Chapter 161 - Takdir yang berubah
Chapter 161 - Takdir yang berubah
Mereka telah melakukan gerakan, membuka perang baru kepada Kerajaan yang tak ada kaitannya dengan mereka, kenapa? Bahkan seorang Jenderal yang tengah terduduk di dalam kereta kuda itu tak dapat menemukan jawabannya.
Dirinya termenung dengan mata terpejam, kedua tangannya menyilang dengan raut wajah rumit yang terlukis dengan jelas. Dirinya terus mencari jawaban dari arti keputusan aliansi, namun pada akhirnya yang ia temukan hanyalah jawaban jika tindakan aliansi adalah tindakan paling bodoh.
Akan tetapi, kenapa Rajanya menyetujui keputusan itu? Apakah terpaksa? Andares tidak merasa begitu kepada Rajanya ketika melihat rupa wajah sang Raja yang ada di depannya tengah tersenyum tipis seraya melihat keluar jendela.
Andares juga memalingkan wajahnya, menoleh kearah jendela yang sama dengan sang Raja.
"Ada apa, Andares? Kau tampak resah?"
Andares langsung memalingkan wajahnya, sedikit terkejut dikala sang Raja menanyakan kondisinya tanpa sedikitpun menoleh kearahnya serta tanpa mengubah ekspresi misterius yang melekat di wajahnya.
Tidak ada gunannya menyembunyikan sesuatu kepada Raja itu, begitulah pikir Andares tentang Rajanya yang kemudian membuatnya menjawab dengan jelas dan berterus terang "Tidak, paduka. Saya hanya sedikit bingung, kenapa aliansi ingin menyerang Abyc? Saya rasa sudah sewajarnya jika Abyc menyatakan sikap netralnya di dalam perang ini ... Terlebih mereka bukan lagi bagian dari aliansi."
"Apa kau membela mereka?" tanya sang Raja dengan suara dingin.
"Ti--tidak paduka, saya tidak berpikir demikian," balas Andares menjadi canggung.
Raja itu tertawa pelan mendengar Jenderalnya gugup "Tenang saja, aliansi melihat potensi untuk menyerang melalui Negeri Elf. Kekaisaran lebih unggul dalam pertempuran padang rumput, jadi mereka berpikir jika berperang melalui selatan ada kemungkinan jika pertahanan mereka hancur. Walau begitu ... Itu hanya pemikiran mereka saja, terlebih Kerajaan Abyc juga sudah sangat kuat dan kemungkinan meskipun aliansi menang, pastinya mereka akan babak belur sebelum berhadapan dengan persekutuan Kemaisaran." Sang Raja kemudian menyandarkan tubuhnya, ia berbicara dengan tenang meski tahu jika hasil usaha Aliansi sia-sia.
Kening Andares mengkerut melihat sikapnya. Ia tahu jika sang Raja memanglah memiliki sikap tenang dan sangat santai, sehingga Andares tidak bisa menebak kemana pikiran sang Raja. Tetapi satu hal yang membuat kening Andares mengkerut saat itu adalah cara sang Raja yang seolah bukan bagian dari aliansi.
"Maaf jika tidak sopan, paduka. Apakah anda sudah tidak peduli dengan aliansi? Dari cara bicara anda, saya merasa demikian," tanya Andares kepada Rajanya.
Kembali, sang Raja dibuat terkekeh dengan pertanyaannya.
"Maaf, apa saya salah?"
Raja itu menjawab "Tentu Andares, aku masih peduli dengan aliansi. Mau bagaimana juga itu adalah caraku untuk melindungi Kerajaan kita dari Kekaisaran." Sang Raja menegakkan tubuhnya kembali, memasang ekspresi serius yang tak terkira "500 tahun yang lalu ... Aliansi suci yang diciptakan gereja untuk membasmi para Iblis mengalami kegagalan. Apa kau tahu apa yang membuat mereka terpecah?"
Andares pun menjawab berdasarkan pengetahuannya "Kalau tidak salah, saat itu aliansi mengalami perpecahan dan banyak pasukan aliansi yang meninggalkan medan perang."
Sang Raja mengangguk seraya menjawab "Benar ... Begitulah yang tertulis di sejarah."
"Eh?" Semakin mengkerut kening Andares mendengar kejangggalan dalam jawaban sang Raja "Apa maksud anda?"
