Chapter 154 - Laporan, kejanggalan Leo Malvier
Chapter 154 - Laporan, kejanggalan Leo Malvier
Disaat yang sama, Pasukan pelayan petarung yang berada di utara telah melakukan persiapan matang. Begitu kekacauan terjadi mereka menerjang dengan misi untuk meledakkan kendaraan lapis baja musuh–diperkirakan mereka akan melakukan serangan untuk melewati lebatnya hutan Sankta.
Di tengah operasi, mereka ketahuan oleh pasukan aliansi yang melihat mereka tengah memasang peledak kepada kendaraan lapis baja mereka. Ratusan prajurit datang menghentikan mereka, lalu satu hal mengejutkan mereka temui, kapten divisi pertama pasukan Kerajaan Hertia, Leo Malvier kembali ke medan perang. Tombak di genggamnya kuat dengan kedua tangannya yang utuh.
Bagaimana bisa? Batin Scintia bertanya keheranan akan kemunculan lelaki yang seharusnya tak bisa berperang lagi karena telah kehilangan pergelangan tangan kanannya–meskipun dia bisa, tetapi seharusnya dia tidak akan bisa selihai seperti biasanya dengan tombak. Tetapi kedua tangannya utuh, bahkan tidak ada sedikitpun luka dipergelangan tangan kanannya.
Gerakannya juga tak wajar, dia mengayunkan tombak dua kali lebih cepat dibandingkan saat bertarung dengan Jenderal Helsper. Apakah ini kekuatan kapten divis pertama Hertia yang sesungguhnya? Batin Scintia kembali bertanya seraya mencari jawaban dari segala serangan yang diberikan Leo.
Scintia, yang dibantu dengan Uksia menjadi kewalahan. Mereka melayangkan serabgan berkali-kali pun selalu ditepis dengan mudahnya, Uksia juga tak menggunakan benang tajam khusus sebagai senjata–yang menjadi keahliannya dalam bertarung, namun ia menggunakan pedang pendek sebagai alat bertarungnya melawan Leo. Ia berpikir jika benangnya tidak akan menang melawan tombak, justru akan berbahaya untuk dirinya apabila benangnya tersangkut di tombak–dirinya juga mempertimbangkan kemampuan Leo yang digadang-gadang sebagai pengguna tombak terbaik di Kerajaan Hertia.
"Sial ... Ada yang aneh!"
Scintia menangkis tombaknya dan melompat mundur, bersorak kepada Uksia merasakan sesuatu yang tak wajar dalam setiap gerakannya.
Gadis yang biasanya selalu memasang ekspresi datar pun menjadi berubah, tampak serius disertai dengan perasaannya yang merasa ganjil juga dikala melihat lelaki berambut pirang kriting dan panjang itu.
"Ya ... Aku tidak tahu apa itu tetapi kita harus mundur, Scintia."
"Ya, kau benar. Tetapi kita memiliki tugas untuk menghancurkan baja baja ini ..."
"..."
Uksia terdiam mendengar itu karena tak bisa membantah, mereka memiliki pikiran yang sama untuk melarikan diri namun tak bisa karena mereka harus menjalankan tugas.
Kendaraan lapis baja musuh yang digerakan dengan tenaga sihir dan bergerak dengan tampak rantai itu tak bisa dihancurkan dari luar, mereka harus menghancurkan bagian dalam dekat mesin lapis baja itu kemudian memastikan semua dinamit yang telah saling terikat dengan sumbu. Namun dikala melajukan itu, pasukan musuh menyerang dan hanya sedikit pelayan petarung saja yang melakukan tugas utama mereka.
"Scintia ... Kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi, pasukan musuh akan segera kembali."
Uksia sekali lagi memperingati Scintia akan resiko operasi mereka, operasi serangan kilat untuk melumpuhkan musuh sementara. Mereka tak bisa berlama-lama disana atau resikonya, mereka akan dikepung dari segala penjuru dan mustahil untuk mereka untuk membuat jalan keluar.
"Tch." Scintia menekan lidahnya di dalam mulut, berdecih jengkel akan situasi mereka. Sebuah silinder kecil layaknya dinamit ia keluarkan dari ruang sihir, kemudian merapalkan sebuah api kecil lalu ia menyulut sumbu hitam yang terhubung dengan silinder itu. Scintia melempar benda itu ke langit setinggi mungkin, lalu ledakan cahaya pun terjadi diatas langit.
