Chapter 109
Chapter 109
"Sebagai permintaan maafku, akan kuizinkan kau bertanya segalanya tentang dunia ini. Ah tapi aku tidak akan berbicara jika itu berkaitan dengan masa depan atau tujuan ku sebenarnya, ya," ucapnya lagi.
Mendengar kesempatan emas itu Edward langsung membuang amarahnya hingga setipis mungkin sampai dirinya tenang. Kesempatan itu tidak akan sering datang, jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin, begitu pikirnya sembari terus menenangkan dirinya.
"Apa sungguh kau akan menjawabnya?" tanya Edward lagi.
"Tentu saja, Edward. Aku akan menjawabnya dengan jujur, lagipula tidak ada gunanya aku berbohong. Jadi tanyakan saja apa yang membuatmu penasaran."
Edward termenung sesaat, dirinya mengambil pose berpikir–memegang dagu dengan kepala tertunduk cukup lama. Hingga dirinya mengangkat kembali kepala begitu mendapatkan pertanyaan.
Hingga ia mengajukan pertanyaan pertama dan kedua, semuanya dijawab dengan sangat jelas oleh gadis yang mengaku sebagai Developer itu. tersisa satu pertanyaan lagi yang bisa ia tanyakan kemudian, lalu dirinya bertanya satu hal yang tak disangka oleh developer itu sendiri.
**
Edward terduduk di ranjangnya dengan kepala tertunduk. Warna abu-abu itu menghilang, mengembalikan waktu yang berjalan seperti umumnya. Ia masih berada di Kerajaan Abyc dimana para penduduknya merayakan kembali kebebasan mereka dari ancaman kehancuran kerajaan mereka.
*TokTok
Suara pintu membuat wajahnya kembali terangkat dan menoleh kearah pintu ruangannya, tanpa menjawab Edward langsung mendekati pintu itu dan membukanya. Sosok burung hantu berkacamata berada dibalik pintu itu, dirinya membawa kertas-kertas yang ia bukukan dengan sampul tipis berwarna merah berlambang Kekaisaran Iblis.
"Paduka, maaf mengganggu waktu istirahat anda," ucap burung hantu itu, namun dalam sekejap senyuman tipis di paruhnya itu menghilang bersamaan dengan ekspresi herannya. Ia memiringkan kepala dan bertanya "Paduka, apa anda baik-baik saja? Sepertinya anda kelihatan sedang memikirkan sesuatu. Jika ada yang mengganjal hati paduka, saya siap mendengarkannya," ucap Ink Owl bersikap benar-benar seperti seorang penasihat.
Edward menatapnya cukup lama dengan ekspresi terkejut juga, lalu ia menepuk-nepuk dada Ink Owl yang lapang itu "Ahahaha, kau tidak perlu khawatir. Tapi yah, memang ada yang kupikirkan ... Tidak, memang harus kupikirkan. Sebelum itu masuklah, tidak enak membicarakan hal ini di depan pintu," ucap Edward sembari tersenyum tipis.
"Baik, paduka."
Setelah menjawabnya, Ink Owl melangkah ke dalam kamar Edward. Sembari melangkah ke ranjang, Edward berbicara dengannya
"Setelah kejadian kemarin, Kerajaan Hertia, Meridonialis dan juga ... Uhh."
"Kerajaan Nord?" sambung Ink Owl
"Benar, Kerajaan Nord. Pasti mereka semakin waspada dengan Kekaisaran Iblis, terlebih saat kami sarapan aku menegaskan kembali kepada mereka jika Kekaisaran akan mengambil langkah tegas kepada mereka yang menghalangi hukum Kekaisaran. Bagaimana menurutmu?" tutur dan tanya Edward sembari melirik ke arah penasihatnya.
Ink Owl membalas dengan antusias "Tentu saja! Menurut saya itu adalah keputusan yang luar biasa, paduka. Meski saya tidak keberatan jika Kekaisaran berhubungan dengan manusia, tetapi sejujurnya saya menolak jika para manusia memberikan kesepakatan yang tidak seimbang," ucapnya cukup keras.
Sorot mata Edward menjadi dingin untuk sesaat ketika berkata "Aku Edward, loh."
Napas burung hantu itu tercekat seketika, seluruh bulunya bergidik kala sorot mata dingin sang Kaisar yang tengah menyamar tertuju kepadanya "Oh ... Ah, maafkan saya Tuan Edward!" ucapnya dengan panik.
