Last Boss

Chapter 134 -



Chapter 134 -

1Pertempuran di kota perdagangan telah berakhir, lalu begitu juga dengan pertarungan di beberapa kota di kerajaan Meridonialis. Kala perempuan itu menghilang, semua pertempuran telah berakhir. Meninggalkan kehancuran, luka serta kesedihan yang mendalam bagi mereka yang terkena dampaknya.     

Kabar akan penyerangan di beberapa kota itu menggantikan topik perihal Kerajaan Abyc, meski begitu penyerangan keempat kota itu juga sempat dikaitkan akan pernyataan Abyc yang keluar dari aliansi dan menyatakan kebebasannya. Tetapi menanggapi hal itu, Ratu Ausele von Albyca langsung mengirimkan surat sebagai jawaban, dirinya menulis disana dengan tegas bila Kerajaan Abyc tidak memiliki waktu untuk mengurusi kerajaan lain.     

"Kami sedang berfokus memperbaiki ekonomi kami karena akibat dari perang yang tidak berguna, kami tidak memiliki waktu untuk bermain-main di kerajaan lain."     

Sebuah ucapan yang berani dan terkesan tidak sopan yang di selimuti sindiran keras atas kerugian dari perang sebelumnya, meski menang tetapi Abyc mengalami krisis ekonomi untuk sesaat. Sebab, akibat perang sebelumnya, perdagangan mereka dengan kerajaan lain terhambat karena seluruh akses jalan menuju timur dan utara benua di tutup sangat rapat. Selain itu, Kerajaan juga menghabiskan banyak uang untuk memperbaiki jalanan kota serta membayar para peneliti atas hasil kerja mereka sebelumnya.     

Kekaisaran Iblis dan Kerajaan Abyc menjadi nama negeri yang terus disebut-sebut oleh beberapa Kerajaan di benua Ziuria. Sebab, mereka menaruh segala kecurigaan mereka apabila Kekaisaran Iblis dan Kerajaan Abyc lah yang menjadi dalang penyerangan kepada kota perdagangan.     

Kerajaan Abyc ingin membalaskan dendam, Kekaisaran Iblis kembali berulah, kata-kata itu terus terlempar kala Kerajaan yang menjadi korban serta Kerajaan Hertia juga Kerajaan Germain yang sempat terlibat–meski mereka hanya mengirim pasukan yang datang terlambat, tetapi tindakan mereka tetap dianggap memberi bantuan kepada Kerajaan Uridonia, berada di dalam pertemuan yang mereka buat untuk menyelidiki pertempuran yang terjadi di kota perdagangan. Meski dikatakan itu adalah pertemuan 4 kerajaan, kenyataannya yang disana hanyalah para petinggi dari masing-masing Kerajaan.     

Hampir semua dari para petinggi menduga demikian, namun ada juga beberapa petinggi dari Kerajaan yang menuduh Kekaisaran dan Kerajaan Abyc menyatakan keberatannya. Lalu dari saksi mata utama juga menyatakan keberatan bila Kekaisaran dan Kerajaan Abyc adalah tersangka utama.     

Lilia Neil'o, pemimpin kesatria suci disana langsung menyatakan keberatannya dengan tegas dan mengatakan kepada mereka semua "Saya melawan seorang manusia, bukan Iblis. Jikapun itu adalah Kerajaan Abyc, pasti mereka tidak akan repot-repot hingga mati-matian mempertahankan Kerajaan mereka hingga menciptakan senjata sihir yang mutakhir daripada milik Kerajaan lainnya."     

Dalam sekejap suasana menjadi tegang, beberapa petinggi menganggap apa yang dikatakan sosok berzirah perak itu sangat tidak sopan, tetapi Lilia hanya terdiam tanpa berkata-kata. Menganggap bentuk protes mereka sebagai angin yang hanya menghembuskan udara kearahnya dengan sangat kuat, meski demikian kakinya tak gentar walau diterjang angin itu.     