Ledakan itu menimbulkan cahaya yang sangat terang layaknya bintang yang jatuh tepat diatas kepala mereka, membutakan mata mereka yang melihatnya untuk sesaat dan memberikan sensasi rasa terbakar pada mata yang melihat sinar cahaya terang itu.
Memanfaatkan ledakan cahaya itu, pasukan pelayan melarikan diri dan setelahnya ...
Boom!
Lapis baja yang musuh sebut sebagai Tank pun meledak satu persatu, memberikan kerusakan fatal hingga tak mungkin untuk digunakan. Namun sayangnya tidak semua, hanya 3 dari 5 tank yang berhasil diledakkan oleh pasukan pelayan petarung, kemudian mereka melarikan diri–menjauh dan kembali ke pedalaman hutan.
Hal serupa juga dilakukan oleh pasukan Kekaisaran yang menjadi pengalih perhatian, mereka mundur setelah melihat isyarat yang diberikan pasukan pelayan petarung di sisi utara.
Setelah ledakan, pasukan aliansi tak lagi menyerang. Mereka sibuk dengan lapis baja mereka yang meledak dan terbakar hebat hingga tak mungkin lagi bisa diselamatkan.
Lalu sang pemimpin pasukan Kekaisaran dan sekutu hanya terdiam di lokasi mereka bertahan dikala seluruh pasukannya mundur ke dalam hutan. Pemimpin pasukan Kekaisaran dan sekutu adalah Lilith, dirinya hanya terus melihat kearah kobaran api yang begitu besar di ujung pandangannya. Memberikan pandangan datar kearah kobaran api itu karena ia tahu jika masih ada 2 tank lagi yang masih utuh dan mungkin bisa bergerak untuk esok hari.
"Mereka gagal ..."
Begitulah gumamnya menilai hasil usaha pelayan petarung yang hanya berhasil meledakkan 3 tank dari total 5 tank musuh mereka.
Markas pusat juga dapat melihatnya, elf yang masih berada di dekat Lilith menunjukkan gambar jelas jika masih ada dua kendaraan lapis baja musuh yang masih utuh dan tak tergores sama sekali.
"Mereka tidak meledakkan semuanya, ya?" tanya Ratu Elf terheran. "Tidak biasanya, aku mendengar reputasi pelayan petarung sangat baik dan mereka ahli dalam operasi seperti ini ... Tapi kenapa?" tanya Sylvia lagi, lirikan matanya yang mengarah kepada sang Kaisar memberi tanda bila pertanyaan itu adalah untuk sang Kaisar seorang.
Void sendiri tak tahu jawabannya, ia hanya bisa terdiam sembari menatapi layar hologram yang keluar dari bola sihir. Dirinya juga bertanya-tanya, kenapa mereka gagal? Selama di dunia ini Edward sudah melihat segala usaha Scintia dan yang lainnya lakukan.
"Ya, mereka pasti memiliki alasannya. Sebelumnya Lilith juga melaporkan jika beberapa pasukan musuh menyadari serangan pelayan petarung, hingga membuat mereka harus cepat. Walau begitu ucapan ku bukanlah pembelaan untuk mereka," tutur Void memberikan mencoba memberikan alasan kepada Kekaisaran, namun ia mengakui bila pasukannya telah gagal menjalankan misi "Tenerbis, perintahkan pasukan pelayan petarung untuk mundur. Pengganti mereka sudah berada disana, kan?" Titah serta tanya Void memastikan posisi pasukan mereka.
"Baik, paduka. Pasukan tambahan sudah mulai berpatroli di utara Hutan Sankta, kita bisa tarik pasukan pelayan petarung sekarang, paduka," jawab Tenerbis melaporkan kondisi yang seharusnya terjadi disana, meski tak melihat langsung tetapi Tenerbis mampu memperkirakan posisi pasukan Kekaisaran dan sekutu melalui waktu dan juga peta yang terbentang jelas diatas meja persegi yang ukurannya dua kali lebih besar daripada meja pada umumnya.
Surat [Message] ia kirimkan kepada pasukan pelayan petarung untuk kembali dan beristirahat, lalu Scintia–sebagai ketua pasukan pelayan–diminta untuk menghadap kepada sang Kaisar serta 2 penguasa lainnya.