Helaan napas terdengar kasar keluar dari mulut Edward, kemudian dirinya berkata "Jangan sampai bicara, aku tidak ingin penyamaran ku terbongkar. Walaupun, putri itu sudah tahu identitas ku sebenarnya," lalu dirinya berdiri, melangkah menuju jendela dan berbalik sembari menyandarkan tubuhnya di bingkai jendela itu, kemudian ia kembali berbicara "Ya seperti yang kukatakan sebelumnya, meski hari ini kita berhasil bersikap baik tetapi aku ingin kita tetap waspada. Hati manusia mudah sekali berubah, jangan sampai biarkan mereka menyelinap ke belakang kita dan menggaruk punggung kita. Kau mengerti, Owl?"
Owl langsung menjawab dengan tegas "Ya, Tuan. Untuk pertemuan dengan para petinggi nanti saya juga akan berhati-hati."
Tawa pelan lelaki Iblis itu menghiasi kamar itu, wajahnya begitu puas dengan pencapaian yang diraihnya kemudian ia pun mendekati Ink Owl lagi sembari bertanya "Lalu apa yang akan kau bicarakan nanti dengan para petinggi Kerajaan ini?"
Burung hantu itu membuka sampul buku itu, menunjukkan beragam kertas-kertas yang penuh dengan tulisan Ink Owl akan kesepakatan dan perjanjian yang akan Kekaisaran ajukan "Tentang penangkapan Pangeran Raudels tentunya, lalu juga beberapa kesepakatan bila Kerajaan Abyc merasa keberatan dengan tindak hukum Kekaisaran. Tapi, Tuan Edward. Mohon maaf untuk apa yang anda pinta saya berpikir terlalu terburu-buru. Kerajaan ini baru saja bebas dan mungkin akan mencoba memulihkan dari politik mereka yang sedikit kacau karena sebagian para menteri di Kerajaan ini melarikan diri bersama pangeran, anda pun tahu itu, kan? Jad untuk sementara saya berpikir untuk menunda permintaan anda," tutur Ink Owl dengan jelas kemudian ia menutup buku itu, lalu kembali melihat ke arah Edward.
Menunduk terdiam dengan mata terpejam, Iblis itu hanya suara gumam tak jelas yang keluar dari mulutnya. Hingga keputusan pun keluar dari mulutnya "Baiklah," ucapnya
Permintaan yang memungkinkan Kekaisaran mengembangkan keahlian kristal sihir. Hasil kamera yang dibawa oleh Scintia hari itu meyakinkan Edward bahwa Kerajaan Abyc memiliki teknologi kristal sihir yang jauh lebih unggul daripada Kekaisaran. Hal seperti itu tidak ada di Kekaisaran; sebagai gantinya, Kekaisaran hanya memiliki item standar yang diberikan oleh Dwarf; seperti Lentera, lampu jalan, lampu ruangan, alat memasak atau lainnya yang bersifat umum.
Laporan yang dia baca mengenai konsumsi kristal sihir–dari hasil tambang dan para petualang merinci semua yang diputuskan Kekaisaran untuk diserahkan untuk mendanai kekuatan militernya. Sebab itu Kekaisaran terasa tertinggal jauh dalam bidang teknologi kristal sihir dibandingkan Kerajaan Abyc yang dianggap tidak memiliki apapun.
Semua tertulis dan diucapkan oleh Uksia saat ia diberi tugas untuk menggantikan Scintia setelah kepulangannya mengintai Kerajaan Abyc.
"Permintaan untuk kerja sama alat-alat sihir memang baik, laporan yang diberikan Nona Uksia saat kembali dari pengintaian juga menjamin hal itu. Memalukan memang, tetapi saya akui jika Kerajaan Abyc memiliki teknologi yang jauh lebih baik dibandingkan Kekaisaran, misalnya saya tertarik dengan alat yang bisa menghangatkan atau memanggan makanan tanpa api, menurut saya itu luar biasa," ucap Ink Owl yang hari itu mendengar sendiri laporan dari Uksia.