Lalu hasilnya, Lilia menang.     

Kerajaan Uridonia dan Meridonialis sepakat bila Kekaisaran dan Abyc tidak ada hubungannya dengan pertempuran di beberapa kota milik Meridonialis dan kota milik Uridonia. Lalu mereka menetapkan bila perempuan misterius yang dikatakan Lilia akan masuk kedalam daftar pencarian orang 4 kerajaan itu dan meminta bantuan Kerajaan lain untuk tak menyembunyikan keberadaan perempuan itu.     

Satu pekan kemudian     

Kerajaan Uridonia perlahan kembali membangun kembali Kota Perdagangan setelah mereka membayar segala ganti rugi untuk para pedagang asing yang berdagang di pasar besar. Para penduduk saling membantu sama lain membangun kembali rumah mereka, kembali memulihkan segalanya yang telah hancur.     

Dikala beberapa pedagang meliburkan diri dalam usaha mereka dan pindah ke kota lain. Ada beberapa pedagang juga yang tetap berdagang disana meski sedang perbaikan, dengan kebaikan hati mereka, para pedagang itu menjual dagangan mereka dengan harga yang jauh lebih murah, walaupun itu di dominasi oleh pedagang lokal yang benar-benar berdarah Uridonian.     

Meski begitu, sebuah Toko yang belum lama buka disana memberikan segala bantuan dari obat-obatan sampai makanan secara cuma-cuma untuk para penduduk Uridonia yang terkena dampak disana. Keputusan yang dibuat oleh seorang pemuda yang mengaku pemilik toko itu berhasil menarik perhatian para penduduk sampai berhasil memberikan pandangan baik mereka kepada toko itu.     

Berkali-kali dirinya ditanya darimana pemuda itu berasal, namun tak pernah ada jawaban. Alasan dirinya membantu juga tak jelas hingga membuat banyak orang-orang bertanya, siapa lelaki berhati malaikat itu sebenarnya?     

Lalu disaat yang sama, seseorang merupakan pemimpin dari pemuda itu secara rahasia melakukan pertemuan dengan August von Uridonia, sang Raja dari tanah Uridonia. Mereka bertemu di tempat dimana mereka pertama kalinya saling menatap.     

Mereka saling berhadapan, sang Kaisar Iblis dengan tenangnya meminum teh yang disajikan oleh sang Raja. Lalu disaat yang sama, sang Raja hanya terus menatap seorang Iblis yang seharusnya tak boleh bertatap muka dengannya.     

"Maaf karena mengganggu waktu anda, Raja August. Sejujurnya saya terkejut karena anda menerima permintaan saya untuk bertemu, apa tidak masalah?"     

Raja itu menggeleng perlahan dengan ekspresi yang amat tegas.     

"Tidak apa, Kaisar Void. Meski akhir-akhir ini Kerajaan saya terlihat sangat sibuk, tetapi saya masih memiliki sedikit waktu luang. Jadi anda tidak perlu khawatir."     

Void langsung menyangkal jawabannya dengan pelan.     

"Bukan itu, Raja August. Tetapi bukankah saat ini aliansi anda sedang mewaspadai kami?"     

"Jika anda tahu begitu, kenapa anda meminta kami bertemu? Seharusnya itu berbahaya untuk anda juga, kan?"     

balasan Void dibalas kembali dengan pertanyaan yang amat tajam dan terasa sinis. Namun pemimpin para Iblis itu sedikit pun tak mengambil hati dari ucapannya, hanya gelak tawa pelan seraya mengatakan "Maaf," kepada Raja itu sebagai tanda sedikit rasa penyesalannya. Kemudian ia menaruh cangkir serta piring kecil yang ia angkat sebelumnya kembali ke atas meja, berdiri tegak dengan senyuman tipis penuh arti yang biasa ia gunakan "Tetapi sungguh sebenarnya saya ingin bicara sedikit untuk anda, tentang kerjasama Kekaisaran-Uridonia sebelumnya dan ... Usaha kami di kota perdagangan," ucapnya lagi hingga dalam sekejap membuat wajah sang Raja menjadi serius.     

