Chapter 75 - Pemberontakan
Chapter 75 - Pemberontakan
"Apa kalian tidak membawa bom!?" tanya Lukas yang emosi, biasanya penambang diizinkan membawa satu buah bom untuk mengantisipasi kejadian ini.
"Joi, apa di gerobak angkut tadi tidak ada bom?" tanya Gu dengan suara tenang.
Joi panik menggelengkan kepalanya "Ti--tidak, tidak ada bom di kereta angkut, benar kan anak baru?" balas Joi dan bertanya sambil menoleh ke arah Edward.
Edward tanpa berkata apa-apa hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya, kemudian kembali melihat kearah reruntuhan dengan kerutan di keningnya. Jika keluar itu mudah hanya dengan menggunakan kekuatannya, tetapi satu hal yang menarik perhatiannya adalah alasan kenapa batuan ini bisa runtuh.
Bom yang diledakkan seseorang dengan sengaja, membuat mereka terjebak di dalam gua. Tidak ada bom di kereta angkut, dari hal itu saja sudah sangat janggal. Seseorang sangat jelas berencana ingin mengubur mereka di tambang.
"Kalian apa tidak bisa bekerja dengan benar!? Dasar ajin tidak berguna!" tanya Lukas yang mulai marah-marah sambil menunjuk kearah Joi.
"Hey! Beraninya kau bicara begitu! Aku sudah bilang tidak ada bom di kereta kuda, bukan karena aku melupakannya!" balas Joi membela diri.
Mereka mulai saling bersiap untuk memukul, hingga Gu dan Rock berusaha memisahkan mereka sambil terus berkata, tidak ada gunanya bertengkar saat ini.
"Ed, apa menurutmu kita gali saja? Kita juga punya peralatan disini," tanya Alfred, berdiri disampin Edward ikut menatap reruntuhan batu itu.
"Bisa saja, tapi makan waktu berhari-hari. Sepertinya ini tuntuh sampai ke mulut gua," Rock langsung membalas ucapannya "Kita tidak punya banyak bekal makanan, mungkin kita lebih dulu kehabisan tenaga sebelum berhasil keluar."
"Kalau begitu bagaimana? Apa kau ingin kita diam saja?," desak Alfred, hingga Rock tak bisa membalas pertanyaan Alfred.
Namun Edward langsung menjawab "Tidak usah khawatir, aku akan mengeluarkan kita."
"Bagaimana?" suara sinis keluar dari mulut Lukas, Edward melirik sedikit kearahnya tanpa menolehkan wajahnya "Bagaimana, cara Iblis seperti mu mengeluarkan kita dari sini!?" lanjutnya dengan meninggikan suara.
"Hey–."
"Seperti ini ..."
Sebelum Jio membelanya, Edward mengeluarkan skill yang merubah kedua pergelangan tangannya hingga jarinya menjadi sisik naga berwarna hitam dengan ujung jarinya menjadi sangat tajam.
Mulut Lukas seketika terbungkam, semua rekannya pula terkejut dengan tangan Edward yang tiba-tiba berubah "Semuanya mundurlah, aku akan meledakkan reruntuhan ini. Cepatlah!" Semuanya melangkah mundur sangat jauh dari Edward.
Edward pula menjaga sedikit jarak dari reruntuhan itu, menarik nafas panjang dan memfokuskan pandangannya.
'Baiklah, agar tidak menjadi bencana aku akan menahan diri ... Menahan diri ... Menahan diri.'
Sebuah bola hitam kecil muncul dari telapak tangannya, lalu meledak ... Meledakkan reruntuhan yang ada di depannya hingga melebarkan ruang gua yang sempit itu.
"Ah ... Kenapa?" Edward sendiri tidak tahu alasannya, padahal dirinya sudah menekan semua tenaganya dan mengimajinasikan sihir bola api hitam menjadi bola yang hanya sebesar kelereng. Terus memikirkan kenapa hal itu bisa terjadi, hingga ia pun berkata "Yah terserahlah, yang penting sudah terbuka," ucapnya sambil tersenyum bagai orang bodoh, dia menyerah untuk mencari tahu penyebabnya.
Menoleh kebelakang, semua rekannya benar-benar menjauh, bahkan setelah ia selesai juga mereka terus perlahan menjauh dari Edward "Kalian, jalannya sudah terbuka, loh." ucap Edwar kepada mereka.
