3 pos keamanan persekutuan disana. Melalui pantauan udara, mereka sedang mengisi kembali bersediaan dan memperbaiki pos yang belum sepenuhnya rusak tersebut, tetapi pengintai persekutuan dapat memastikan bila seluruh persediaan yang dibawa pasukan persekutuan telah hancur seutuhnya.
Masa tenang kembali muncul sebelum perang habis-habisan, pasukan persekutuan juga menumpuk pasukan di Kota Louvre dan membuat beberapa parit kecil juga gundukan tanah dengan sihir di sekitaran kota untuk merangkai medan perang mereka sendiri. Lalu disaat yang sama, sang Kaisar bersama dengan Scintia juga Ink Owl yang telah pulih pergi ke kerajaan Abyc untuk memberikan sebuah surat yang sangat penting bagi hubungan dua Kerajaan. Namun, mereka tidak bertemu di Istana Kerajaan Abyc, melainkan di sebuah kota terdekat dengan perbatasan Negeri Elf.
Pengawalannya begitu ketar, keamanan kota itu ditingkatkan menjadi sangat ketat dan kuat. Tidak ada sambutan meriah selain para prajurit Abyc yang berbaris sepanjang jalan, seluruh penduduk Kota juga diberikan perintah untuk tidak keluar dari kediaman mereka.
Lalu sang Kaisar diminta untuk tidak menggunakan kereta resmi Kekaisaran dan diharapkan menyewa petualang daripada membawa pengawak pribadi, karena khawatir jika nantinya akan ada kerusuhan di dalam kota. Masih banyak yang tidak percaya dengan Kekaisaran, sang Ratu juga tidak bisa berbuat banyak apabila sang Kaisar tiba-tiba diserang oleh penduduknya sendiri.
Hingga pertemuan rahasia mereka pun dimulai, sebuah ruangan sederhana dimana sang Ratu Abyc telah menunggu kedatangannya di dalam ruangan. Dia tak sendirian, tetapi ada seseosok dengan jubah tanpa kerah, berlengan panjang dengan warna kuning gelap, lalu di bagian dada kirinya terdapat sebuah lambang kerajaan yang sama sekali belum pernah Void temui. Dia memiliki rambut hitam dan juga jenggot tipis di dagunya.
"Lama tidak bertemu, paduka Void." Ausele berdiri kemudian ia mendekat dan mengulurkan tangannya, Void langsung menerimanya dengan senyuman tipis seperti biasa "Maaf karena banyak meminta kepada anda hanya untuk pertemuan ini."
"Tidak masalah, Ratu Ausele. Saya juga tidak ingin merepotkan Abyc lagi selama perang masih berlangsung, justru saya harus berterima kasih karena anda masih bepegang teguh dengan ucapan anda yang ingin Kerajaan ini menjadi tetap netral," balas Void memberikan pujian kepadanya.
Sang Ratu muda itu hanya tertawa pelan mendengar pujian, kemudian dirinya berbalik dan sedikit mundur kebelakang kemudian melihat sedikit kearah lelaki berseragam itu.
"Lalu paduka Void, izinkan saya memperkenalkan anda kepada beliau. Beliau adalah menteri dari Kerajaan Dalae, Kerajaan yang ada di bagian timur benua ini."
Void sedikit tersentak karena terkejut mendengarnya, namun ia berusaha menjaga raut ekspresinya untuk tetap tenang dan menyungingkan senyuman tipis kepadanya.
"Perkenalkan, Kaisar Iblis agung, Kaisar Void. Saya adalah menteri dari Kerajaan Dalae yang akan menjadi saksi dari kesepakatan anda bersama dengan Ratu Kerajaan Abyc, Ratu Ausele. Saya harap anda tidak keberatan dengan keputusan ini."
Pertemuan yang tak terduga pun terjadi disana.
To be continue