Datang dengan teleportasi ke depan pintu ruang strategi Istana Kekaisaran Iblis. Kedua tangannya gemetar, ia menggigit bibir bagian bawah dengan rasa ragu juga takut. Ia sadar kegagalannya, ia berani bertanggung jawab atas kegagalannya, tetapi satu-satunya ketakutan terbesar Scintia adalah rasa percaya para penguasa yang berkurang dan terlebih jika itu adalah sang Kaisar.
Ia menarik napas panjang seraya mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepalan tangannya dan mengetuk perlahan pintu di depannya.
Tok tok
"Silahkan."
Suara sang Kaisar terdengar dari dalam, mempersilahkannya masuk dan ia pun masuk selayaknya seorang pelayan meski ia masih mengenakan topeng dengan pakaian tempurnya.
Ia melangkah kedalam seraya menundukkan sedikit kepalanya. Kemudian ketika sampai disamping penguasa Dwarf, dirinya pun langsung berlutut menghadap kepada mereka semua dengan penuh rasa hormat.
"Saya datang memenuhi panggilan anda, paduka."
ucapnya, suaranya, terdengar tegas seperti biasanya namun terasa keraguan di dalamnya. Mungkin itu karena gadis tersebut merasakan rasa takut terbesarnya.
Void kemudian berkata "Berdirilah, Scintia." Scintia pun berdiri dengan kepala yang masih sedikit tertunduk "Kau sudah tahu pastinya apa alasanmu datang kemari, benar?" desak Void seakan memberi titah untuk pelayannya mengatakan penyesalannya.
Scintia mengatur napasnya dengan singkat, kemudian ia mencondongkan tubuhnya ke depan seraya menaruh kepalan tangan kanan diatas dada kirinya, kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan "Maafkan saya, Paduka Void, Tuan Riedle, Ratu Elf. Kami gagal menghancurkan semua senjata lapis baja milik musuh, saya sebagai pemimpin pasukan memohon maaf dan saya siap untuk menanggung hukuman atas kegagalan pasukan saya!"
Void hanya terdiam sembari melihatnya menunduk seperti itu. Telinganya menangkap suara gadis itu, suaranya terdengar tegas namun mereka ada sedikit getaran yang menunjukkan betapa menyesalnya gadis itu.
Void bersiap membuka mulutnya untuk membalas, hingga suara ketukan pintu menggema dan menghancurkan suasana serius disana.
"Siapa?" tanya Void kepada ia yang mengetuk pintu.
"Uksia, paduka."
Mata Scintia terbelalak mendengar gadis tanpa ekspresi itu datang meski tak diundang atau perintah dari sang Kaisar.
"Masuklah," ucap sang Kaisar mempersilahkannya.
Tak lama kemudian pintu itu kembali terbuka, Uksia melangkah masuk dan berdiri sejajar dengan Scintia yang masih membungkukkan tubuhnya. Kemudian ia melakukan hal serupa seperti Scintia, dirinya membungkuk kepada para penguasa.
"Paduka Void, Tuan Riedle, Ratu Sylvia, tolong jangan salahkan Kapten. Saya adalah orang yang mendesak kapten untuk mundur meski tahu persiapan untuk peledakan belum selesai, karena itu tolong berikan hukuman itu kepada saya."
Dengan suara datarnya, gadis itu memohon kepada mereka dan mengakui perbuatannya. Karena tak ada sedikitpun emosi dari ucapannya, mereka semua terdiam seakan kebingungan harus bagaimana merespon ucapan Uksia yang tampaknya menyesal.
Scintia menggertakkan giginya "Tidak, saya adalah pemimpin pasukan. Meskipun mendapatkan desakan dari bawahan saya, tetapi seharusnya saya mampu berpikir dengan tenang dan memilih pilihan yang terbaik dalam waktu singkat, tolong abaikan perkataan anggota pasukan saya."
"Tidak, paduka. Sayalah yang harusnya disalahkan, mau bagaimana juga Kapten memilih keputusan untuk mundur sebelum saatnya adalah karena salah saya. Karena itu anda tidak perlu memberikan hukuman kepada kapten."
Mereka saling membalas ucapan, seakan saling menumbalkan diri mereka kepada sang Kaisar seakan-akan mereka sudah siap untuk kehilangan nyawa mereka–atau memang begitulah kenyataannya.
Dua penguasa saling menatap satu sama lain seakan saling memberikan pertanyaan dalam diam, sedangkan seorang Dwarf memilih untuk memejamkan matanya seraya bersandar seakan tak ingin menanggapi dua prajurit yang begitu ingin mendapatkan hukuman sang Kaisar.