Ternganga mulut mereka lebar-lebar melihat kekuatan Edward yang sangat tidak masuk akal. Mereka perlahan mendekat lalu melihat dan melihat ke sekeliling area yang Edward hancurkan.
"E--edward, ba--bagaimana caranya kau melakukan itu?" tanya Alfred tergugup dirinya.
Edward tersenyum dan menepuk pundaknya "Jangan dipikirkan, yang pemting bisa keluar," ucapnya seraya mengacungkan jempol sambil tersenyum bagaikan orang bodoh.
"Ya--yah, dia benar," ucap Gu.
"Kalau begitu ayo keluar, firasat ku tidak enak," ucap Edward lagi, lalu ia pun turun lebih dulu. Karena ledakkannya yang membentuk lingkaran, jalur tambang itu pula berubah sampai ke mulut gua tambang.
Mereka berjalan menuju cahaya yang menjadi tanda jalan keluar mereka, terdengar suara ramai-ramai diluar. Teriakan dan erangan seseorang, Edward mempercepat langkah lebih dulu keluar. Begitu melihat keluar, matanya membulat tak percaya apa yang ia lihat. Begitu banyak orang-orang yang memakai zirah dan helm prajurit, membunuh para pekerja tambang yang berada diluar.
"Apa-apaan ini ... Siapa mereka?" tanya Edward.
Tiba-tiba seseorang melompat kearah, menghunuskan pedang kearah Edward. Namun Reflek, Edward menghindar lalu memenggal kepalanya dengan jari. Rekan-rekannya yang berada di belakang dibuat terkejut kembali, sebuah kepala terjatuh dari langit tepat di depan mereka dan menggelinding kedalam gua.
"Semuanya, jangan keluar! Ada kelompok yang menyerang tambang."
Namun Rock yang sudah dekat dan melihat tubuh seseorang tanpa kepala berkata dengan wajah tak percaya "Ti--tidak mungkin ... Seragam prajurit ini ... Kerajaan Uridonia!?"
"Apa!?"
"Benar sekali ..."
"Ghh–."
Tubuh Edward gemetar, tatapan serta wajahnya menegang sesaat menatapi lelaki yang baru saja menjadi temannya tertusuk sebuah belati menembus dadanya. Lelaki berwajah lesu dibelakangnya menyeringai puas lalu menarik belati itu dan membiarkan temannya terjatuh kedalam gua. Tubuh Edward gemetar, tidak bisa bergerak hanya bisa menatap Alfred yang berguling dengan darah di tubuhnya.
"Lu--lukas! Apa yang kau lakukan! Dia adalah teman mu, apa yang kau–."
"Teman? Pria bodoh yang memimpikan Iblis berteman dengan manusia itu bukanlah teman ku, dia hanyalah hama!"
Lukas langsung menjawab pertanyaan Rock yang tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Selanjutnya adalah kalian!"
Sekelompok prajurit mengepung mereka, pedang di tangan dan mereka memakai zirah yang sama seperti prajurit telah meregang nyawa di tangan Void. Lukas tertawa lebar melihat kondisi mereka, tertawa sangat puas seraya menodongkan belatinya.
Edward menghela nafas, ia merapatkan jari tangannya lalu sebelum Lukas mengedipkan matanya, semua prajurit yang mengepung Edward telah kehilangan kepalanya. Edward menebas mereka dengan jarinya, hanya dengan satu gerakan–mengayunkan tangannya searah jarum jam dengan cepat, hanya menargetkan prajurit yang berada di sisi kiri kanan dan depannya saja. Lukas yang berada di belakang juga Joi, Gu dan Rock selamat dari serangan Edward.
"Bodoh," Edward seketika langsung mendekati Lukas dan mencengkram wajah pria lesu jtu dengan sangat kuat hingga matanya seakan-akan melompat keluar "Menyebut teman ku bodoh, padahal dirinya sendiri lebih bodoh. Padahal sudah melihat kekuatan ku tapi ingin membunuh ku? Jangan bercanda," Edward mencengkramnya semakin kuat, dalam hitungan detik kepalanya pun hancur. Lalu Edward melempar tubuh Lukas tanpa kepala keluar dari tambang.
