Chapter 107 - Sarapan biasa
Chapter 107 - Sarapan biasa
Informasi dari Putri Ausele yang kala itu menyamar menjadi Aulia, menguak kebenaran dari apa yang dilakukan oleh sang Pangeran perihal dirinya yang terlibat dalam perbudakan gelap atau illegal di Kerajaan manusia. Mendengar dari apa yang Ausele katakan, Edward dan Scintia setelahnya langsung kembali ke Kekaisaran Iblis dan bertanya ke semua korban yang sebagian kecil dari mereka menjadi pelayan baru di Istana Kekaisaran–mereka yang tak memiliki tempat tinggal diberikan pekerjaan atas usul Ink Owl di Istana Kekaisaran. Tidak hanya mereka, Roxine juga tidak luput dari pertanyaan yang Edward berikan hingga hari itu dirinya mengakui keberadaan seorang berpakaian rapih dengan rambut pirang.
"Roxine ingat! Saat itu lelaki itu mendekati tempat ku. Lelaki itu tinggi berambut pirang dan pakaiannya sangat rapih seperti seorang pangeran!" begitu Roxine menjawab kepada Edward.
Mendengar itu atas dasar hukum Kekaisaran atau tepatnya atas dasar hukum 3 aliansi Kekaisaran, perbudakan di tanah mereka harus dihapuskan karena bertentangan dengan perkataan mereka yang akan menjadi tempat untuk segala ras tinggal. Sebab itu, Edward dan atas desakan Ink Owl juga tidak bisa melepaskan sang Pangeran begitu saja.
Ketakutan terpancar jelas dalam sorot mata mereka kala melihat kuda-kuda yang dilengkapi zirah juga penunggangnya yang mengenakan zirah hitam legam melintas di depan mereka. Bendera merah darah dengan elang membentangkan sayapnya berkibar di tengah-tengah bendera biru laut yang terpasang di beberapa rumah warga, terus berjalan dengan pengawalan ketat oleh para pasukan Kerajaan Abyc agar tidak menimbulkan kerusuhan kala pasukan Kekaisaran melintasi jalan utama Ibukota kerajaan manusia itu.
Melihat keluar jendela, Belial tersenyum tipis kala melihat sorot mata yang dipenuhi rasa takut. Kepuasan dalam dirinya muncul dalam waktu singkat hanya karena hal itu, kebencian akan manusia masih melekat dalam dirinya. Lalu matanya teralih kepada sebuah surat yang ia genggam, surat gulung yang tulus diatas kertas berwarna emas kecoklatan dan diikat oleh tali kain berwarna merah. Surat yang diberikan oleh sang Kaisar, bukan untuknya tetapi untuk para Elf.
Edward berkata kepadanya saat memberikan surat itu "Belial, jika tidak keberatan maukah kau mampir sebentar ke Istana Elf? Tolong berikan surat ini lalu katakan padanya untuk serahkan semuanya kepada Kekaisaran Iblis."
Rasa penasaran mengguncang Belial sedikt, ia tak diberitahu sedikitpun tentang surat apa yang ditulis oleh sang Kaisar untuk Ratu Elf, Sylvia.
'Apa ada kaitannya dengan perbudakan? Yah biarlah,' batinnya memilih tak mengacuhkan isi surat itu, ia menyimpan surat itu di dalam ruang sihir lalu memejamkan matanya sembari menunggu waktu mereka sampai ke Negeri Elf.
Edward menatapi kepergian pasukannya yang perlahan semakin menjauh dan tak bisa lihat lagi, seringai tipis masih melekat di wajahnya menggambarkan suasana hatinya pagi ini. Hingga suara ketukan pintu ruangannya menggema membuat dirinya menoleh kebelakang.
"Siapa?"
"Maaf mengganggu anda, Tuan. Anda di undang untuk sarapan oleh Putri Ausele bersama dengan para jenderal."
Suara itu adalah pelayan yang malam kemarin mengantarnya ke ruangan ini, ia terdiam sejenak lalu berkata kepadanya.
"Begitu, baiklah aku akan datang. Tolong tunggu sebentar," ucap Edward kemudian dirinya mengenakan kemeja hitam tanpa kerah dengan kancing menyamping, kemeja yang hanya digunakan oleh para petinggi Kekaisaran Iblis.