Ratu Sylvia terkekeh dengan sendirinya dikala sang Kaisar kembali menoleh kearah dua pelayannya dengan terheran disertai senyuman tipis.
"Kalian berdua ... Kapan aku bilang aku akan menghukum kalian?"
"Eh?"
Mereka mengeluarkan suara yang sama seraya mengangkat wajah mereka dengan tubuh yang masih membungkuk.
"Begini, memang aku senang jika kalian menyesal karena gagal menghancurkan dua senjata lapis baja musuh. Tetapi aku tidak marah kepada kalian, justru bisa dibilang operasi ini cukup sukses untuk mengurangi pasukan musuh sebelum mereka benar-benar menyerang, kan?" tutur Void kemudian menoleh kearah Sylvia seakan memintanya untuk melanjutkan.
"Ya. Memang sedikit mengecewakan, tetapi kami tidak memiliki niatan untuk menghukum kalian. Justru kami lebih tertarik alasan kalian bisa gagal disana, meskipun jumlah pasukan musuh lebih banyak daripada kalian tapi seharusnya kalian bisa menahan mereka semua, benar? Sejak dulu kalian handal dalam operasi seperti ini, tetapi kami sedikit terkejut karena kalian mengalami kesulitan," sahut Sylvia dengan senyuman tipis di wajahnya
Begitulah alasannya, tak ada sedikitpun amarah dalam diri para penguasa. Hanya ada rasa penasaran di dalam diri mereka yang jawabannya dimiliki oleh dua gadis di serong mereka.
Void menghela napas, kemudian berkata "Berdirilah, kalian berdua. Lalu jelaskan apa alasan kekalahan kalian."
Mereka menegakkan kembali tubuh mereka, saling menoleh untuk sesaat sebelum mereka mengatakan apa yang terjadi disana. Otak Scintia memutar kembali memori yang baru saja tercetak di kepalanya, menuturkan segalanya kepada sang Kaisar tentang keanehan yang mereka temukan di medan perang.
Dia yang seharusnya tak mampu lagi berada di garis depan, tiba-tiba muncul dengan kekuatan yang luar biasa. Mengeras wajah sang Kaisar, mengkerut kuat kening Ratu Sylvia, raut wajah pemimpin Dwarf juga menjadi sangat serius mendengarkan penuturan Scintia.
"Bagaimana menurutmu, paduka Void? Hari itu kita sendiri melihat pertempuran di bagian utara wilayah Kerajaan Abyc, manusia bernama Leo Malvier itu seharusnya sudah kehilangan pergelangan tangan kanannya tetapi tiba-tiba tangannya utuh seperti tidak terjadi apa-apa."
"Benar, apalagi dia juga kedengarannya sangat kuat dibandingkan dengan apa yang kita lihat, apakah menurut anda itu adalah kekuatan Leo Malvier yang sebenarnya?"
Dua pertanyaan besar diberikan dua penguasa kepada Void, membuat penguasa Iblis itu terdiam tak bisa berkata-kata. Matanya terpejam, kepalanya perlahan menyusun kepingan-kepingan misteri akan kemunculan Leo yang seharusnya tak dapat lagi muncul di medan perang.
'Tangan Leo Malvier putus, dia seharusnya tidak bisa lagi kembali ke medan perang. Dia dianggap sebagai pengguna tombak terbaik di Kerajaan Hertia, tetapi seharusnya dia tidak mungkin dia menyembunyikan kemampuannya saat bertarung dengan Jenderal Helsper, jadi kemungkinan hanya fisiknya saja yang meningkat. Tapi bagaimana? Pasti ada kaitannya dengan tangan dia. Apa di dunia ini bisa mengembalikan tangan menjadi utuh? Mungkin dengan sihir cahaya dan sihir penyembuh seperti yang kulakukan sebelumnya kepada Paus bisa saja. Tetapi tetap saja terasa janggal.'
Batinnya dengan pikirannya terus menerka-nerka apa yang terjadi disana. Semua kepingan di dalam kepalanya masih berantakan, tak ada yang hilang tetapi ia tak tahu harus mulai darimana ia memulainya agar tidak terjadi kesalahan.
"Apakah dia sempat berbicara kepada kalian?" tanya Void lagi kepada mereka
Scintia dan Uksia saling menatap untuk sesaat, kemudian ia menoleh kembali ke arah sang Kaisar.
"Tidak, paduka."