Berjalan kembali kedalam tambang, menuju tubuh teman manusia yang baru ia dapatkan. Tak bergerak, tak bernafas, dia tak lagi bernyawa. Wajah Edward mengeras, ia mengeratkan giginya dengan sangat kuat, amarah yang ia rasakan lebih kuat daripada saat melihat rekannya dipukuli.
Namun Edward menahan dirinya kembali, ia menghela nafas "Tak bisa dimaafkan," lirihnya. Ia kembali naik menuju mulut gua, matanya tertuju kepada Rock yang sudah sangat syok melihat semua yang terjadi "Kau tahu sesuatu?" tanya Edward dengan suara datar.
Wajahnya berubah, rasa takut menyelimuti Rock hingga ia menggeleng dengan histeris "Ti--tidak! A--aku bersumpah tidak tahu apapun! Aku ... Aku hanya penambang biasa, aku mendapat perintah untuk menambang di tempat ini ... Aku tidak tahu apapun!" jawabnya sangat panik, terus mundur menjauh dari Edward sebab takut bernasib sama seperti Lukas
Edward kembali bertanya "Darimana dia mendapat belati itu?"
Rock hanya menggelengkan kepala dengan diam, bukan tak mau bicara tetapi ia tak bisa. Namun Gu tiba-tiba menjawab pertanyaanya "Mungkin di dalam celanannya. Saat menambang, posisinya berdiri dan membungkuk sangat aneh seakan berhati-hati karena sesuatu, kupikir dia memiliki luka jadi aku tidaj tanya ... Maaf," ucap Gu seraya memalingkan wajah menyesal.
Edward menghela nafas mendengar itu lalu berjalan keluar, menatap seluruh pekerja sedang bertarung melawa prajurit Uridonia yang entah darimana datangnya "Kalian bertiga kembalilah kedalam gua, ambil belati Lukas untuk jaga-jaga jika ada yang menyerang kalian."
Joi tiba-tiba bertanya "Lalu kau bagaimana?"
"Aku akan melawan mereka yang mencoba membunuh pekerja tambang. Seperti yang kau lihat sendiri, sepertinya ada beberapa komplotan yang ingin membunuh kita semua mau itu manusia ataupun ras yang ada disini," Edward menoleh kebelakang dengan tatapan datar, menatap Joi dan yang lain seraya berkata "Tolong bawa tubuh Alfred ke dalam. Setelah semua ini selesai, aku akan kembali," lalu ia melompat keluar dari tambang itu lalu pergi ke suatu tempat
Mereka terdiam sesaat, namun Gu kemudian berkata "Datang tiba-tiba menjadi penambang baru, perwakilan Kekaisaran datang seorang diri ... sepertinya dia ...," Gu langsung menghela nafas di tengah gumamnya mencurigai sosok Edward sebenarnya "Joi, Rock, ayo kembali kedalam sampai keadaan aman? Rock mungkin kau manusia juga, tetapi seperti yang dikatakan Tuan Edward jika musuh kita adalah sekelompok orang yang membunuh tak peduli manusia atau ras lainnya. Kau tidak keberatan kan, Joi?"
Tanpa berkata apa-apa Joi hanya menganggukkan kepala, mungkin apa yang terjadi sebelumnya membuatnya berpikir keras tentang kejadian ini, siapa musuh sebenarnya?
"Tuan Edward, tolong jaga diri anda," setelah Gu mengatakan itu, mereka bertiga selain Edward kembali masuk kedalam tambang untuk bersembunyi.
\*\*
"Sang Kaisar mengkhianati bangsanya sendiri! Dia menjual kita kepada manusia dan menjadikan bangsanya sendiri sebagai budak demi keuntungannya! Kita tidak bisa membiarkan Iblis itu menduduki tahta Kekaisaran lagi!"
Teriakan provokasi manusia burung itu menggelora, namun tahu karena ucapan seperti itu saja tidak akan mengobarkan pemberontakan kepada Kekaisaran. Lucifer membuat takti yang begitu licik yang membuat mereka menjadi marah besar.
"Benar! Anak ku yang diselamatkan Tuan Lucifer berkata jika Kaisar akan menjual anakku sebagai budak kepada manusia!"
Mereka berkata seperti itu, tidak satu tetapi hampir puluhan Iblis berkata serupa. Menggelorakan pemberontakan serentak di 3 kota sekaligus yang dekat dengan kota burung.
