Chapter 108 - Developer
Chapter 108 - Developer
Peraturan manusia tidak berlaku kepada Kekaisaran, mereka lebih memilih untuk menghunuskan pedang bila kesepakatan tidak segera terjalin. Sebagai seorang Jenderal, Andares tak bisa tinggal diam mendengar kata-kata yang seolah mengancamnya.
Jangan melukai Kekaisaran jika tidak ingin mendapatkan balasan.
Kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Iblis itu menjadi peringatan keras bagi dirinya maupun para Jenderal lainnya untuk tak bermain-main dengan Kekaisaran.
'Dia sangat berbahaya, hanya dari pertemuan itu saja aku sudah tahu betapa berbahayanya Kekaisaran ... Belial dan Iblis itu ... Aku berani menjamin hanya dengan dua Iblis itu saja bisa menghabisi belasan ribu pasukan 3 Kerajaan yang berada disini ... Tapi, apa yang dia katakan bukan semata-mata kata-kata saja,' batin berbicara seraya sorot matanya menjadi tajam kepada seseorang yang tak ada disana.
Semua kata-katanya bukanlah kebohongan semata, entah itu ancaman yang dia katakan kepada mereka ataupun omong kosong yang keluar dari mulutnya, seperti pesan yang Edward titipkan kepada dirinya untuk para petinggi Kerajaan Hertia.
Sarapan pagi telah berakhir, namun Iblis perak dan sang Putri kerajaan belum pergi dari tempat itu. Menggoyangkan cangkir berisi jus sembari menunjukkan seringai bahagia di wajahnya, Edward tidak beranjak sedikit pun dari kursinya walau sang Putri telah kembali setelah melepas kepergian para Jenderal.
"Kau benar-benar suka membuat keributan, ya, Edward. Jika kau terus melakukannya, mungkin Kekaisaran akan berada dalam bahaya, loh," tutur putri Ausele dengan raut wajah ketus.
Gaya bicaranya berubah, seolah-olah ia melupakan sosoknya sebagai seorang putri. Kakinya melangkah kembali ke kursinya, kemudian menatapi Iblis yang tengah menyeringai itu.
"Mana mungkin, kalau mereka menganggap itu sebagai ajakan perang, maka mereka sangat bodoh. Tetapi aku tahu jika manusia tidaklah sebodoh itu, Putri Ausele," balas Edward dengan suara yang begitu angkuh. Ia mencium aroma jus di cangkir yang menyerbak ke hidungnya tanpa alasan. Kemudian menaruh cangkirnya sembari kembali berkata "Kekaisaran Iblis sejak awal tidak memiliki niat untuk bermusuhan."
"Karena kau takut menjadi perang besar?" terka sang Putri tiba-tiba.
"Ya itu tidak salah, tapi alasan ku tidak mau melakukan hal seperti itu karena merepotkan. Melihat penduduk ku tersenyum di tengah kota Kekaisaran yang damai menjadi kenikmatan baru untukku, putri Ausele," balas Edward tanpa melepaskan senyuman tipis di raut wajahnya.
Helaan napas dengan raut wajah tak habis pikir sang Putri keluar begitu saja, seorang Iblis berkata memilih damai dibandingkan berperang amatlah berbeda daripada apa yang tertulis di buku.
Dengan senyuman tipis di wajahnya, ia pun berkata kepada sang Kaisar dengan wujud Iblis berambut perak itu "Ah ini terasa aneh, berbicara dengan Iblis yang sangat ditakuti umat manusia terlebih setelah mendengar tujuan dan keinginannya, membuatku benar-benar tidak bisa percaya dengan apa yang kudengar dan kulihat sekarang," kemudian ia meminum jus di cangkirnya, setelah itu bertanya "Apakah Iblis memang berbeda dari apa yang ditulis di buku."
Edward membalas dengan jelas "Tidak juga," ia memejamkan mata lalu menyandarkan punggungnya dan kembali berbicara "Kami para Iblis memang tidak menyukai manusia, mungkin karena masa lalu kami yang tidak pernah memiliki hubungan baik. Manusia menganggap kami sebagai makhluk buruk yang dibenci dewa, makhluk yang menolak mengakui dewa, makhluk yang tidak ingin menyembah dewa. Kami dipandang sebagai bentuk keburukan di dunia ini, walau ya aku tidak bisa menyangkal hal itu," lalu dirunya menegakkan tubuhnya, menunjukkan tatapan yang begitu serius kepada sang Putri "Hey, Ausele. Para manusia memiliki dewa yang mereka sembah, kan?" tanya Edward tanpa menyebutkan gelarnya.