Raja itu kembali tertawa melihat respon Jenderalnya "Coba kau pikirkan saja. Saat itu dunia sangat kacau, Kekaisaran sudah tersudut dan mereka sudah mengepung Ibukota Kekaisaran. Tapi kenapa bisa-bisanya mereka mundur disaat sebentar lagi mereka bisa mencapai Ibukota? Tidakkah menurutmu itu aneh? Aku merasa ada yang tidak beres dengan sejarah dunia ini, Andares."
Disertai kerutan di keningnya, Andares menunduk seraya memegang ujung dagu–mengambil pose berpikir serius. Meski begitu bukan sekali ia merasakan kejanggalan dalam sejarah mereka.
"Tetapi menurut saya ada beberapa faktor kenapa hal itu terjadi, bisa saja karena garis depan sudah kehabisan persediaan dan sulit untuk bertarung, lalu dihadapkan dengan masalah perpecahan," ungkap Andares akan alasan mundurnya pasukan aliansi suci dulu.
"Benarkah begitu?" tanya Sang Raja disertai seringai misterius, membuat sang Jenderal merasakan rasa tidak nyaman "Kau tahu? Kakek buyut ku dulu memiliki hobi menulis tentang kesehariannya."
"Kenapa tiba-tiba membahas hal lain?" tanya Andares menjeda ucapannya.
"Tidak apa-apa, lagipula pembahasan tadi membuatmu tidak nyaman, kan?" perasaan sang Jenderal dengan jelas diterka oleh sang Raja, meninggalkan rasa gemetar pada sukma Andares "Jadi ya ... Sampai dimana tadi?"
"Kakek buyut anda hobi menulis kesehariannya," terang Andares mengingatkannya.
"Ah benar benar. Kakek buyut ku adalah Raja sebelumnya, dia memiliki hobi menulis keseharian tentang hidupnya. Dia menulis semuanya, bertemu dengan pemimpin kerajaan lain, ketika kejadian perang dengan Kerajaan di benua timur, berpecahnya wilayah Meridonialis dan terbentuknya Sentrionalis, dia ada saat-saat itu dan menuliskan semuanya ... Tentu saja saat perang suci juga tertulis apa yang terjadi saat itu," dia menyandarkan kepalanya pada pinggiran jendela disertai dengan ekspresinya yang amat rumit "Segalanya tertulis disana ... Semua keputusan sang Paus dan bagaimana Paus mengatur strategi bersama dengan Kakek buyut ku dan Kerajaan lainnya. Lalu banyak kejadian aneh yang terjadi ... Hingga akhirnya perang berakhir begitu saja, tetapi apa kau tau apa yang dia tulis sebelum perang itu berakhir? Ahahaha ... Maaf, pertanyaan ku bodoh, itu adalah harta kerajaan jadi tidak mungkin kau tahu," lanjut sang Raja diakhiri dengan tawa singkatnya.
Tejebak dalam rasa penasaran, akhirnya sang Jenderal bertanya seolah mendesak sang Raja untuk memberi tahunya "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?"
Raja itu menyungingkan senyumannya, kemudian ia berkata seolah membacakan tulisan sang Raja terdahulu " 'Hari berikutnya adalah hari dimana kami akan menaklukkan Kekaisaran Iblis, semua prajurit bersemangat dan semua jalur persediaan sudah dijaga dengan baik ... Semuanya sudah disiapkan dengan matang, tapi kenapa hati ini terasa gelisah? Aku merasa jika semuanya tidak akan berakhir dengan mudah' lalu dihalaman berikutnya adalah keesokan harinya dimana pasukan aliansi suci menyerbu Ibukota Kekaisaran 'Cahaya terang digelap malam, dua kekuatan bertemu dan membuat getaran kuat di benua ini ... Lalu—' catatan hari itu berakhir disana ... Keesokan harinya dia kembali menulis 'Serangan gagal ... Pasukan Kekaisaran memukul mundur kami dan aliansi suci terpecah, Kekaisaran merebut sedikit bagian Hutan Sankta dan Paus tewas ... Tapi apa? Kenapa aku merasa melupakan sesuatu? Lalu kenapa aku menulis di tengah halaman? Apakah sebelumnya aku menulis sesuatu di halaman sebelumnya? Tapi yang kutemi hanya kertas kosong tanpa tinta ...' kemudian ... Kakek buyutku tidak lagi menulis kesehariannya, menurut sejarah jika saat itu Kerajaan Hertia mengalami bencana kelaparan akibat perang dan mungkin karena itu Kakek buyut tidak memiliki waktu untuk menulis lagi ... Atau mungkin ada sesuatu yang membuatnya tak ingin menulis. Bagaimana?"