Lelaki itu menyungingkan senyumannya begitu mendengar "Dia sudah tidak peduli dengan kita! Turunkan dia dari tahta Kekaisaran!" Seluruh prajurit yang ada di kota itu–dikenal dengan pasukan udara Kekaisaran seketika menyerang wilayah lain yang masih berpihak kepada Kekaisaran atau cara lainnya mereka akan menghasut lebih dulu, jika tidak berhasil maka wilayah itu akan mengalami perang saudara.
Belial setelah menyiagakan benteng Drachen bergegas seketika ke Istana dengan memacu kudanya secepat mungkin. Sesampai di Ibukota, seluruh penjaga telah disiagakan padahal ia belum menyampaikan berita yang ia dengar. Seluruh penduduk Ibukota di perintahkan untuk membatasi aktivitas diluar rumah, namun meski penduduk bertanya tetapi penjaga sendiri menjawab mereka hanya mendapat perintah yang berarti jika penduduk dan penjaga masih belum tahu apa yang terjadi.
Sesampai di Istana, pasukan khusus sang Kaisar tengah berkumpul di aula Istana.
"Semuanya lakukan perintah ku, meski disana ada Jenderal Iblis yang berjaga ... Tidak, apabila Jenderal Iblis disana mengangkat pedang mereka kepada paduka Void, lumpuhkan mereka segera!"
"Baik!" Jawab pelayan petarung lainnya, mereka tak lagi mengenakan pakaian pelayan, tetapi memakai pakaian petarung mereka, celana ketat berwarna hitam dan kemeja berwarna putih. Mereka juga memakai topeng yang mereka gunakan saat pertarungan di benteng lama sebelumnya, lalu mereka kemudian menghilang menggunakan Teleportasi menuju tempat yang diperintahkan Scintia.
Perintah yang Belial dengar dari Scintia untuk pasukan khususnya membuat ia mengerutkan keningnya, perintah yang menjelaskan jika Scintia telah tahu apa yang terjadi diluar Ibukota.
Belial melangkah cepat mendekati Scintia seraya memanggil pelayan pribadi sang Kaisar itu "Nona Scintia ... Perintah tadi itu, apa anda sudah tahu tentang pemberontakan?"
Scintia langsung menganggukkan, ia menyentuh bawah lehernya dan seketika pakaiannya juga berubah menjadi pakaian petarung, menjadi sebuah tanda jika pasukan khusus Kekaisaran mengerahkan kekuatan mereka sepenuhnya "Benar, Tuan Belial. Salah satu pelayan petarung yang juga mendapat tugas pengintaian oleh paduka Void kembali membawa informasi jika Jenderal Lucifer berkhianat dan memberontak."
"Paduka memberi perintah? Lalu 'Juga'? Itu berarti ada pelayan lain yang dikirim mengintai?"
Scintia mengangguk lagi "Benar, tapi saya tidak bisa memberitahu kemana pelayan itu pergi. Karena ...," ucapan Scintia tertahan cukup lama, tatapannya yang berpaling dali Belial menunjukkan kekecewaan juga kegelisahan, tatapan ironi yang membuatnya sulit menyangkal hal paling mengecewakan dalam hidupnya.
"Karena apa? Lalu sampai mengirim pengintai lebih dulu, apa itu berarti paduka sudah tahu pemberontakan akan terjadi?"
Scintia tidak menjawab, ia tiba-tiba menatap tajam kearah Belial lalu berjalan dengan cepat. Memegang bahu Belial, lalu dalam sekejap mereka berpindah tempat, kembali ke benteng Drachen.
"Huh!? Nona Scintia, apa yang–."
"Karena beliau melakukan semuanya sendirian! Paduka Void telah dikhianati, beliau tidak mempercayai siapapun lagi."
Belial tersentak mendengar teriakan Scintia. Ucapan yang benar-benar sulit dipercaya, tetapi dengan semua tindakan–pemberontakan yang terjadi, menjadi pertanda jika ucapan Scintia memanglah benar adanya.
"A--apa maksud Anda?"
Scintia melepaskan tangannya dari atas bahu Iblis bertubuh besar itu dan melangkah menuju jendela.