"Benar, kan? Jika Kekaisaran bisa belajar, ada kemungkinan jika Kekaisaran bisa terus berfokus pada penelitian teknologi sihir dalam jangkauan luas. Tapi, ucapan mu ada benarnya kalau saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membahas itu. Kali ini kita bersabar tapi pastikan jangan sampai hubungan tipis kita dengan Kerajaan Abyc terputus sebelum kita mendapatkan teknologi kristal sihir di Kerajaan ini," balas Edward sembari memberikan peringatan kepada penasihatnya itu.
Ink Owl mencondongkan tubuhnya, sayap kirinya berayun–menyapu kemudian menyentuh dada kirinya "Baik, tuan."
Memajukan sebuah negara bukan hanya dilihat dari kekuatan militernya, tetapi mensejahterakan rakyat juga termasuk di dalamnya. Mengembangkan sebuah teknologi yang dapat memudahkan kegiatan rakyat bisa sangat berpengaruh untuk Kekaisaran kedepannya, setidaknya itu yang dipikirkan oleh Iblis berambut perak itu.
Meski tahu nyawanya masih berada dalam ancaman, tapi bagai 1000 jalan menuju roma, ia sudah memikirkan berbagai cara untuk mencegah kematian itu datang kepadanya. Salah satunya adalah dengan berdagang, hal itu pula sudah ia lakukan di Kerajaan Uridonia yang menjual beragam kain dan alat rumah tangga lainnya.
'Jika terus seperti ini, mungkin Kekaisaran bisa diterima dan hidupku bisa selamat,' pikirnya yang memikirkan salah satu jalan untuk keamanan dirinya "Kekuatan saja tidak cukup untuk membuatku hidup ..."
"Paduka, anda bicara sesuatu?" tanya Ink Owl sekilas mendengar Edward bergumam sendiri.
"Ah tidak ada, kalau begitu bangunkan Uksia. Walau semalam aku meminta dia untuk libur tapi, mau bagaimana juga dia perwakilan dari Kekaisaran, jadi dia harus hadir dalam pertemuan nanti." ucap Edward meminta kepada burung hantu itu.
"Ah anda benar, kalau begitu saya panggilkan Nona Uksia," balas Owl.
Setelah mengatakan itu, dirinya pun melangkah keluar dan menuju kamar Uksia yang berada tepat di kamarnya. Kala pintu tertutup, senyuman tipis yang terlukis di wajah Iblis itu pudar seketika.
Dirinya berbalik menghadap Jendela yang menunjukkan pemandangan Ibukota Kerajaan Abyc yang tengah bersuka cita akan kebebasan mereka. Edward berjalan mendekati jendela itu sembari memberikan tatapan datar dengan seribu kebingungan yang melanda pikirannya.
"Benar ... Pilihan ku tepat, aku tidak bisa menggunakan kekuatan ku secara sembarangan ... Dulu, Kaisar juga kalah walau dia memakai kekuatannya ..."
Edward mengetahui segalanya, ia mengerti tentang masa lalu Kekaisaran disaat sang Kaisar terlahir dan perjalanannya hingga menjadi Kaisar agung seperti sekarang. Kebenaran dari sejarah perang 500 tahun yang lalu juga ia mengetahuinya.
Developer itu menjawab pertanyaan ketiganya.
**
"Ooh? Kupikir kau akan bertanya tentang masa depan? Kenapa kau begitu tertarik dengan masa lalu?"
Developer itu bertanya setelah Edward memberikannya pertanyaan terakhir atas hadiah yang diberikan kepadanya. Pertanyaan itu adalah, apa yang terjadi dengan masa lalu di dunia ini? Kejanggalan yang ia rasakan, ketidaktahuan dirinya akan sang Kaisar Iblis membuatnya ragu dalam bertindak. Kesempatan yang tak tentu bisa datang lagi, ia pakai untuk mencari tahu tentang masa lalu dunia ini.
"Itu hanya pertanyaan biasa, memulai game dari sekuel kedua tanpa memainkan yang pertama itu aneh, kan? Sewajarnya sebagai penikmat game, aku ingin tahu semua cerita yang terjadi di dunia ini. Jangan bilang kau tidak membuat cerita sebelum aku datang kemari?" jelas sekaligus tanya Edward dengan ucapan yang begitu sinis kepada gadis itu.