Bagaimana? Andares bahkan tidak bisa mengatakan apapun untuk sesaat ketika mendengarkan sebuah cerita masa lalu yang penuh dengan misteri dibalut dengan cerita horror. Andares semakin terjebak dalam kebingungannya, ia merasakan perasaan takut ketika sang Raja bercerita, meninggalkan kesan yang mengerikan hingga menbuat Andares bisa sedikit membayangkan apa yang terjadi saat itu.
"Tunggu sebentar, anda berkata jika itu adalah buku harian Raja sebelumnya dan anda bercerita juga buku itu sudah dihapus oleh seseorang. Lalu bagaimana anda bisa tahu tentang hari-hari sebelum perang?" Logika Andares memaksanya untuk menentang cerita yang dikatakan oleh sang Raja.
Namun, sang Raja membantahnya dengan seringai di wajahnya "Karena Kakek Buyut ku cerdas." Ekspresinya menjadi sangat angkuh seakan sangat membanggakan Kakek buyutnya–atau mungkin memang begitu "Di halaman sebelumnya dia menulis dengan pena sihir, membuat pena itu tidak bisa dihapus oleh siapapun dengan mudah kecuali dengan membakarnya. Jadi hanya tulisan dua hari sebelumnya saja yang tersisa dari perang sebelumnya, lalu dihari pasca perang ... Dia sudah kehilangan ingatannya."
Andares begitu terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan sang Raja. Ia tidak bisa berkata–atau membuktikan jika itu bohong, karena ia tahu jika ada sihir yang bisa membuat tulisan menjadi tidak terlihat.
"Buku itu terus dirahasiakan kepada keturunannya hingga keturunannya menjadi seorang raja, terus begitu hingga akhirnya diriku menjadi seorang Raja ... Saat aku membacanya, aku juga berpikir jika apa yang dituliskan Raja sebelumnya hanyalah kebohongan semata. Bahkan Ayah ku–Raja sebelumnya pernah memberitahu ku jika Kakek ku tidak percaya dengan tulisan itu. Tetapi tidak dengan Ayahku maupun juga diriku, hingga akhirnya aku mencari tahu ... Hanya seseorang yang memiliki kekuatan besar yang mampu melakukan itu ... Menurutmu siapa?"
Seseorang yang memiliki kekuatan besar disaat perang suci hanyalah dua orang, namun diantara mereka hanya ada satu yang bertahan hingga sekarang
**
Void dalam wujud Edward langsung memasang wajah masam dikala dirinya yang sedang bersantai disebuah rumah makan bersama Scintia tiba-tiba di datangi oleh sesosok makhluk yang dapat membuat seluruh waktu berhenti.
Cahaya yang menyilaukan, mengubah wujudnya sesuka hati menjadi sosok yang Edward kenal–bahkam sekarang pun dia menjadi sosok yang sangat dia sayangi di dunianya.
"Edward ..."
Suaranya lembut, halus dan penuh kasih sayang, membuat Edward tersentak hingga lupa untuk sesaat akan keberadaannya. Tetapi ketika melihat wajah bahagia Scintia yang kini mematung, membuatnya sadar ... Ia tidaklah dirumah.
"Aku akan benar-benar marah jika kau masih menggunakan sosok itu ... Developer!"
Sorot mata tajam disertai raut wajah penuh amarah ia lukiskan dengan jelas dan berikan kepada sang Developer yang tengah menyerupai Ibunya.
"Eeeh? Seram ... Ahahaha, Maaf, maaf. Baiklah, aku akan mengubahnya jadi tolong jangan marah."
Developer mematuhi ucapannya, kemudian menyerupai seorang gadis asing dimatanya. Gadis kecil dengan rambut perak, memakai dress tanpa lengan yang mana hanya seutas tali terikat yang menggantung di pundaknya.
"Apa maumu?" tanya Edward ketus.
"Eeeh? Jangan ketus seperti itu ... Apa salahnya aku datang mengunjungimu? Sudah lama juga, kan?" ucap Developer disertai senyuman lebar di wajahnya.