Ia menarik nafas, bersiap untuk menjawab "Seperti yang anda duga, paduka sejak awal sudah tahu jika pemberontakan akan terjadi. Kemarin paduka memerintahkan seorang pelayan petarung untuk mengamati suatu wilayah, tetapi saya pikir paduka hanya memberinya perintah untuk tujuannya. Tetapi ketika paduka menyuruh pelayan lainnya saat beliau ingin pergi bersama Tuan Ink Owl, saya tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran paduka Void, pelayan itu diperintahkan untuk mengawasi kota burung di tenggar," Scintia terdiam sejenak, nafasnya memburu tiba-tiba dan suaranya bergetar "Sampai saat paduka pergi ke bersama Tuan Owl pun paduka sama sekali tak memberitahu saya apa tujuan beliau sebenarnya. Paduka hanya berkata kepada saya secara diam-diam 'Jangan lengah dan sembarangan berbicara, Pasukan pelayan petarung berada dibawah perintah mu' begitu ... Hingga sekarang akhirnya saya mengerti, kenapa paduka melakukan semua ini tanpa memberitahu siapapun ... Jenderal Iblis Lucifer telah berkhianat, tidak menutup kemungkinan ada pengkhianat lain di Istana,"
Belial terdiam tanpa berkata apa-apa mendengar semua penjelasan Scintia. Paduka tidak mempercayai siapapun, kata-kata yang begitu menyakiti seluruh Iblis yang tunduk kepadanya. Mereka memiliki kedudukan tertinggi diantara Iblis lainnya, begitu juga Scintia dan Ink Owl. Mereka yang paling dekat dengan Kekaisaran dan mereka juga telah tunduk hingga menyerahkan diri mereka kepada sang Kaisar demi mendapatkan kepercayaannya, mungkin itu pula alasan mereka mendapat posisi tertinggi di Kekaisaran. Bagi mereka yang tunduk kepada sang Kaisar, mendengar jika Tuan mereka tak lagi mempercayai mereka amatlah terasa menyakitkan.
Meski sosok Belial yang selalu terlihat kuat pun merasakan hal yang sama seperti Scintia sekarang "Paduka ...," Meski begitu ia mengerti jika Tuannya tak mempercayai mereka "Begitu ... Mungkin sejak penculikan itu," ucap Belial.
"Penculikan? Soal perbudakan?" tanya Scintia yang hanya tahu tentang kasus perbudakan saat menyelamatkan Roxine.
"Sebelum itu terjadi, anda tahu jika paduka menyamar menjadi kadet kan? Saat rekan-rekan diculik, paduka bersama dengan kapten penjaga 104 memukuli seorang penjaga distrik yang bekerja sama dengan para penculij ... Mungkin sejak itu kepercayaan kepada penduduknya juga kita menjadi goyah, lalu anda juga tahu selanjutnya, bukan? Seorang dari bangsa Iblis menjadi sosik dibalik perbudakan dan dia seoranb manusia burung," Scintia terkejut mendengar cerita yang belum ia dengar, lalu Belial kembali berbicara "Paduka mungkin tahu jika Lucifer akan berkhianat karena beliau sebenarnya ingin mengungkap boss perbudakan yang sebenarnya."
"Boss ... Ya, manusia burung itu memang berkata saat membentak Roxine jika dia memiliki seorang boss, tapi saya tidak tahu bagaimana paduka mencurigai Jenderal Lucifer," sahut Scintia mengingat kembali saat penyelamatan budak.
Belial menjawab "Karena mereka sesama manusia burung. Mungkin anda tidak tahu, tetapi manusia burung hanya dapat tunduk kepada sesamanya yang memiliki kekuatan dan posisi yang lebih tinggi. Karena itu manusia burung yang anda dan paduka hadapi tidak tunduk kepada manusia, tetapi kepada sesama manusia burung dan Lucifer yang memiliki kedudukan paling tinggi serta paling kuat diantara manusia burung lainnya."