Gadis itu tertawa lepas, sangat keras sampai membuat Edward jengkel mendengarnya "Hahaha maaf, maaf. Tapi kau benar, memang tidak menarik jika tidak mengetahui cerita sebelumnya. Tentu saja, sama seperti dunia mu, dunia ini juga memiliki masa lalu yang panjang," jelas gadis dengan dress putih tanpa lengan itu, dirinya yang melayang di udara perlahan turun mendekati Edward "Berlututlah," pintanya.
Edward terheran dengan rasa curiga "Hah? Kenapa?" tanya Edward dengan kening yang mengkerut.
"Sudahlah, lakukan saja. Aku akan tunjukkan kepadamu, apa yang terjadi di masa lalu," ucap gadis itu kepadanya
Meski keraguan masih ada dalam dirinya, tetapi Edward menuruti perkataannya dan kemudian ia pun berlutut dihadapan gadis itu. Tak lama ia bisa merasakan sentuhan jemari kecil di atas kepalanya, meraba-raba dan mengacaknya perlahan.
"Tapi, aku tidak bisa menunjukkan semuanya kepadamu. Mau bagaimana juga kau masih memiliki kesadaran sebagai manusia bernama Edward, jika aku berikan semuanya maka dirimu tidak akan tahan apa yang telah dilalui Kaisar selama ini. Apa tidak masalah jika aku tunjukkan sedikit saja?" jelas sekaligus tanya gadis itu lagi.
Edward terdiam sejenak mendengar itu, ada rasa tak terima tapi logikanya masih bekerja dengan baik. Menahan ingatan yang usianya hampir 1000 tahun amatlah mustahil bagi umat manusia, meskipun bisa tetapi itu akan sangat berpengaruh pada kondisi kepalanya dan tubuhnya.
"Baiklah, kalah begitu tunjukkan aku ingatan ketika sebelum dan saat perang suci dimulai," jawab Edward dengan tegas.
"Fufufu~ baiklah."
Cahaya keluar dari tangan gadis itu yang menyentuh kepala Edward, perlahan cahaya itu masuk secara perlahan dan disaat yang sama Edward dalam hitungan detik melihat segalanya. Melihat apa yang terjadi sebelum dan saat perang suci terjadi, semuanya ia ingat begitu saja bagaikan petir yang menyambar.
"Tidak ... Tidak!"
Kilasan lengkap perang itu terlukis jelas dalam kepalanya, Edward bisa melihat dan mengetahui segalanya dalam waktu yang sangat singkat. Kepedihan, amarah dan saat sang Kaisar mengeluarkan emosinya kala seorang diri ia lihat semuanya, kematian para Jenderal dan prajurit-prajurit yang tak bisa diselamatkan hari itu meninggalkan penyesalan yang mendalam.
'A—apa itu?'
Batinnya bertanya ketakutan kala melihat sosok yang sangat besar dan bercahaya bagaikan malaikat berhadapan dengan sang Kaisar namun dalam sekejap ingatannya berganti bagai slide presentasi berganti dengan ingatan yang lainnya. Kondisi selanjutnya, Kekaisaran dikabarkan kalah telak oleh aliansi suci di berbagai medan laga peperangan.
Melalui ingatan itu Edward bisa merasakan penyesalan yang amat mendalam yang dirasakan oleh sang Kaisar, hingga di akhir sang Kaisar merapalkan sebuah sihir berskala besar dan luas. Menurut keyakinan yang diingat sang Kaisar, luasnya mencapai separuh dari benua itu.
Sihir yang sangat berpengaruh kepada ingatan seluruh makhluk hidup, skill yang harus mengorbankan banyak energi sihir dan juga menghapus seluruh skill dan sihir yang Kaisar miliku hari itu.
**
"Pejamkanlah mata kalian, semua sudah berakhir dan berustirahatlah."
Kala ucapan itu mereka dengar, mereka tak mengingat apapun setelahnya. Segala yang terjadi pekan lalu bagaikan mimpi buruk yang menjadi bunga tidur untuk mereka semua ... Benar, mereka semua, seluruh makhluk di dunia.
Ketika mata mereka terbuka, Ingatan mereka terasa sangat samar saat mencoba mengingat apa yang mencoba mereka lakukan, satu-satunya keinginan mereka hari itu hanyalah kembali ke keluarga mereka. Para Jenderal Iblis yang kembali tersadar mendapati mereka berada di ruang singgasana dimana seorang Kaisar agung tengah duduk menumpu wajah di atas kepalan tangannya sembari tersenyum tipis kearah mereka.