Hembusan napas lelah Edward lepaskan, ia membuang emosi yang menumpuk dan mencoba bersikap jauh lebih santai meski sulit ia lakukan.
"Jadi, ada apa? Kau datang bukan hanya untuk mengunjungi ku, kan?"
"Ping! Pong! Benar sekali!" seru Developer bak seorang acara kuis di televisi "Aku datang untuk memberitahumu sesuatu yang sangat, sangaaaaat penting!"
Mengkerut kening Edward mendengarnya, membuatnya reflek langsung menoleh penuh wajahnya kepada sang Developer.
"Ooh? Sekarang kamu penasaran ya? Xixixixi, bagaimana ya, kasih tau jangan ya?"
Dia menggodanya, bagaikan seorang anak kecil dengan sikap songongnya dan tak tahu tata krama saat bersikap kepada orang dewasa. Edward langsung memasang ekspresi ketus seraya memberikan lirikan penuh rasa jijik kepadanya.
"Ja--jangan menatap ku begitu dong. Aku akan beritahu kok!"
"Kalau begitu cepatlah!"
Edward membentaknya dengan keras, membuat Developer itu terperanjat untuk sesaat san melayang hingga dapat menyentuh atap restoran.
"Uuuuuh ... Saat kau marah benar-benar menyeramkan," ujar gadis itu dengan raut wajah murung, lalu dalam sekejap raut wajahnya berubah menjadi sangat angkuh dengan seringai tipisnya "Kalau begitu dengarkan baik-baik. Aku hanya akan mengatakan ini satu kali, semuanya berubah dari apa yang direncanakan. Seseorang telah merubahnya dan kemungkinan pahlawan akan menemuimu 10 tahun lebih cepat dari apa yang kurencanakan ..."
"Ap–
"Orang yang meremcanakan itu adalah salah satu dari kami dan dia ingin bermain-main dunia ini ... Dia tidak ada di dalam game yang kau mainkan sebelumnya, jadi aku tidak tahu masa depan apa yang akan kau hadapi. Tetapi berhati-hati lah, dia menganggapmu sebagai penghalang. Kemungkinan musuhmu bukan hanya pahlawan, tetapi ada orang lain."
"Tunggu! Tapi kenapa? Salah satu dari kalian? Apa maksudnya?"
Edward terjebak dalam kebingungan karena pemberitahuan kilat developer itu, seluruh pikirannya penuh pertanyaan namun tanpa adanya jawaban. Ingin sekali dia menganggap itu guyonan, tetapi ucapan developer terdengar sangat serius hingga membuaynya mustahil menganggapnua begitu.
"Dia adalah orang yang bertugas menciptakan penjahat di dunia ini ... Kami tidak tahu apa yang ingin dia lakukan, tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa ... Karena sebagian dari kami juga menganggap ini hanyalah permainan ..."
Terbelalak mata Edward, ekspresinya menengang disertai murka yang semakin memuncak.
"Jangan bercanda! Permainan? Hidupku sedang dipertaruhkan! Apa kau tidak tahu betapa kerasnya aku berusaha untuk bisa bertahan hidup di dunia yang tidak waras ini! Lalu kenapa kau tidak katakan kepadaku apa alasan ku untuk harus berada di dunia ini? Aku sudah tahu kenapa Kaisar ingin Iblis bisa hidup, jadi kembalikan aku kedunia ku!"
Edward membentak dan mencecar Developer dengan berbagai pertanyaan, semua emosi yang terpendam dalam dirinya serta hidupnya yang dianggap hanya permainan membuatnya tak bisa lagi bersabar kepada sang Developer.
Disisi lain, Developer hanya memalingkan wajahnya seraya memasang ekspresi acuh kepada segala luapan emosi Edward. Dia hanya berkata dengan suara serius:
"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang ..."
"Hah? Kenapa!?"
"Karena peraturan kami seperti itu ... Selama kami tidak bisa melihat sesuatu yang kami inginkan, kami tidak bisa memberitahu apapun kepadamu tentang tujuan kami sebenarnya." Developer menolehkan wajahnya kepada Edward, seraya mendekati Edward secara perlahan "Tetapi Edward, aku ingin kau tahu sesuatu. Tidak semua dari kami ... Bahkan diriku, menganggap jika ini hanyalah permainan semata ... Aku ingin kau terus bertahan hidup dan buatlah pilihan yang tak pernah terjadi di dunia ini ... Segalanya ada di tangan mu, Edward. Tunjukkanlah kepada ku jika dengan kekuatanmu dan apa yang kau miliki di dunia itu bisa merubah segalanya di dunia ini ... Aku hanya bisa berharap keselamatan mu."