Namun seakan tak memperdulikan hal itu, Ausele langsung menjawab "Ah, ya benar. Kami menyembah semua dewa, dewa perang, dewa kesuburan, dewa kehidupan dan sebagainya. Tapi lebih utama menyembah dewa yang menciptakan kami, Dewa Aries. Kenapa anda bertanya?"
Edward menundukkan kepala, seringai tipis di wajahnya terlihat begitu pahit, kemudian dirinya bertanya "Setiap makhluk memiliki dewa yang menciptakannya. Elf dengan dewa daun mereka, ras naga dengan dewa naga mereka, bahkan ajin juga memiliki dewa mereka sendiri meski mereka adalah campuran dari ras lain. Tetapi, Ausele, siapa yang menciptakan kami? Siapa yang menciptakan para Iblis?"
Ausele tersentak mendengar pertanyaan itu, entah karena tak mengerti atau dirinya memahami apa yang ingin dikatakan oleh Edward. Dirinya hanya terdiam dengan kerutan dikeningnya yang begitu tampak sangat jelas.
"Akan saya beritahu, jawabannya adalah tidak ada."
Sang Putri semakin terkejut mendengar itu seraya mengangkat kembali kepalanya secara tak sadar, ia melihat senyuman pahit terukir jelas di wajah Iblis itu. Berbicara dengan santainya seolah bukan masalah besar, tetapi hal itu terasa sangat menyakitkan bila menimpa dirinya. Aulia yang juga berada disana seakan tak percaya mendengar ucapan Iblis itu, jika selama ini ras Iblis tidak memiliki dewa yang menciptakannya.
"Kami tumbuh dalam kebencian umat manusia yang menganggap kami tak ingin menyembah dewa, kami dibenci dan dijauhi, dianggap sesat oleh gereja. Tapi, mungkin itu adalah takdir ... Karena sejak Iblis turun di dunia ini, kami tidak mengetahui siapa dewa kami. Kami hanya bertahan hidup tanpa mengetahui dan mengikuti ajaran siapapun, kami bukan tak mau menyembah tapi kami tak tahu siapa yang harus kami sembah," ucapan Edward yang terdengar begitu konyol, tetapi memiliki arti yang begitu besar. Sebab hanya karena hal kecil ini, ras Iblis menjadi pusat kebencian seluruh umat manusia "Bodohnya lagi, umat manusia mengobarkan bendera perang kepada kami hanya karena mereka menganggap kami tidak mau menyembah dewa. Begitulah perang suci terjadi dan entah bagaimana kami semua bisa bertahan," tambah Edward lagi dengan suara yang begitu santai seolah merasa tak terbebani dengan hal itu.
Kepercayaan akan dewa yang dimiliki umat manusia membuat mereka bersatu meski berasal dari bangsa yang berbeda, hingga terciptalah perang besar atau yang sering dinamai perang suci. Kedua petinggi yang tengah duduk bersama itu telah membaca sejarah keseluruhan perang yang didasari oleh kepercayaan dan kebencian kepada makhluk yang tak memiliki Dewa.
Sang Putri mendengar ucapan itu seperti omong kosong belakang, amat mustahil jika makhluk tak memiliki dewa yang menciptakannya. Namun dalam pikiran lainnya ia sadar satu hal "Dengan kata lain, kalian memiliki dewa yang menciptakan kalian tetapi kalian tidak pernah tahu siapa dewa kalian, begitu?"
Edward mengangguk sedalam-dalamnya membenarkan ucapan itu "Mungkin dulu sekali, sebelum diriku hidup. Perang atas dasar kepercayaan kepada dewa sudah terjadi sebelumnya dan para Iblis kembali bertahan, sebab itu banyak Iblis yang memilih tidak peduli kepada Dewa dan menganggap tanduk yang berada di kepala kami sebagai kepercayaan, kebanggaan dan bukti jika kami itu berada di dunia ini," tutur Edward dengan jelas.
Terdengar tak bisa dipercaya, tetapi Putri itu tak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar sejarah singkat para Iblis yang keluar dari mulut Iblis itu sendiri. Ia menghela napas singkat dengan raut ekspresi bingung seakan berkata 'Yang benar saja'.