Langkahnya mendekati pintu kemudian membukanya perlahan. Tepat dibalik pintu ia melihat sosok pelayan itu, seorang pelayan dengan rambut coklat pendek yang memiliki wajah begitu mirip dengan sang Putri. Dia adalah pelayan pribadi sang Putri, Aulia namanya. Dirinya ditugaskan oleh Sang Putri untuk melayani perwakilan dari Kekaisaran secara langsung, bukan tanpa alasan tetapi itu karena banyak pelayan uang merasakan ketakutan kala melihat para Iblis.
Edward pun sempat menolak pelayanan itu karena mereka sudah memiliki Uksia, tetapi sang Putri memaksa dan berkata "Kami akan merasa malu jika tamu kami tidak diperlakukan seperti seorang tamu."
Ucapan yang sama sekali tidak bisa Edward bantah, setelahnya ia memilih menyerahkan hal itu kepada sang Putri hingga dipilihlah Aulia sebagai pelayan yang melayani Kekaisaran sementara disini.
Gadis itu tersenyum sangat ramah seolah tidak ketakutan sama sekali dengan sosoknya sebagai Iblis "Tolong ikuti saya, Tuan Edward," ucapnya, tutur katanya juga lembut seolah melayaninya setulus hati.
"Nona Aulia, apakah anda tidak takut dengan kami?" tanya Edward berterus terang tanpa ada rasa yang membebaninya sama sekali.
Tanpa menghentikan langkahnya, gadis itu hanya menoleh ke belakang dengan raut wajah kebingungan seakan bertanya 'Apa maksud ucapan anda?'
Kemudian Edward pun bertanya lagi kepadanya dengan santai "Yah anda juga tahu sendiri tentang kami, kan? Kami adalah makhluk mengerikan yang menjadi musuh dan ditakuti oleh umat manusia, bukankah sudah sewajarnya anda takut melayani kami?"
Lalu serempak mereka menghentikan langkah mereka. Senyuman ramah kembali ia tunjukkan kala dirinya berbalik menoleh kearahnya, kemudian dirinya pun berbicara "Tentu, Tuan Edward. Saya memiliki ketakutan sendiri kepada anda, Tuan Ink Owl ataupun Nona Uksia. Tetapi malam itu saya mengerti apa yang coba anda lakukan, lalu saya juga mendengar jika anda membantu Putri Ausele, dan berkat anda juga masalah di Kerajaan ini bisa terselesaikan, saya sangat berterima kasih," dirinya tiba-tiba mencondongkan tubuhnya seakan benar-benar berterima kasih kepada Edward, kemudian kembali menegakkan tubuhnya lalu berkata "Mari, Tuan Edward. Putri Ausele sudah menunggu," ucapnya kemudian kembali berjalan mendahului Edward.
Iblis berambut perak itu hanya terdiam tak berkata apa-apa, ucapan pelayan itu seolah tak memberikan jawaban yang pasti untuknya. Dirinya pun mengikuti langkah kemana pelayan itu berjalan hingga akhirnya mereka pun sampai di depan ruang makan. Pintu Aulia buka tanpa masuk lebih dulu, ia membiarkan Edward untuk melangkah masuk ke ruangan itu lebih dulu untuk menghormatinya.
Ruang makan dengan meja panjang dengan banyak kursi di setiap sisi meja itu, mata Edward bergerak menatap ke arah 3 Jenderal tanpa zirah yang sedang terduduk, dua diantaranya menatapnya dengan tatapan sinis sedangkan seorang lagi hanya memejamkan mata seolah ingin mengabaikan segalanya. Jenderal yang matanya terpejam itu adalah Andares, selalu tampak tenang dan tak terganggu sama sekali meski ada Iblis di dekatnya.
Mereka bertiga duduk bersebelahan, sedangkan sang Putri duduk di ujung meja panjang itu, sangat anggun dengan rambut yang jauh lebih tertata, kepalanya pula dihiasi oleh tiara dengan kristal biru pada bagian tengahnya, memakai gaun putih dengan campuran warna biru pada tengah renda gaunnya. Edward hanya tersenyum kearahnya sembari menundukkan kepala sedikit untuk menghormati dirinya, lalu ia memilih duduk seorang diri di sisi lain meja itu, berlawanan dengan para Jenderal. Hal itu seakan menggambarkan betapa besarnya perbedaan antara Edward dengan para manusia itu.