Raja itu bertanya senada dengan ekspresinya "Apakah ada masalah tentang itu? Berdasarkan laporan yang saya terima seharusnya toko anda di kota perdagangan masih baik-baik saja."     

Edward terkekeh singkat sembari membalas "Benar sekali, saya juga mendapatkan laporan kerusakan toko dari pelayan-pelayan saya disana. Mereka berkata jika hanya jendela saja yang pecah karena pertempuran itu, selebihnya mereka baik-baik saja. Lalu, seperti ya anda sedikit salah paham ..."     

Mengkerut kening sang Raja "Salah paham?"     

Void mengangguk pelan dan kembali menatapnya tanpa melepaskan senyuman ramah "Ya, meski saya berkata saya ingin membicarakan soal kerja sama, tetapi saya tidak ingin mengeluhkan apapun. Kedatangan saya kemari juga tidak ingin menuntut anda melakukan sesuatu yang mengatasnamakan kerja sama kita. Karena itu anda bisa sedikit tenang," ucap Void langsung menyinggung wajahnya yang amat tegas dan penuh akan keseriusan.     

Merasakan singgungan Void, Raja August memejamkan matanya sesaat dan kembali menatap sang Kaisar. Walau wajahnya masih tampak tegas, namun keseriusan yang melekat di wajahnya semakin menipis.     

"Lalu apa yang ingin anda bicarakan, Kaisar Void? Saya menerima permintaan anda karena berpikir jika anda ingin membicarakan sesuatu yang penting," tanya sang Raja sekali lagi dengan nada sedikit serius.     

Edward terdiam dengan senyuman untuk sesaat, kemudian ia menjawabnya "Saya hanya ingin mengucapkan turut prihatinnya saya juga Kekaisaran mengenai kota perdagangan yang diserang oleh seseorang. Mau bagaimana juga pastinya penyerangan itu sangat membebani anda, kan?"     

Raja August melemaskan pundaknya, raut wajahnya dalam sekejap menjadi sangat lelah nan sangat rumit seakan banyak pikiran di kepalanya karena permasalahan itu.     

"Terima kasih atas keprihatinan anda, Kaisar Void. Masalah kota perdagangan memanglah sangat sulit untuk kami atasi. Ada banyak yang harus dipertimbangkan tetapi kami berhasil melaluinya untuk sekarang, karena itu anda tidak perlu memikirkannya."     

Dengan kata lain yang amat teramat kasar, jangan ikut campur dengan masalah kami, setidaknya itulah yang Void tangkap dari ucapan Raja Uridonia itu. Namun sekali lagi ia tak mengambil hati atas ucapannya, ia pula tak menghancurkan senyumannya di depan sang Raja.     

"Begitu, syukurlah," balas Void.     

Lalu Raja August kembali berkata "Ah, benar. Saya juga harus berterima kasih kepada anda, karena saya mendapat berita jika toko anda memberikan bantuan kepada penduduk kami. Sungguh, saya berterima kasih atas itu. Tapi, Kaisar seharusnya tak perlu melakukan hal merepotkan seperti itu. Karena kami akan–."     

"Semua itu tidak merepotkan, Raja August."     

"Eh?"     

Void langsung memotong ucapannya. Ia memahami alur apa yang akan dibawa oleh Raja Uridonia itu, perlahan dirinya seakan meminta Kekaisaran untuk benar-benar tidak melakukan apapun terhadap kota perdagangan Uridonia. Entah karena dalam benaknya ia masih curiga kepada Kekaisaran atau karena memang dirinya saat ini amatlah berhati-hati kepada semua orang diluar Kerajaannya.     