Sementara itu, Edward menenggak habis minumannya setelahnya ia kembali berbicara "Ya kita akhiri pembicaraan itu, intinya Kekaisaran akan bergerak seperti apa yang telah tertulis pada hukum Kekaisaran. Jadi tentang pangeran, saya harap anda juga tidak menghalangi pekerjaan Kekaisaran."
Sesuatu tertahan dalam wajahnya tetapi Ausele hilangkan dengan senyuman tipis di wajahnya "Baiklah," begitu ucapnya menyetujui apa yang diminta oleh sang Kaisar. Kakaknya, Pangeran Raudels terbukti terlibat dalam perbudakan gelap. Meski dirinya lolos dari jerat hukum Kekaisaran, tetapi ia akan tetap terkena hukuman oleh Kerajaannya sendiri karena telah membunuh sang Raja dan hukuman atas perbuatan itu adalah mati.
'Kenyataan tidak akan pernah bisa lelaki itu hindari, mau dihukum oleh pihak manapun dia akan tetap dihukum mati ... Maaf, Kakak,' batin sang Putri.
Rasa sakit yang ia rasakan ketika tahu Kakaknya yang membunuh ayahnya tidak bisa terobati, tetapi beban dihatinya yang masih menganggap lelaki itu sebagai Kakaknya amatlah membebani hatinya. Dalam hati kecilnya menjerit sesuatu yang amat bertentangan dengan hukum Kerajaan Abyc.
Hingga Iblis itu sendiri yang mengatakannya "Tapi saya tidak akan menghukum mati lelaki itu," ucapnya hingga membukakan mata sang Putri yang terpejam sejenak.
Raut wajahnya begitu terkejut mendengar dan melihat seringai tipis di wajah Iblis itu "Kenapa?" tanya gadis itu.
Edward pun menjawabnya "Seperti yang saya katakan kemarin, ada pihak lain yang mempengaruhi Pangeran Raudels. Kami, Kekaisaran berniat untuk mencari tahu tentang hal itu ..." ucapannya terdengar belum selesai, tetapi Edward terdiam cukup lama dengan mata terpejam seakan mempertimbangkan banyak hal.
"Edward?"
Setelah sang Putri memanggilnya, Edward mengangkat kursinya lalu duduk sedekat mungkin dengan sang Putri. Melakukan Isyarat tangan memintanya untuk mendekat dengan raut wajah yang begitu serius. Merasa hal penting, sang Putri tanpa pikir panjang langsung mendekat seraya memasang raut wajah yang sama seperti Edward.
Lalu dengan suara pelan Edward memberitahunya informasi yang belum diketahui banyak orang.
"Sebenarnya di Kerajaan Uridonia juga terjadi pemberontakan."
"Apa!?"
"Pelakunya adalah Jenderal prajurit Uridonia, dia mempengaruhi pasukan Kerajaan Uridonia dan menyerang Negeri Dwarf. Kami langsung bergerak cepat dan membantu Kerajaan Uridonia untuk mengakhiri kudeta. Jenderal itu akhirnya dihukum gantung oleh Raja Uridonia, tetapi kami mendengar kata-kata yang menarik keluar dari mulut Jenderal itu saat dia ingin ditangkap."
"A—apa itu?"
"Dia berkata jika dia sedang menunggu orang lain yang akan membantunya memenangkan perang hari itu. Dia menggunakan kata mereka, jadi pastinya bukan satu orang saja mungkin bisa lebih dari satu atau bahkan ratusan. Jadi aku sendiri percaya jika memang ada orang lain dibalik semua ini."
Mata Putri Ausele terbelalak mendengarkan begitu banyak informasi yang keluar dari mulut Iblis itu. Kemudian dalam sekejap sorot matanya berubah menjadi penuh rasa curiga, melihat itu Edward menarik tubuhnya dan kembali berkata kepadanya:
"Sisanya terserah anda, apakah anda ingin percaya atau tidak. Tetapi Kekaisaran akan tetap bergerak untuk menyelidiki siapa orang-orang itu."
Wajah sang Putri masih mengkerut sebab kebingungan. Ucapan yang keluarkan Iblis itu sama sekali tak bisa dipercaya, cerita yang masah tertanam dalam diri sang putri tidak membuatnya langsung percaya begitu saja.