"Akhirnya kalian sadar ... Semua sudah berakhir. Begitu kalian pulih, aku ingin kalian membangun Kekaisaran kembali."
Perintah itu menggema ditengah kebingungan para Jenderal, tetapi tak ada satupun penolakan yang keluar dari mulut mereka.
Hari itu adalah hari di mana perang suci berakhir secara misterius.
**
Edward tertunduk, matanya bagaikan ikan mati karena tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Fufufu~ luar biasa bukan? Siapa sangka manusia bisa memanggil makhluk dari 'Surga'," ucap Developer terdengar sangat terhibur dengan perang itu.
Edward tersentak mendengar ucapan gadis itu, wajahnya terangkat menunjukkan raut wajah ketakutan yang belum pernah ia tunjukkan kepada siapapun.
"Kau ... Kau tau makhluk itu?" tanya Edward dengan suara gemetar.
Gadis itu tersenyum bangga "Tentu saja, itu adalah salah satu ciptaan ku. Dia sangat kuat seharusnya mustahil para manusia bisa memanggilnya, tetapi siapa sangka ternyata manusia bisa memanggil makhluk itu. Hahahahaha," ucapnya kemudian tertawa seakan tak memiliki beban sama sekali.
Edward mengeratkan giginya, mengepalkan tangannya dengan kuat begitu mendengar dirinya tertawa dengan mudah. Amarahnya meluap dan meledak-ledak, tetapi disaat yang sama ia tidak bisa mengeluarkan dan melampiaskannya. Karena ia tahu, sosok yang ia sebut sebagai Developer itu adalah sosok yang menyerupai dewa. Meski ia meluapkan amarahnya, ia tidak akan bisa berbuat apa-apa jika Developer itu masih memiliki kekuasaan.
"Tenanglah, Edward. Amarah yang kau rasakan itu bukanlah milikmu, sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi," ucap gadis itu dengan senyuman tipis di wajahnya.
Ia menyentuh pipi Edward dengan lembut dan cahaya kembali keluar dari tangannya, namun cahaya yang ia rasakan jauh lebih lembut daripada sebelumnya, membuat Edward merasa lebih tenang seakan api amarah yang meluap-luap itu padam seketika.
"Amarah ... Bukan milikku?" tanya Edward bingung.
"Benar, Edward. Meski jiwa sosok Kaisar itu sudah tidak ada, tetapi di dalam tubuhnya masih terdapat emosi dan perasaan yang ia miliki kepada bawahan ataupun rakyatnya. Meski begitu emosi dan perasaan itu tak bisa mempengaruhi jiwamu secara langsung, tetapi hal itu bisa mengganggu jiwamu jika kau terus mengingat masa lalu," tuturnya menjelaskan dengan suara yang lembut, dirinya kemudian melayang di udara dengan senyuman tipis di wajahnya. Sepanjang dirinya berbicara kembali, perlahan satu persatu cahaya di keemasan dari tubuhnya itu melambung tinggi menembus atap lalu lenyap "Tapi selama kau bisa menahan perasaan itu, itu tidak masalah. Tapi ini hanya sebuah saran dari developer untuk pemainnya, jangan memaksakan diri untuk memahami Kaisar atau kau akan kehilangan dirimu sendiri. Lalu ini adalah hidupmu, jadi berusahalah sebaik mungkin untuk tidak terbunuh di tangan pahlawan. Baiklah, aku sudah banyak bicara, aku akan pergi sekarang. Lalu ... Aku selalu mengawasi mu, Edward."
Hingga ucapan terakhirnya, sosok itupun menghilang dari hadapan Edward. Ruangan dan langit mengembalikan warnannya seperti semula, bendera biru dengan cangkir wine emas di tengahnha yang berada di atas dinding istana pun kembali berkibar menjadi pertanda jika waktu yang terhenti sebelumnya kembali bergerak.
**
Sosok misterius yang ia lihat dan kini ia ingat, sosok dengan enam sayap cahaya di punggung, memakai zirah emas yang sangat mengkilap dengan tombak emas sebagai senjatanya. Kepala Edward terasa pusing setiap kali memikirkan monster itu.