Void kembali berbicara kepadanya "Saya melakukannya karena ingin, Raja August. Mau bagaimana juga toko kami sudah terdaftar secara resmi disana, jadi secara tidak langsung juga kami bagian dari kota perdagangan. Bukankah akan menyulitkan untuk berdagang jika orang-orang disekitar toko kami dalam kesulitan?"     

Aneh, hanya itu yang ada di benak sang Raja kala ia mendengar ucapan yang seharusnya diucapkan seseorang berhati malaikat, tetapi ini yang mengatakannya adalah sosok sang Kaisar Iblis yang amat dikenal dengan kekejamannya.     

Raja August bertanya tanpa segan "Kenapa anda harus melakukan hal yang tidak biasa dilakukan para Iblis? Sejujurnya, Kaisar Void. Saya sama sekali tidak memahami tujuan anda. Jika anda menginginkan uang kami, bukankah anda bisa melakukannya saat ini juga."     

Mendengarkan segala keheranan sang Raja yang sudah pusing 7 keliling akibat masalahnya, Kaisar Void menyeringai kala tebakannya benar berdasar dari apa yang ia ucapkan. Raja Uridonia masih menyimpan curiga kepada Kekaisaran, jika Kekaisaran lah yang menjadi dalang penyerangan kota perdagangan     

"Kenapa kami harus repot-repot menyerang anda? Bukankah anda sedang bekerja sama dengan kami?"     

Tampak tersentak sang Raja mendengarnya, Void menuangkan teh yang ada di dalam teko mewah berukuran sedang ke dalam cangkirnya secara perlahan sembari melanjutkan ucapannya.     

"Meski kalian, para manusia menganggap kami adalah makhluk yang kejam dan tak memiliki hati. Tetapi kami atau tepatnya orang-orang yang bekerja di Istana ku bahkan para Jenderal Iblis ku juga, sangatlah menghormati segala perjanjian yang berlaku. Begitu juga perjanjian yang kami jalin dengan manusia."     

Seolah tahu jawabannya, Raja August langsung menyela dengan memastikan "Perjanjian dengan manusia, perjanjian damai itu?"     

Void menganggukkan kepalanya perlahan seraya menaruh kembali teko selepas cangkirnya nyaris penuh dengan air teh yang kecoklatan itu.     

"Meski kami masih menyimpan kebencian kami kepada umar manusia, tapi kami menghargai perjanjian yang ada. Karena itu saya tidak akan berbuat macam-macam sampai harus mengerahkan militer, kecuali kami atau saudara kami yang merasa terancam lebih dulu ... Yah anda juga tahu, kan?"     

Raja August tak bisa membalas setelahnya, hanya terdiam dengan wajah rumitnya serta matanya yang terpejam dengan kuat hingga mengkerut keningnya. Ia tahu maksud ucapan sang Kaisar, tak pernah lupa sedikitpun dirinya dimana pasukan Kekaisaran menginjakkan kaki di tanah mereka sebulan yang lalu karena kudeta di Kerajaan Uridonia.     

"Kembali lagi ke topik. Alasan saya membuat usaha dagang Bellesia di tanah anda hanyalah untuk melihat reaksi para manusia mengenai produk Kekaisaran, bukankah saya pernah mengatakan ini di dalam surat perjanjian?" ucap Void mengingatkannya akan perjanjian yang entah bagaimana berhasil terjalin setelah mengalami berbagai konflik.     

Kembali, mulut Raja itu tak bergerak. Terbungkam dirinya sebab semua yang dikatakan oleh Void adalah kebenarannya. Void kemudian kembali berbicara:     

"Lagipula jika saya melakukan itu pastinya aliansi akan bergerak, kan? Daripada itu bukankah Kerajaan yang baru menyatakan kebebasannya lebih cocok."     

Wajah sang Raja menegang untuk sesaat, membulat matanya karena begitu terkejut durinya akan pernyataan sang Kaisar yang kesannya amat serius.     

'Apa ... Apa itu berarti Kekaisaran akan ...'     