"Lelaki itu sama sekali tidak berbicara saat dia menyerang kami. Dia bahkan selalu menunduk sampai helm besinya menutupi kepala lelaki itu."
Mereka kembali memberikan kesaksian yang menambahkan kepingan lain untuk melengkapi susunan akan jawaban dari misteri Leo yang kembali. Kepala sang Kaisar kembali memproses jawabannya ketika dirinya mulai memejamkan mata sembari tertunduk.
"Sikapnya tidak biasa, kondisi fisiknya juga tidak biasa, lalu aku menjamin jika itu bukanlah kemampuan sebenarnya–maksudku kemampuannya sama seperti sebelumnya saat ia melawan Jenderal Helsper, tidak ada yang dia tutupi dari itu." tutur sang Kaisar memberikan sebagian kepingan yang sebenarnya sudah mereka ketahui karena itu keluar dari mulut Scintia sendiri.
"Tapi menurut Scintia, kemampuannya sangat berbeda lalu saat peperangan di wilayah Abyc juga Scintia ikut menyaksikan, benar?" tanya Ratu Sylvia menanyakan keganjilan yang ia rasakan karena ucapan Void.
Void mengangguk pelan "Benar," ucapnya, kemudian ia kembali berkata "Tetapi aku yakin tidak ada yang dia tutupi, karena hanya petarung yang bodoh yang menutupi kemampuannya disaat nyawanya terancam. Bahkan dia kehilangan tangannya, kan? Karena itu aku berani berjata jika lelaki itu tidak menutupi kemampuannya. Dengan kata lain, itu adalah kemampuan Leo Malvier yang sebenarnya."
Penuturan Void memecahkan keganjilan dalam pikiran Sylvia, hingga menbuatnya terdiam setelah berkata "Anda benar."
Lalu Riedle menyahutnya dengan pertanyaan "Lalu apa alasan manusia bernama Leo Malvier ini menjadi sangat kuat?"
Void kembali terdiam, memejamkan mata dan menyandarkan matanya. Ia belum mendapatkan jawabannya, masih ada susunan yang belum sempurna atau apakah ada yang hilang? Void memutar kembali memori-memori penting dari segala kejadian yang berkaitan dengan kekuatan, mencari suatu petunjuk yang memungkinkannya mendapatkan kepingan baru. Hingga matanya terbuka lebar dan langsung menoleh kearah Scintia.
"Oh ya Scintia, apa kau ingat tentang kejadian dimana kita menolong Ratu Ausele dulu? Saat kita menghentikan pasukan 3 kerajaan dan dirimu menyusup ke Istana dengan Ratu Ausele, apa kau ingat?" tanya Void tiba-tiba, memaksa Scintia memutar kenangan yang tak ia senangi karena harus membantu manusia.
"Ah ya, saya mengingatnya ... Saat itu saya menghentikan seorang petinggi yang mengamuk dan hampie membunuh sang Ratu, kenapa tiba-tiba anda bertanya tentang hal itu?" jawab Scintia, dia ingat kemudian kembali bertanya karena masih terjebak dalam kebingungan.
"Apakah kamu tidak tahu kekuatan orang yang kamu lawan?" tanya Void lagi kepadanya.
Scintia terdiam sesaat sembari memalingkan wajah sesaat seakan sedang mengingat-ingat kejadian itu kembali "Entahlah, saya tidak memiliki pertarungan dengan lelaki itu. Setelah daya menyiapkan pasukan penjaga Tuan belial dan Tuan Ink Owl di perbatasan Negeri Elf, saya langsung berpindah tempat kesana dan menikam lelaki itu dari belakang. Oh benar, kalau diingat kembali lelaki itu memiliki tubuh kekar dan warna kulitnya tidak seperti manusia biasa, apa itu ada kaitannya?" tutur Scintia panjang lebar tentang apa yang terjadi disana.
Pertanyaan Scintia mendapatkan anggukan dengan ekspresi serius, anggukan itu juga mendapat reaksi terkejut dari semua Iblis dan Elf juga Dwarf yang ada disana "Petinggi-petinggi disana dan juga Ratu sendiri pernah membahas tentang petinggi mereka yang kau bunuh itu menjadi sangat kuat sampai kekuatannya terasa tidak normal, kami mengambil beberapa kesimpulan dan akhirnya kami sampai kepada kesimpulan milik Ink Owl, yaitu jika petinggi itu meminum obat-obatan yang tidak kita ketahui. Tetapi kami yakin jika obat-obatan itu adalah penyebab utama dia memiliki kekuatan yang tidak wajar."