Edward merasakan sentuhan di bawah pipinya, jari jemari kecil yang terasa halus dan dingin itu seakan meredam emosinya secara perlahan.
"Bagaimana ... Bagaimana jika aku gagal? Bagaimana jika aku mati?"
Tepat di telinganya, gadis itu menjawab dengan perlahan.
"Sama seperti halnya kehidupan ... Segala yang sudah usai maka tidak dapat kembali lagi ..." Edward kembali terperanjat karena rasa terkejut dan emosinya, namun sentuhan gadis itu yang kini memeluknya secara perlahan kembali menenangkannya "Karena itu ... Edward. Bertahan hiduplah. Meski aku berkata jika dunia ini tidak sama seperti di game, tetapi semua event yang kau ketahui tetap bisa terjadi ... Aku mengandalkan mu, Edward."
Gadis itu menghilang bersama dengan cahaya, mengembalikan warna disekitarnya menjadi hidup kembali. Scintia menyadari jika Edward tengah menataps sesuatu dengan ekspresi yang begitu serius nan amat rumit.
"Tuan ... Apa yang anda lihat? Apakah terjadi sesuatu?"
Telinganya menerima suara lembut, begitu familiar hingga membuatnya menoleh disertai senyuman tipis di wajahnya.
"Tidak apa-apa ... aku hanya sedikit berharap jika restoran ini bisa sedikit ramai," ujarnya, memberikan alasan kepada pelayan pribadinya itu.
Scintia tak tertawa, raut wajahnha justru menggambarkan jelas jika ia bertanya-tanya. Dia sadar jika itu hanyalah alasan yang dibuat Tuannya untuk menutupi sesuatu, tapi apa?
"Sudahlah ... Cepat habiskan makanan mu, kita juga harus segera pergi dari kota ini dan melihat desa-desa lainnya."
**
Bagian selatan benua Ziuria, aliansi melancarkan serangannya kepada Abyc sekali lagi. Kali ini, mereka memberikan serangan penuh hingga dengan cepat mendesak Abyc dan memaksa prajurit mundur ke Ibukota mereka.
Meski demikian, prajurit Abyc beserta penduduknya tak menyerah begitu saja. Meski beberapa kota telah dilewati aliansi, tetapi pertempuran masih terjadi hingga saat ini.
Mereka melakukan berbagai serangan balasan, namun itu tak cukup untuk memberikan dampak kepada pasukan aliansi yang datang dengan jumlah diluar dugaan para petinggi Abyc sendiri.
Di ruang strategi bawah tanah Istana, para petinggi sedang berkumpul bersama dengan sang Jenderal yang untuk sementara waktu tidak diperintahkan untuk maju ke medan perang. Helsper ditugaskan untuk mengatur strategi bersama dengan para petinggi lain dan juga sang Ratu.
"Uwah ... Mereka benar-benar ingin menaklukkan kita," ujar sang Ratu sedikit tidak percaya dengan kenyataan di lapangan.
Loyd langsung membungkuk kepada sang Ratu seraya memohon ampunan "Maafkan saya, jika saja saya tidak salah memperkirakan, mungkin kita bisa bersiap lebih baik lagi."
Ratu tersenyum canggung kepadanya seraya berbicara "Tidak apa-apa, Loyd. Meskipun mereka sudah hampir tiba di Ibukota, tetapi dilihat dari keadaannya, mereka belum bisa menaklukkan satu kota pun," ucap sang Ratu seraya menunjuk beberapa pion biru diatas peta Kerajaannya yang ditempatkan tepat diatas nama kota, meskipun disekelilingnya terdapat pion merah yang mengepung mereka–semua itu adalah tanda kondisi serta keberadaan pasukan Abyc saat ini "Kita bisa mengantisipasi serabgan dari timur, tetapi aku sedikit khawatir dengan Kerajaan Hertia. Jenderal, apa menurut anda mereka benar-benar tidak akan menyerang?"