Namun tawa pelan sang Kaisar serta senyumannya mengacaukan kecurigaannya.     

"Tenang saja, saya hanya bercanda. Saya tidak mungkin menyerang Kerajaan Abyc tanpa sebab, kan? Ahahahaha!"     

Dia tertawa dengan entengnya dikala sang Raja dalam keadaan tegang karena ucapannya, hatinya menjadi khawatir dan menambah beban pikirannya.     

"Tu--tunggu! Saya hanya bercanda! Sungguh, tolong jangan anggap serius!"     

Dan sang Kaisar pun panik karena ucapannya. Kala itu terjadi, sang Kaisar mulai berhati-hati dalam ucapannya. Kemudian, setelah beberapa kali sang Kaisar mengulangi topik yang sama dan meyakinkannya jika ia tak akan berbuat hal bodoh seperti itu. Entah bagaimana mereka berhasil kembali menjaga suasana seperti sebelumnha.     

"Ah ... Astaga, jadi karena itu saya tidak mungkin melakukan serangan secara sembarangan," ucap Void sekali lagi meyakinkan sang Raja.     

Menganggung sang Raja dengan senyuman canggungnya "Saya mengerti, Kaisar Void. Sebelumnya juga maaf karena saya terlalu berlebihan mencurigai anda ..."     

"Ah ... Ternyata benar jika saya masih di curigai, ya?"     

Sang Raja yang menjadi santai untuk sesaat telah menginjak ranjau yang selalu ia wanti-wanti untuk tak menginjaknya, tetapi pada akhirnya ia berhasil membuat seringai penuh arti mengerikan di wajah sang Kaisar. Membeku Raja August seketika dengan wajah yang kembali menegang menatap sang Kaisar, hingga akhirnya ia memalingkan wajahnya seraya mengeluarkan sepenuhnya ekspresi lelah serta gelisah yang ia sembunyikan selama mereka berbicara.     

"Ma--maaf," lirih sang Raja amat pelan seakan telah ditaklukkan oleh sang Kaisar.     

Namun Kaisar itu kembali tertawa singkat dengn ringannya "Haha, tidak apa-apa. Saya tidak begitu memikirkannya ... Ah tidak, sebenarnya saya sedikit memikirkannya, walau begitu saya sama sekali tidak marah jika anda mencurigai saya."     

Kembali menatap sang Kaisar, Raja August bertanya "Kenapa?"     

Dengan senyuman tipis di wajahnya, sang Kaisar itu menjawab "Karena saya memahami keadaan anda saat ini. Saya tahu jika anda saat ini sedang kebingungan dengan penyerang itu dan terus bertanya siapa pelaku penyerangan kota anda dan apakah dia akan menyerang anda kembali atau tidak. Benar?"     

Terdiam sejenak lelaki dengan mahkota emas itu, kemudian helaan napas pelan keluar dari mulutnya lalu melihat kembali kearah Void dengan sorot mata serius. Dirinya mengangguk perlahan mengakui segala asumsi yang Void duga.     

Ia sama sekali tak merasakan takut, tetapi kekhawatiran berlebihnya membuat ia tampak demikian. Musuh yang tak diketahui darimana asalnya, memiliki kekuatan yang sangat luar biasa hingga berhasil memporak-porandakan kotanya dalam sekejap. Selain itu juga dirinya mendengar jika perempuan misterius itu lolos dari tangan kesatria suci, sebab itu rasa khawatirnya semakin bertambah.     

Memiliki kekuatan yang teramat kuat dan bisa lolos dari kesatria suci, membuatnya terus berpikiran jika Kekaisaran ada di belakang semua ini dan semua ini juga terjadi semenjak ada toko yang dikelola Kekaisaran di kotanya, setidaknya itulah dugaan pribadi sang Raja.     