Segala kepingannya telah terkumpul dan perlahan-lahan tersusun hingga mencapai satu jawaban mutlak. Mereka yang mendengar informasi yang tak pernah mereka dengan itupun terkejut bukan main, mereka terdiam seraya memandang Void dengant terheran-heran dan seakan tak percaya dengan apa yang dia katakan.
"Kami juga menyimpulkan jika obat-obatan itu ada hubungannya dengan organisasi yang akhir-akhir ini membuat kekacauan dan sampai membuat kita berperang ... Karena itu aku simpulkan jika manusia bernama Leo Malvier sudah bersentuhan dengan organisasi dan diberikan kemampuan untuk kembali berperang."
Pernyataan yang tak bisa mereka percaya, tetapi tak sedikitpun ada dari mereka yang membantah. Setelah kemunculan pengguna boneka sihir yang mampu memporak-porandakan kota perdagangan dan 3 kota Meridonialis–juga Kota Rolend milik Abyc, menjadi total 5 kota yang ia hancurkan, mereka tak bisa lagi bersikap acuh kepada keberadaan organisasi yang menbahayakan mereka itu.
"Organisasi ... Paduka, hanya dugaan saya ..."
"Apa itu, Ratu Sylvia."
"Saat sebelum Paus tak sadarkan diri, dia berkata jika dia sudah tahu dia akan dibunuh dan saat itu kita membicarakan sekelompok orang yang akan menghancurkan dunia ... Apa mungkin."
Kenyataan lain yang tak bisa mereka percaya, mereka yang bergerak dibalik bayangan suda muncik ke permukaan dan bersiap dengan rencana yang masih misterius.
"Benar, kemungkinan mereka adalah orang yang tertulis ramalan anda dan sang Paus, Ratu Sylvia."
Tiba-tiba sang pemimpin Dwarf ikut berbicara dengan bertanya "Kalau begitu, apakah kemungkinan seluruh pemimpin kerajaan yang menyerang itu bersekutu dengan organisasi?"
Void mengkerutkan keningnya "Apa maksud anda, Tuan Riedle?"
Riedle menjawab "Menurut informasi dari Nona Scintia sebelum operasi sebelumnya, mereka mendengsr dari pasukan yang mencoba menyusup jika ada beberapa titik lemah yang tak bisa kita jaga karena terhalang medan, benar? Oranh yang membocorkan lokasi itu adalah Iblis yang berkhianat dari anda dan kemungkinan Iblis itu juga berasal dari organisas, benar?"
Void tersentak mendengar hal itu, ia tak sadar jika ada kemungkinan lain yang muncul kepermukaan dan memberikan petunjuk besar.
Semua semakin berhubungan, menciptakan pola besar yang tak bisa mereka rubah. Semakin banyak petunjuk yang mereka dapat, perlahan mereka semakin mendekati kebenaran tentang arti akan peperangan ini.
Mereka tidak diadu domba, tetapi entah sejak kapan, ada penguasa kerajaan di dalam aliansi yang bekerja sama untuk menciptakan perang tak berguna hari ini.
Satu hari telah berlalu, perang masih berkecamuk di perbatasan Kekaisaran dan juga perbatasan Negeri Dwarf. Benar dugaan markas pusat, lapis baja yang tak sempat mereka ledakan itu digunakan untuk menerobos hutan sankta. Namun dikala mereka mencapai area tengah Hutan Sankta, pasukan Kekaisaran datang dan menyergap mereka semua lalu menghancurkan kendaraan lapis baja musuh.
Namun ketika akan dihancurkan, satu proyektil musuh berhasil ditembakkan. Proyektil itu melesat dengan cepat dan menabrak dinding perbatasan Kerajaan Hertia dan juga Kekaisaran, mengakibatkan ratusan prajurit sekutu Kekaisaran diatas dinding tewas seketika dan beberapa puluh prajurit lainnya yang ada di bawahnya juga ikut tewas karena tertimpa reruntuhan.
Dampak lainnya, jalan di perbatasan tertutup dan memaksa pasukan Persekutuan Kekaisaran untuk menggunakan tangga bila ingin menyebrangi dinding perbatasan.
Meski begitu seluruh pasukan aliansi berhasil dipukul mundur dikala mereka kehilangan dua tank mereka, lalu Leo Malvier tak menunjukkan dirinya di medan perang hari ini.
To be continue