Jenderal Andares pun bertanya "Hanya anda, Tuan Edward?"
Bukannya Edward, tetapi Aulia yang menjawab pertanyaan itu "Mohon maaf, tetapi Nona Uksia masih tertidur lelap, sedangkan Tuan Ink Owl berkata beliau belum lapar."
"Hm! Menolak undangan dari Putri, bukankah itu tidak sopan?" sahut Jenderal dari Meridonialis dengan suara sinis.
"Jangan berkata seperti itu, mungkin Tuan Ink Owl merasa sungkan dengan kita jadi beliau tidak ingin hadir disini," tutur Jenderal dari Kerajaan Nord, terdengar seperti memaklumi hal itu tetapi caranya berbicara seakan mengejek ketidakhadiran Ink Owl.
Ketegangan seketika tercipta diantara mereka disaat Edward baru saja duduk di kursinya, sikap sinis yang mereka tunjukkan benar-benar ingin menunjukkan penolakan mereka kepada Iblis yang akan mulai sarapan bersama dengan mereka. Sorot mata tak senang ditunjukkan oleh Putri Ausele, ia membuka mulut dan ingin menengahi mereka. Tetapi disaat yang sama Edward memotong ucapannya.
"Tuan-tuan–."
"Mohon maaf atas ketidakhadiran Tuan Ink Owl pagi ini. Tetapi di Kekaisaran, beliau memang jarang sekali sarapan. Mau bagaimana juga beliau adalah Monster pintar, waktu makan mereka dan waktu rasa lapar mereka berbeda dengan Iblis, manusia ataupun makhluk lainnya. Seharusnya anda sekalian sudah tahu tentang hal itu? Lalu pelayan kami, Uksia tampaknya sangat kelelahan karena akhir-akhir ini dia terlalu bekerja keras hingga, jadi sepertinya dia kelelahan, mohon maafkan mereka."
Membalas dengan sangat ramah, senyuman tipis pula selalu Edward tunjukkan seolah mengisyaratkan kepada mereka jika dirinya tak ingin memulai keributan yang tak berarti.
"Kalau sudah begitu mau bagaimana lagi," balas Jenderal Andares menengahi mereka "Memang saya pernah mendengar jika Monster pintar tak pernah makan banyak, tapi ada juga yang sebaliknya. Jadi tidak perlu dipermasalahkan," tambahnya lagi mendukung ucapan Edward.
"Kalau begitu mari kita mulai saja sarapan pagi ini, Aulia," sahut sang Putri langsung memulai acara singkat mereka, seakan dirinya tak membiarkan dua Jenderal itu kembali mengeluh.
Ia memberikan Isyarat kepada Aulia, lalu Aulia pula memberikan Isyarat lagi kepada beberapa pelayan lainnya untuk membawakan makanan yang sudah disediakan di atas troli makanan. Satu persatu hidangan para pelayan taruh di atas meja, hidangan yang sama sekali tak memiliki kesan spesial tetapi tampak sangat mewah dan berkelas.
Edward pula mendapatkan makanan yang serupa seperti para Jenderal yang lainnya, sebuah daging panggang dengan saus asam manis di atasnya. Hidangan yang hampir sering Edward makan ketika di Istana Kekaisaran, tetapi dirinya tak mengeluh karena hal itu.
Kala sang Putri mempersilahkan mereka untuk makan, Edward dan para Jenderal tanpa sungkan langsung melahap makanan mereka. Pembicaraan yang terjadi bukanlah pembicaraan penting yang harus Edward catat, para Jenderal hanya membicarakan kehidupan mereka pribadi dan saling menanyakan kondisi keluarga mereka. Tetapi itu menjadi informasi kecil untuk Edward.
'Ah mereka semua saling mengenal, begitu ... Dengan kata lain tujuan mereka membicarakan itu untuk menunjukkan kedekatan mereka kepada diriku, begitu begitu,' batin Edward.
Edward menelan daging panggang itu lalu ia mengeluarkan berbicara sembari tersenyum ramah "Kalian benar-benar dekat, apakah sebelum menjadi Jenderal kalian sudah saling mengenal satu sama lain?" tanya Edward kepada mereka.