Kemudian sang Kaisar kembaki melanjutkan tutur katanya "Walau begitu, saya juga tidak tahu siapa manusia misterius itu. Namun saya berani menjamin jika Kekaisaran tidak berada dibalik semua ini, anda ingin percaya atau tidak itu kembali kepada anda," kemudian sang Kaisar berdiri tegak sembari, berniat beranjak pergi dari sana "Setidaknya yang bisa saya harapkan dari Uridonia adalah untuk tidak memutus kerja sama Kekaisaran-Uridonia," tegas sang Kaisar kepadanya, kemudian ia kembali berbicara "Kalau begitu untuk saat ini saya–."     

Namun sang raja menyela ucapannya.     

"Kaisar! Kalau begitu tolong berikan saya alasan jika Kekaisaran tidak ada di balik semua ini!"     

Membulat terkejut mata Void kala ia mendengar perkataan yang begitu lantang dan juga lancang kepadanya.     

"Sejujurnya sangat sulit pikiran saya untuk tidak curiga kepada Kekaisaran. Karena itu, bisakah anda–."     

Namun meski lancang, sang Kaisar membalasnya dengan santai meski memotong ucapan sang Raja dengan tiba-tiba.     

"Jika ... Penyerangan ini dilakukan oleh Kekaisaran, maka hasilnya tidak akan seperti sekarang, Raja August."     

"Eh?"     

Sang Kaisar berbalik bersama dengan senyumannya hang belum memudar, ia menatap lurus kearah sang Raja yang setengah berdiri karena kepanikan yang ia rasakan sebelumnya.     

"Akan saya beritahu satu hal untuk anda, Raja August. Meski ucapan ini mungkin terdengwr berlebihan di telinga anda, tetapi kami Kekaisara mampu melakukannya."     

Void mengatakan alasan yang terdengar begitu kuat bila Kekaisaran tidak mungkin dibalik penyerangan kota perdagangan. Lalu diibaratkan jika Kekaisaran Iblis benar-benar dibelakang semua ini, sang Raja setelahnya tak bisa berkata-kata.     

Saat itu telinganya seolah ikut gemetar mendengarkan apa bila Kekaisaran benar-benar dibelakang itu semua, terdengar sangat berlebihan tetapi senyuman tipis yang perlahan lenyap hingga menunjukkan wajah seriusnya seakan-akan apa yang Kaisar Iblis itu katakan dapat dengan mudah dilakukan.     

"Maaf karena sudah meragukan anda ... Kaisar Void."     

Setelahnya, Edward bersama dengan pengawalnya yang menunggu diluar, langsung kembali ke Istana Kekaisaran. Mereka dalam sekejap langsung tiba di ruang singgasana yang amat megah dengan hiasan bendera Kekaisaran pada ujung pilar-pilar penyangga disana.     

"Akhirnya selesai juga ...," keluh Void seraya meregangkan seluruh tubuhnya kemudian melemaskan semua bagian tubuhnya.     

Ivaldi yang ikut bersamanya juga Retto, langsung bertanya "Kenapa anda harus melakukan hal merepotkan ini?"     

Void langsung menjawab "Karena aku tidak ingin putus hubungan dengan Uridonia sampai perjanjian kontrak kami selesai. Setidaknya aku ingin mengembangkan usaha dagang ku disana hingga benar-benar diterima."     

Kemudian Retto bergantian bertanya "Maaf, apa usaha dagang itu benar-benar menguntungkan anda?"     

Void menjawabnya dengan lugas "Tentu saja, karena mereka adalah salah satu kunci untuk diriku membawa Kekaisaran semakin maju dan toko itu juga langkah awal untuk rencana ku. Selain itu usaha disana benar-benar menguntungkan ku, karena itu rasanya sayang jika kita hanya diam saja, kan?"     

Usaha dagang Kekaisaran, Belesia. Atau, di kota perdagangan lebih dikenal dengan Toko serba ada Belesia, merupakan langkah awal yang dibuat oleh sang Kaisar setelah memikirkan dengan matang akan rencana untuk memperbaiki hubungan dengan umat manusia. Baginya yang seorang mantan umar manusia, ia dapat memahami bagaimana caranya merebut hari para manusia tanpa paksaan.     