Helsper dengan tangan menyilang diatas dada, memejamkan mata seraya memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat. Kemudian ia berkata "Kemungkinannya kecil, Ratu ku. Saat ini Kerajaan Hertia sedang digunakan sebagai benteng pertahanan pertama oleh aliansi untuk menghadapi Kekaisaran. Berdasarkan posisi Kekaisaran saat ini, mereka sudah menguasai desa-desa yang ada di barat Kerajaan Hertia; dari ujung utara sampai selatan kerajaannya. Karena dominasi Kekaisaran yang sudah kuat disana, saya yakin aliansi akan mengerahkan pasukan yang ada di utara untuk menyerang kemari. Karena jika demikian, maka itu akan membuka celah untuk Kekaisaran bisa menyerang ke kota yang ada di dekat perbatasan mereka dengan kita. Terlebih mereka menganggap jika Kekaisaran sudah bersekutu dengan kita, mereka mungkin berpikir jika nantinya justru tindakan itu akan membuka peluang bagi Kekaisaran untuk menembus bagian selatan mereka."
Begitulah kenyataannya, sebuah pernyataan perang dengan dasar jika Kerajaan Abyc telah bergabung dengan Kekaisaran. Kabar itu langsung tersebar dalam waktu dua hari sebelum mereka benar-benar menyerang. Namun, sang Ratu bertindak lebih cepat dan menegaskan kepada rakyatnya juga Kerajaan-kerajaan yang ia percayai jika Kerajaan Abyc akan tetap netral dalam perang dan tanpa sepengetahuan aliansi, ia juga menyebarkan kabar jika ada ancaman dari aliansi yang ingin menyebrangi Kerajaan mereka demi bisa menyerang Kekaisaran dari selatan.
Semua pernyataan aliansi seolah ingin mempengaruhi penduduk Abyc untuk membantu mereka mempengaruhi Kerajaan untuk menyerah. Namun sikap setia penduduk Abyc kepada sang Ratu muda serta amarah mereka yang sudah tertanam di hati kepada aliansi membuat mereka tak terpengaruh dengan kata-kata aliansi. Justru berkat serangan aliansi, 70% penduduk Abyc memilih bergabung kedalam militer secara dadakan dan tanpa persiapan matang demi mempertahankan tanah air mereka.
Tiba-tiba suara langkah kaki dari luar mereka dengar, seorang prajurit dengan tiba-tiba membuka pintu hingga membuat Helsper waspada. Namun untungnya, prajurit itu mengenakan zirah berwarna hijau putih khas Kerajaan Abyc.
"Kau! Apa kau lupa caranya mengetuk pintu?" murka Helsper kepada prajurit itu.
Prajurit itu pun langsung berlutut serta meminta maaf kepada mereka semua "Maafkan saya! Tetapi saya membawa kabar darurat."
"Katakanlah!" tegas sang Ratu kepadanya.
Prajurit itu datang membawa sebuah laporan jika puluhan ribu pasukan aliansi sudah sangat dekat dengan Ibukota. Kendaraan lapis baja sudah terlihat, seluruh prajurit juga sudah melakukan persiapan untuk menghadapi mereka semua.
Dikala mendapat kabar tak sedap, sang Ratu justru menarik satu ujung bibirnya dengan ekspresi sangat puas. Lalu dirinya berkata kepada Helsper dengan sebuah titah "Helsper, kuizinkan kau turun ke medan perang. Kita harus pertahankan Kerajaan kita."
Helsper tersenyum tipis mendengar titah itu "Baiklah!"
Kemudian matanya tertuju kepada Loyd "Loyd, ayo kita pergi ke kota dinding kota sebentar. Aku ingin melihat penduduk ku sebelum mereka semua mempertaruhkan nyawa mereka."
"Baik!" sahut Loyd.
Serentak mereka pun pergi dinding kota. Sang Ratu mengenakan zirah, mengangkat pedang setinggi mungkin kemudian berteriak.
"Penduduk ku! Penduduk Abyc yang terhormat!" Teriakannya membuat mereka yang berada di gerbang kota langsung teralihkan kepada sang Ratu "Kita sekali lagi dihadapkan dengan perang! Aliansi mengangkat pedang kepada kita dan kita sekali lagi akan mempertahankan Kerajaan kita! Kita tidak akan membiarkan mereka untuk menginjakkan kaki mereka di tanah kita lagi! Untuk Kerajaan Abyc!"
"Untuk kerajaan Abyc!"
mereka bersorak sorai untuk kerajaan mereka, sekali lagi, akankah Abyc melukiskan sejarah yang membanggakan bangsa mereka?
to be continue