Hingga Edward kembali mengingatkannya dengan berkata kepada Aulia dengan bertanya "Nona Aulia, apa anda mengingat apa yang dituduhkan oleh Pangeran Raudels kepada Jenderak Helsper?"
Dengan tergagap sang Pelayan pribadi itu menjawab "E—eh? A—anu, itu ... Kalau tidak salah saat kami kemari dan dihadang Tuan Jenderal, pangeran menuduh Jenderal jika kudeta yang dilakukan Jenderal itu untuk menjadikan Kerajaan ini sebagai Kerajaan militer."
Edward menyeringai tipis dan membalas "Nah itu. Jika seluruh dana Kerajaan dialihkan ke militer maka tidak bisa dipungkiri jika Kerajaan Abyc akan menjadi Kerajaan yang paling kuat diantara sekutu Kerajaan manusia kainnya, lalu menurut anda bagaimana cara Kerajaan militer untuk mendapat uang?"
Wajah sang Putri menegang kala pikirannya langsung menjawab pertanyaan itu, kemudian ia langsung menjawab "Menginvasi Kerajaan lain ..."
Edward terkekeh mendengar jawaban itu "Benar sekali, belum pasti siapa yang akan dia serang tetapi sebagai Aliansi yang dibenci oleh umat manusia, saya yakin Kerajaan Abyc nantinya akan menyerang Negeri Elf. Negeri Elf diserang dan Kekaisaran akan membantu Negeri Elf. Lalu dengan pandainya silat lidah sang Pangeran, dia pun menghasut Kerajaan lain untuk menyerang Kekaisaran ... Lalu akhirnya terjadilah perang besar seperti 500 tahun yang lalu."
Kedua tangan sang Putri menghantam meja, raut wajahnya juga terkejut sedemikian rupa seakan ia tak percaya dengan apa yang Edward katakan.
"Tidak mungkin!" ucapnya dengan keras.
Edward terkekeh mendengar suaranya, kemudian ua berkata "Maaf, itu hanya asumsi berlebihan saya saja. Tapi memang seperti yang anda katakan, Kerajaan militer mendapatkan uang dan bisa bertahan dengan menjarah Kerajaan lain. Jika Negeri yang dia jarah adalah Negeri Elf, maka sebagai sekutu Elf, kami tidak bisa tinggal diam. Tapi untungnya itu tidak terjadi, lalu sekali lagi Kerajaan Abyc dalam keadaan damai," Edward kemudian berdiri dari kursinya, dan kembali berkata "Karena itu, Putri Ausele. Kami tidak akan membunuh Pangeran, kami akan menyelidiki masalah yang terjadi. Jadi anda tidak perlu khawatir, jika perlu kami akan membuatnya sadar dan mengembalikannya lagi kepada anda, Putri Ausele," lalu dirinya tertawa sembari melangkah keluar dari ruangan itu.
Tawa yang terdengar begitu menjengkelkan, seakan menghina diri sang Putri. Tetapi, gadis itu tak bisa berkata apa-apa. Sebaliknya justru ia tersenyum tipis. Jeritan hati kecilnya di dengar oleh Iblis itu, memberikan jawaban yang membuat hatinya merasa lebih lega.
"Ternyata Iblis tidak seburuk yang ditulis dibuku dongeng," ucap Aulia tiba-tiba hingga membuat Ausele menoleh kebelakang "A—ah, maafkan saya. Tapi seperti itu pandangan saya kepada Tuan Edward. Memang sedikit menyeramkan, tetapi Tuan Edward terlihat baik."
Ucapan itu menggelitik Ausele, perkataan pelayan pribadinya tak bisa ia sangkal. Tawa pelan ia keluarkan "Benar, Aku tau pengakuan ku ini akan menjadi masalah. Tetapi, kita tidak bisa menyangkal jika Kekaisaran Iblis yang menyelamatkan Kerajaan kita."
Pembicaraan panjang antara dua petinggi itu berakhir, Edward langsung berjalan menuju kamarnya lalu merebahkan dirinya di ranjang. Terdiam cukup lama dengan posisi telungkup yang sangat nyaman baginya. Tiba-tiba dirinya berbalik dan meledak.
"Akhirnya selesai!"
Dirinya berteriak dengan kedua kaki dan tangan terangkat, ekspresi yang begitu bahagia terlukis jelas di wajahnya. Lalu ia kembali melemaskan seluruh tubuhnya dan membiarkan semuanya terjatuh, namun tidak dengan senyuman di wajahnya.