Perhatian ketiga Jenderal itu pula teralih kepadanya, lalu Jenderal Andares menjawabnya "Ah begitulah, saat remaja kami pernah berlatih pedang bersama di akademi kesatria Kerajaan Sentrionalis."
"Kalau tidak salah dulu Jenderal Andares selalu menjadi peringkat pertama dalam tes, dia benar-benar ahli berpedang sampai pernah mengalahkan 3 naga saat itu ya," sahut Jenderal dari Meridonialis memuji kemampuan Jenderal dari Hertia itu.
"Ah benar, hal seperti itu pernah terjadi," sahut Jenderal Nord dengan senyum gembira.
"Hebat, bukankah itu pencapaian yang luar biasa?" sahut sang Putri yang juga mengagumi kemampuan Jenderal itu.
Setelah menenggak minuman, Jenderal Agares menjawabnya dengan santai "Bukan hal yang luar biasa, putri. Saat itu hanya kebetulan saja sewaktu kami diminta untuk mengumpulkan barang-barang yang di jatuhkan monster. Saat itu saya tidak memiliki pilihan lain selain melawan, karena sewaktu itu saya berpikir kabur ataupun melawan pada akhirnya akan mati juga. Jadi saya memilih untuk melawan demi kehormatan saya sebagai kesatria."
Pujian mereka layangkan kepada Jendera Andares seakan-akan dia menjadi Jenderal paling hebat di Kerajaan manusia. Sementara itu Edward kembali fokus dengan makanannya setelah bertanya dengan telinga yang terus mendengar segala pembicaraan mereka, informasi yang tidak begitu berguna pun ia dapatkan. Ia tahu jika Jenderal Andares memanglah sangat kuat sampai hampir menyamai Belial, ia tidak akan menyangkal jika ditanya apakah Andares menjadi ancaman Kekaisaran.
"Bagaimana dengan anda, Tuan Edward?" tanya sang Putri tiba-tiba hingga membuatnya langsung menoleh saat sedang minum.
"Bagaimana?" tanya Edward lagi meminta kejelasan.
"Ah ya, jika tidak keberatan maukah anda menceritakan sedikit tentang diri anda?" pinta sang Putri kepadanya.
Para Jenderal lainnya juga menatap kearahnya seakan benar-benar penasaran dengan dirinya, kemudian dirinya pun membalas "Ah ya, saya tidak keberatan jika harus bercerita sedikit. Walau begitu saya tidak memiliki pencapaian hebat seperti Tuan Andares, mungkin tidak menarik juga."
"Tidak apa," balas sang Putri lagi seakan benar-benar mendorongnya untuk bercerita.
Edward memegang cangkir wine yang hanya berisi jus buah berwarna merah, dirinya menatap cangkir itu dengan tatapan yang begitu dalam lalu mulutnya terbuka dan berbicara "Saya hanyalah Iblis biasa yang tinggal di salah satu desa di Kekaisaran, saya bermain bersama Iblis lain tertawa dan terkadang bertengkar. Selain melakukan itu, saya hanya seorang kutu buku. Menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku-buku yang menurut saya menarik. Entah itu dongeng, sejarah ataupun buku tentang ilmu berpedang. Tidak ada yang istimewa dari saya," ucapannya di akhir seakan benar-benar mengakhiri cerita hidupnya yang begitu singkat dan menbosankan.
Hingga pertanyaan lainnya keluar dari mulut Jenderal Andares "Lalu bagaimana caranya anda menjadi bagian dari Kekaisaran? Bisa bekerja bersama dengan Jenderal Belial dan juga petinggi yang menjadi penasihat langsung Kekaisaran itu luar biasa menurut saya. Terlebih anda juga sejak kemarin banyak bicara dibandingkan dua sosok penting itu, apakah anda mau menjelaskannya?"
Sorot mata Andares dalam sekejap menjadi tajam begitu dirinya mencurigai sosok Edward sebenarnya, namun tanpa rasa panik ia pun menjawab dengan santainya.
"Ah itu ... Mungkin karena kebetulan," jawabnya.
"Kebetulan?" tanya lagi Andares semakin penasaran.