Barang-barang yang bagus, sayuran dan buah-buahan yang segar, lalu semua itu dipatok dengan harga yang sangat miring. Menurutnya, tak ada manusia yang tak tergoda dengan barang bagus dan memiliki harga yang sangat murah. Jika tokonya berhasil menjaga kualitas dan harga, dirinya percaya jika usaha dagang Bellesia mampu merebut hati manusia-manusia di kota perdagangan.     

Tentu saja kedua pengawak barunya itu telah mengetahui tujuan sang Kaisar untuk memperbaiki hubungan dengan manusia.     

"Membantu para manusia disaat mereka kesusahan, bukankah pertarungan itu menjadi keuntungan untuk Kekaisaran?" tanya Retto kepada siapapun yang ada disana.     

Void langsung menjawab "Ya, benar. Meski aku merasa bersalah mengatakan ini, tetapi karena hancurnya kota perdagangan, kita bisa memanfaatkan hati manusia hang sangat rapuh itu."     

Void tak bisa menyangkal hati liciknya yang memanfaatkan keterpurukan manusia demi kepentingan pribadinya. Meski mulutnya yang berkata sangat manis kepada Raja August juga salah satu alasannya yang sebenarnya, tetapi ia tidak akan menyangkal jika ia mengambil sebuah kesempatan yang bisa membuat rencanannya maju jauh lebih cepat dari waktu yang ia perkirakan.     

Tiba-tiba Ivaldi bertanya diluar topik pembicaraan mereka "Tetapi, siapa sebenarnya perempuan yang berhasil mengacaukan kota perdagangan? Saya dengar jika kota perdagangan memiliki kemanan yang cukup ketat."     

Void memejamkan matanya seraya bersandar di punggung kursi singgasananya, kemudian berkata dengan santai "Entahlah, ya selama mereka belum melukai kita maka kita tidak perlu bergerak."     

Retto bertanya dengan terkejut "Eh? Anda yakin? Bukankah orang itu terasa bahaya?"     

Dengan lugas Void menjawabnya "Kita tidak perlu bergerak, dalam artian kita tidak perlu memfokuskan diri kesana. Tapi, bukan berati kita harus lengah. Aku akui jika perempuan itu cukup berbahaya, tetapi aku tidak ingin tergesa-gesa. Ada banyak yang lebih penting untuk ku urus, lagipula para manusia itu sudah tahu siapa musuh mereka jadi biarkan saja para manusia yang melakukannya. Kita bukan pahlawan, sih."     

"A--ah anda benar," ucap Retto kemudian dirinya terdiam tak bisa berkata-kata lagi.     

Kekaisaran bukanlah negeri pahlawan, bukan sosok yang akan mengatur perdamaian dunia. Mereka adalah sosok yang dianggap akan menghancurkan dunia, Edward sangat memahami hal itu sebabnya ia hanya melakukan pendekatan demi keuntungan pribadi.     

Dia bersandar seraya matanya terpejam, tampak tenang namun sekilas terlihat rumit ekspresinya. Segalanya seakan menjadi damai setelah mendapat kepercayaan dari sang Raja.     

'Jika Kekaisaran yang melakukannya, maka hanya perlu beberapa menit saja untuk melenyapkan kota perdagangan dari peta kerajaan anda. Kekaisaran tidak akan bermain-main dalam menghancurkan sesuatu, Raja August.'     

Kata-kata itu berhasil mempengaruhi sang Raja Uridonia hingga mendapatkan kepercayaannya. Tetapi, meski demikian hati kecil Edward terus berteriak hingga membuatnya merasa tak tenang, pikirannya terus memutar video momen dimana ... pendeta itu berbicara.     

"Siapapun yang bermain-main dengan Kekaisaran ... tidak akan ku maafkan."     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.