'Dengan begini sudah dua Kerajaan manusia yang didekati oleh Kekaisaran. Aku harus tetap menjaga hubungan dengan mereka berdua dan juga menjaga kestabilan Kekaisaran. Tenang, Edward. Jangan terburu-buru dan terlalu cepat berpuas diri, karena masih ada 20 tahun lagi untuk diriku sebelum menghadapi sang Pahlawan. Jadi aku harus tetap tenang dan mengawasi semuanya dengan pikiran tenang, stay cool~,'
"Fufufu~. Ternyata seperti ini caramu memecahkan masalah, luar biasa Edward."
Edward melompat dari tempat tidurnya, ia langsung mengulurkan tangannya seraya merapalkan sihir. Namun terlambat, sekelilingnya menjadi abu-abu dan kekuatan sihirnya menghilang. Dia datang, begitu pikirnya sembari terus menatap ke arah partikel cahaya yang sedikit demi sedikit dan dengan cepat menyatu. Namun bukan membentuk bola cahaya, tetapi menjadi sosok gadis berambut hiram bergelombang dengan memakai dress tanpa lengan berwarna putih. Gadis yang sama seperti di mimpinya hari itu.
"Developer ... Apa itu dirimu?" tanya Edward sembari menatap curiga.
Gadis itu tersenyum dengan manisnya tanpa menjawab pertanyaan Edward sama sekali.
"Apa maumu sekarang? Apa kau ingin memberitahu alasanmu sebenarnya membawa ku ke dunia ini?" tanya Edward lagi.
Tetapi gadis itu menggelengkan kepala tanpa melepaskan senyuman manisnya sama sekali, seraya dirinya berbicara "Tidak, belum saatnya kau tahu alasan ku ... Edward."
Gigi lelaki Iblis itu mengerat dengan kuat dan langsung bertanya dengan suara marah "Lalu apa tujuan mu kemari?"
Gadis itu terkekeh mendengarnya "Jangan marah begitu, Edward. Apa salahnya aku sesekali datang untuk menemui dirimu?"
Edward hanya terdiam kemudian memalingkan wajahnya, lalu tak lama kemudian ia bertanya kembali. Pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, namun jauh lebih rendah daripada sebelumnya "Sungguh, apa tujuan mu kemari? Tidak mungkin developer datang hanya untuk mengetahui kabar pemainnya, kan?"
Gadis itu tertawa dengan ceria "Benar sekali! Memang luar biasa pro player, aku datang hanya untuk memujimu dan memberitahumu satu hal. Tapi sebelum itu aku akan memujimu, Edward."
"Hah? Untuk apa?" tanya Edward tak senang.
Developer itu mendekatinya lalu duduk di atas ranjangnya sembari berkata "Karena pencapaianmu yang luar biasa, kau menggunakan kecerdasan mu dan pengetahuan mu untuk mengatasi berbagai masalah di Kekaisaran. Selain itu kau juga hebat bisa dekat dengan para manusia dan mempengaruhi mereka."
"Aku tidak mempengaruhi mereka, aku hanya merubah pandangan mereka!" balas Edward dengan tegas.
Gadis itu kembali terkekeh, kemudian menepuk-nepuk ranjang di sebelahnya. Memberikan isyarat kepada Edward untuk duduk disampingnya, ia pun tak memiliki pilihan lain. Dirinya duduk dengan perasaan enggan dan jengkel yang menyatu menjadi satu.
"Meskipun caramu benar-benar biasa saja, tetapi ketika kau menggunakan orang-orang di sekitarmu dengan baik dan menyelesaikan masalah yang datang, itu benar-benar luar biasa Edward. Ah benar, lalu keberanian mu juga untuk memutuskan sesuatu meski tahu itu sangat beresiko, seperti saat kemarin. Fufufu~ itu sangat luar biasa, aku memujimu," ucap Gadis itu sembari menepuk-nepuk pundak Edward.
"Terima kasih atas pujian anda, Developer," jawab Edward terdengar begitu ketus.
Gadis itu kembali tertawa pelan "Jangan ketus seperti itu, Kakak," ucapnya, ia berdiri di ranjang dengan kedua tangan yang saling mengikat di belakang tubuhnya
"Hah–ah ..."