"Ya, suatu hari saya pernah mengunjungi Ibukota seorang diri. Saya berkeliling kesana kemari untuk mencari pekerjaan, tetapi nasib saya tidak menemukannya. Hingga saya akhirnya kehabisan uang dan mau tidak mau harus kembali tanpa membawa apapun ke desa saya, tetapi yah saya tidak punya uang untuk naik kereta kuda bahkan untuk menginap pun saya tidak bisa melakukannya. Ditengah hujan yang lebat, saya hanya bisa duduk dan berpasrah sembari menunggu esok hari dengan memantapkan diri saya untuk pulang berjalan kaki. Tapi nasib saya berkata lain, saya ditemukan oleh paduka Void."
"Sang Kaisar!?"
"Ya, saya awalnya berpikir jika saya ingin ditangkap dan dimasukan penjara karena tidur sembarang di Ibukota. Tapi, paduka berkata jika saya bisa berguna untuknya, saya pun dipekerjakan disana setelah melalui serangkaian latihan yang diberikan Tuan Ink Owl, bahkan alasan kenapa saya terus berbicara mewakili Kekaisaran juga karena saya masih dilatih dan dinilai oleh Tuan Ink Owl. Cara memecahkan masalah, lalu berbicara tanpa membawa emosi pribadi kepada petinggi atau orang penting Kerajaan lain ... Tapi," Edward menunduk sedalam-dalamnya dengan tangan mengepal "Saya kemarin malam tidak bisa mengontrol emosi saya dan justru malah marah besar ... Uuuh, nilai saya pasti berkurang kalau begitu," ia menyingkirkan piring di depannya lalu membenturkan kepalanya seakan-akan benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu.
Amarah yang meledak-ledak malam itu tak bisa dilupakan oleh siapapun, bahkan para Jenderal ketika mereka melihat Iblis berambut perak itu melesatkan sihir ke langit malam hingga melubangi awan tebal yang akan menutupi bulan. Suasana menjadi hening seketika kala mereka mendengar keluhan Edward yang kecewa pada dirinya sendiri, tak tahu reaksi apa yang harus mereka katakan.
Namun Edward mengangkat kepalanya kembali lalu berbicara "Karena itu Jenderal-jenderal sekalian dan Putri Ausele, tolong maafkan apa yang saya lakukan semalam. Saya sama sekali tidak berniat untuk melakukannya," dirinya berbicara sembari tersenyum ramah kepada mereka, permintaan maaf yang begitu tulus kepada para manusia.
Para Jenderal selain Andares tak tahu harus berkata apa setelah mendengarnya, terlebih Jenderal dari Meridonialis yang tak sengaja menekan Edward tentang perbudakan hingga membuatnya marah. Suasana yang ringan dalam sekejap menjadi terasa sedikit berat, hingga suara tepukan tangan sang Putri mengacaukan itu semua.
"Saya pribadi tidak begitu memikirkannya, karena saya pun mengerti apa yang anda katakan. Saya juga pasti akan marah jika ada keluarga saya yang menjadi budak," ucapnya sembari tersenyum tipis, kedua telapak tangan yang masih melekat ia taruh tepat di bawah dagunya.
"Saya juga tidak begitu memikirkannya, siapapun akan marah jika itu menyangkut keluarganya," sahut Jenderal Andares, membuat Edward melebarkan senyuman seribu arti, hingga Jenderal itu kembali berbicara yang membuat senyumannya menghilang "Tapi, Tuan Edward. Saya berharap jika Kekaisaran tidak terburu-buru untuk mengerahkan militer, tepat seperti apa yang dikatakan Jenderal Austen, tindakan Kekaisaran terlalu seenaknya. Jadi tolong pikirkan kembali jika itu berkaitan dengan Keluarga Kerajaan atau petinggi kerajaan lainnya," tambah Andares, ucapannya itu seakan menjadi peringatan yang mendalam untuk dirinya.