Ia menghela napas kemudian berkata "Repot dah. Dari pahlawan, organisasi yang belum ku ketahui, sekarang aku baru tahu sihir *Summon bisa memanggil monster seperti itu ... atau tepatnya malaikat? Terserah lah, tapi yang pasti hidupku semakin berbahaya."
Masa depan yang dipenuhi misteri, berkat gambaran musuh yang ia dapat membuat Edward memiliki antisipasi sebelum kedatangan 3 musuh yang berpotensi menyebabkan Kekaisaran hancur ataupun membuatnya terbunuh.
Edward menghela napas lelah, lalu menepuk kedua pipinya dengan keras "Sudahlah jangan dipikirkan! Tidak ada gunanya kau memikirkan hal seperti itu sekarang," tuturnya memberikan semangat pada dirinya sendiri, ia berbalik lalu melangkah keluar ruangannya 'Benar ... Aku akan melakukan apapun untuk kehidupan ku dan keberlangsungan Kekaisaran Iblis.'
Ketika ia membuka pintu, Ink Owl dan Uksia berada di depannya. Mereka berdua telah bersiap untuk mengakhiri kunjungan di Kerajaan Abyc dengan pertemuan terakhir mereka dengan para petinggi Kerajaan Abyc.
Bersama-sama mereka menuju sebuah ruangan yang telah ditentukan, ketika menuruni tangga dirinya tak sengaja bertemu dengan Aulia yang tampaknya ingin menemui mereka.
"Tuan Edward, Tuan Ink Owl. Baru saja saya ingin memanggil anda sekalian," ucap gadis itu kepada mereka.
Edward tersenyum tipis sembari membalas "Benarkah? Terima kasih. Kalau begitu bisakah anda tunjukkan kepada kami ruangannya?"
"Dengan senang hati," jawabnya sembari tersenyum manis, kemudian dirinya menuruni tangga mendahului mereka semua.
Senyuman gadis yang tampak polos itu membuat kedua perwakilan Kekaisaran itu mematung sejenak seakan-akan terkejut dengan senyumannya.
Hingga Uksia berkata tanpa ragu sampai Ink Owl dan Edward menoleh kebelakang.
"Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau Nona Scintia disini."
"Karena itu aku tidak membawanya kemari," balas Edward langsung.
Ink Owl hanya terkekeh mendengarnya lalu berbicara seraya menuruni tangga kembali diikuti oleh Edward dan Uksia "Ya, Nona Scintia terkadang sangat ketat dengan paduka. Terlebih lagi Nona Scintia sendiri memiliki kebencian kepada manusia."
"Ya, terkadang dia sangat mengerikan. Aku telat makan sedikit saja dia sudah marah-marah, kadang itu membuatku berpikir kalau kekuasaan ku tidak berpengaruh kepada Scintia," balas Edward mengeluhkan tingkah pelayan pribadinya.
Bukannya balasan ucapan, tawa pelan kembali terdengar dari paruh burung hantu itu.
"Saya turut berduka cita," balas Uksia yang masih tak merubah wajahnya.
Edward menoleh kebelakang seraya berbicara kepada Uksia "Uksia, kau mau menjadi pengganti Scintia menjadi pelayan pribadi ku tidak?"
Raut wajah datarnya tiba-tiba mengeras menunjukkan penolakannya "Saya berterima kasih, tapi maaf saya harus menolaknya paduka. Karena Nona Scintia akan membenci saya!"
"Ekspresi mu bisa berubah kalau kau tidak mau ya?"
Ink Owl tak bisa menghentikan tawanya hanya karena mendengar keluh kesah sang Kaisar. Sementara itu pelayan yang ada di depan mereka tanpa mereka sadar beberapa kali menoleh ke belakang dengan rasa penasaran yang terus bertanya-tanya di dalam dirinya
Berkat percakapan konyol mereka, tanpa mereka sadari akhirnya mereka pun sampai di sebuah ruangan yang memiliki dua pintu. Dibalik pintunya terdapat sebuah ruangan yang amat megah dengan meja bundar ditengah ruangan itu, ruangan yang sama sebelumnya mereka pakai untuk pertemuan darurat.
10 petinggi yang masih berpihak kepada Kerajaan telah duduk di kursi mereka masing-masing dan putri Ausele juga berada di tengah-tengah mereka. Langkah kaki mereka berjalan masuk ke ruangan itu, memulai pertemuan kedua mereka.
To be continue