Mata Edward terbelalak bagaikan orang ketakutan setengah mati, napasnya memburu kala dirinya melihat apa yang tidak ingin ia lihat lagi. Dirinya berubah menjadi seorang gadis yang mengenakan seragam Sekolah menengah pertama, rambutnya terurai dan menggunakan senyuman juga wajah yang tak ingin lagi ia lihat.
"Kenapa, Kakak? Jangan murung seperti itu, fufufu~."
Gadis itu tertawa dan berbicara seakan mengejeknya ditengah ekspresi Edward yang ketakutan setengah mati. Dirinya terus tertawa seakan sedang menari-nari di atas luka lama yang kembali Edward rasakan ketika melihat wajah itu, adiknya yang tidak ingin melihatnya lagi.
"Jangan gunakan wajah itu ... Kau sialan!"
Edward menerjang dan berusaha memukulnya, tetapi ia meleset begitu gadis yang memakai wajah adiknya terbang ke langit-langit ruangannya.
"Ahahahaha! Maaf maaf, aku hanya ingin melihat saat dirimu marah. Aku tidak akan menggunakannya lagi, karena itu terlalu memancing emosi mu, sih," ucapnya lalu dalam sekejap dia berubah kembali menjadi gadis dengan dress putih "Sebagai permintaan maafku, akan kuizinkan kau bertanya segalanya tentang dunia ini. Ah tapi aku tidak akan berbicara jika itu berkaitan dengan masa depan atau tujuan ku sebenarnya, ya," ucapnya lagi.
Mendengar kesempatan emas itu Edward langsung membuang amarahnya hingga setipis mungkin sampai dirinya tenang. Kesempatan itu tidak akan sering datang, jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin, begitu pikirnya sembari terus menenangkan dirinya.
"Apa sungguh kau akan menjawabnya?" tanya Edward lagi.
"Tentu saja, Edward. Aku akan menjawabnya dengan jujur, lagipula tidak ada gunanya aku berbohong. Jadi tanyakan saja apa yang membuatmu penasaran."
Edward termenung sesaat, dirinya mengambil pose berpikir–memegang dagu dengan kepala tertunduk cukup lama. Hingga dirinya mengangkat kembali kepala begitu mendapatkan pertanyaan.
"Developer, Apakah kau membuat banyak perbedaan antara dunia game yang kumainkan hari itu dan dunia ini? Karena sihir, skill dan skill pasif banyak yang tidak ku ketahui, bahkan item box juga tidak bisa kugunakan."
Gadis itu tersenyum mendengar pertanyaan itu "Benar," jawabnya disertai anggukkan "Dunia ini sedikit berbeda dari dunia game yang kau mainkan sebelumnya, aku hanya menempatkan berbagai penyesuaian. Kau juga seharusnya mengerti kalau di game memiliki hal yang tidak masuk akal, seperti item box. Jadi kubuat penyesuaian agar memiliki alasan, jadi tentang item box carilah sendiri bagaimana membukanya."
Jawaban itu menjelaskan segalanya dan membuat Edward sedikit panik, sebab jika banyak penyesuaian maka akan banyak perbedaan pula antara game yang ia ketahui dengan dunia ini.
"Begitu, menyebalkan sekali," Edward menghela napasnya, lalu bertanya lagi kepadanya "Kalau begitu pertanyaan kedua, aku mendengar dari Putri Ausele jika dia memiliki mata yang dapat melihat kemampuan seseorang, aku menduga jika dirinya memiliki mata yang sama sepertiku. Apakah mungkin ada orang lain yang akan memiliki benefit yang sama seperti player?"
Sekali lagi tanpa ragu, gadis itu menganggukkan kepalanya "Benar," jawabnya "Ada beberapa orang yang memiliki kemampuan seperti player. Seperti melihat status atribut orang lain, atau dia juga bisa memiliki tampilan layar sistem seperti dirimu," jelasnya sembari tersenyum manis bagai orang tak bersalah.
"Kena–. Mmm," Edward menahan ucapannya yang penuh emosi itu, sebab jika ia bertanya maka itu akan menjadi pertanyaan terakhirnya "Merepotkan sekali, baiklah yang ketiga ..."
Edward memantapkan diri mendengar pertanyaan ketiga, lalu dirinya bertanya hingga membuat Developer itu terkejut dan menyeringai kemudian.
To be continue