Edward mengeratkan giginya untuk sesaat, namun senyuman tipis kembali mekar di wajahnya "Tidak bisa," balasnya membuat para Jenderal terkejut "Jenderal Andares, kami mengerti maksud dari ucapan anda. Tindakan yang saya katakan juga tidak langsung dilakukan begitu saja, tentu kami akan melakukan negosiasi panjang terlebih dahulu dan juga kami akan mengumpulkan berbagai bukti juga fakta agar penangkapan itu bisa dibenarkan nantinya. Tetapi seperti yang saya katakan, jika pelaku perbudakan gelap yang terjadi di Kekaisaran adalah seorang anggota kerajaan dan keluarga kerajaan berusaha menutupi keberadaan atau melindungi keberadaan pelaku. Kami Kekaisaran dengan terpaksa harus melakukan tindakan tegas," ucap Edward dengan tegas, dirinya tak mundur dan menolak untuk menundukkan kepalanya dengan perkataan manusia-manusia di depannya. Meski sorot mata mereka kembali tampak marah, jengkel dan jijik dengannya, keputusannya adalah mutlak "Lalu, setelah perang suci berakhir bukankah Kekaisaran pernah menyatakan hal ini bersama Negeri Elf dan Negeri Dwarf. Tempat kami adalah rumah bagi seluruh ras selain manusia, mereka bisa tinggal dengan nyaman tanpa ada rasa takut dengan manusia yang memperbudaknya."
"Kau–."
Jenderal Autens dari Meridonialis ingin membentaknya, namun tangan Andares yang terangkat menahan ucapannya. Suasana menjadi sangat tegang, ucapan Edward seakan mewakili Kekaisaran yang mengingatkan kembali dengan pernyataan 500 tahun yang lalu masihlah tetap berlaku sampai saat ini.
Edward mendesah angkuh sembari membuang wajahnya "Kekaisaran itu sederhana Jenderal sekalian, tidak ada yang menggaruk punggung kami maka kami akan mencoba seramah mungkin dengan tetangga kami yang jauh maupun dekat. Tetapi jika ada yang mencoba melukai kami, entah itu hanya luka gores kecil, Kekaisaran akan bertindak tegas sebagaimana hukum Kekaisaran ditegakkan," ucap Edward dengan tegas seakan membalas peringatan yang dilemparkan oleh Andares.
Mereka tak bisa berkata apa-apa, hanya menunduk kesal dengan segala ucapan Iblis berambut perak itu yang seolah-olah menunjukkan ancaman sesungguhnya bagi mereka.
Dalam sekejap ekspresi serius Edward berubah kembali dengan senyuman tipis yang ramah "Tapi seperti yang saya katakan semalam, Kekaisaran berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengobarkan bendera peperangan. Mau bagaimana juga Kekaisaran tidak ingin melihat Iblis-iblis kecil kami menangis karena kehilangan orang tuanya, saya yakin anda sekalian sebagai Jenderal dan Ratu Ausele pun mengerti apa yang saya katakan, benar? Anda juga tidak ingin itu terjadi, kan? Karena itu tolong ... Tidak, saya sangat memohon kepada anda sekalian untuk tidak mencoba membuat luka kecil di tubuh Kekaisaran, terlebih anda Jenderal Andares."
"Saya?" tanya Andares bingung.
"Ya, meski ini akan merepotkan anda tetapi akan saya katakan dan tolong sampaikan kepada petinggi Kerajaan anda ..."
Suasana tegang itu kemudian berakhir bersamaan dengan berakhirnya waktu sarapan bersama mereka. Setelah itu para Jenderal kemudian pamit untuk kembali ke Kerajaan mereka, bersamaan dengan mundurnya belasan ribu pasukan yang berkemah diluar Ibukota Kerajaan Abyc.
Pelepasan mereka juga tidak begitu meriah, tapi tatapan yang diberikan penduduk jauh lebih baik dibandingkan ketika Belial pergi. Sang Putri juga ikut melakukan pelepasan kepergian ketiga Jenderal itu dengan rasa hormat, lalu memberitahu mereka jika Kerajaan Abyc mulai saat ini akan berada dalam pemerintahannya.
Lalu, dirinya kembali berjalan menuju ruang makan untuk menemui seseorang yang masih belum pergi dari sana.
"Anda benar-benar suka mencari keributan, ya," ucap sang Putri sedikit ketus kepada Iblis yang tak berpindah sedikit pun dari kursinya.
"Tidak, saya hanya memberikan ketegasan kepada mereka, Putri Ausele. Mau bagaimana juga Kekaisaran selalu dibenci dan dianggap tidak ada oleh mereka, karena itu saya–."
"Baiklah aku mengerti, tolong jangan membuat suasana ruangan ini menjadi tegang lagi."
Gaya bicara sang Putri berubah, senyuman tipis merekah di wajahnya begitu pula di wajah Iblis itu. Mereka memulai sesi pembicaraan pribadi mereka.
To be continue