Mereka adalah bangsa Iblis yang berbeda, memiliki kepribadian yang berbeda tidak seperti Ajin, monster pintar, bahkan Iblis biasa maupun unggulan. Mereka tidak akan pernah patuh kepada ras lainnya, selalu akan memberontak setiap saat jika tidak ada seseorang yang mengendalikan mereka dimana orang itu berasal dari ras mereka sendiri. Pada saat peperangan suci berlangsung, salah satu Jenderal Iblis dari bangsa manusia burung tewas terbunuh, setelah itu juga ras manusia burung tak terkendali dan menyerang manusia juga Iblis, menjadikan musuh baru bagi dua bangsa yang tengah berperang. Hasilnya separuh populasi ras manusia burung mati karena dibunuh oleh manusia, sedangkan sisa lainnya dipenjarakan oleh sang Kaisar, meski tidak semua.
Hingga ketika peperangan hampir berakhir, ras manusia burung yang hampir dilepaskan semuanya pun tunduk setelah saat itu juga Lucifer diangkat menjadi Jenderal Iblis baru karena selama peperangan, Lucifer dipercaya untuk mengatasi serangan udara musuh dan selama itu pula dia patuh dengan perintah sang Kaisar.
Namun saat ini, Jenderal Iblis itu memberontak bersama dengan ras manusia burung lainnya setelah sedikit provokasi berhasil dilakukannya.
Belial menghela nafas kasar sambil memegangi kepalanya "Astaga benar-benar menyebalkan sekali. Anda bilang paduka pergi bersama Tuan Ink Owl ke tambang, untuk apa? Lalu apa tujuan yang anda katakan sebelumnya?" tanya Belial
Scintia menjawab, namun merahasiakan satu hal darinya "Paduka bersama Tuan Owl pergi ke tambang yang dimiliki Kekaisaran di wilayah Dwarf, saya mendengar jika paduka akan menyewakan tambangnya ... Saya merasa juga paduka tidak bisa menolak, karena saat pertemuan di negeri Elf, pemimpin Dwarf berkata jika Kerajaan Uridonia yang ingin menyewa tambang itu akan memulai kembali masalah wilayah perbatasan mereka. Lalu tujuan paduka ... Saya tidak bisa mengatakannya, paduka berkata untuk tetap merahasiakannya dari siapapun."
Belial terdiam sejenak 'Berarti benar ada kesalahan informasi ... Atau memang sengaja diberi informasi yang salah dan menjadi bahan provokasi,' batin Belial, setelah memikirkan kembali provokasi yang diberikan Lucifer untuk menghasut penduduknya.
"Saya sudah mengirimkan pesan kepada tuan Ink Owl melalui Message, seharusnya sekarang beliau sudah membacanya," ucap Scintia.
"Anda juga? Saya juga mengirim pesan kepada Ink Owl sebelum ke Istana, saya pikir lebih cepat memberitahu Ink Owl," balas Belial yang juga melakukan hal serupa.
Keduanya sama-sama mengirimkan pesan kepada Ink Owl perihal pemberontakan.
"Begitu, tidak apa Tuan Belial," balas Scintia lagi.
"Lalu apa paduka tidak memberi perintah apapun kepada ku?" tanya Belial, namun langsung dijawab dengan gelengan kepala Scintia tanpa berkata apa-apa lagi "Begitu. Karena situasi darurat, aku akan menyiagakan pasukan. Mau bagaimanapun juga lawan kita kali ini adalah Jenderal Iblis, karena mereka unggul di udara mungkin aku menyiapkan banyak pemanah ... Haah, merepotkan sekali. Lalu memalukan juga karena kita melawan bangsa kita sendiri."
Scintia langsung membalas "Itu berlawanan dengan ucapan anda, Tuan Belial."
"Hm?"
"Anda bilang manusia burung bukanlah bangsa mana pun, meski bergabung dengan bangsa Iblis sejatinya mereka bukanlah bangsa Iblis," ucap Scintia dengan tegas dengan senyuman sinis di wajahnya.
Tekrejut sesaat, Belial meneruskan dengan tawa kecilnya "Yah, kau benar. Kalau begitu boleh aku meminta sesuatu kepadamu?" tanya Belial
"Apa itu, Tuan Belial?" tanya balik Scintia.
"Bawa aku ke Ibukota, lalu panggil Tenerbis kemari, untuk berjaga-jaga aku akan mengatur strategi dengannya," jelas Belial.
Meminta memanggil ahli strategi Kekaisaran, meski bukan perang besar tetapi Belial tak bisa meremehkan kekuatan udara pasukan Lucifer. Meski dalam kondisi terdesak pun, pasukan udara Lucifer yang di dominasi oleh ras manusia burung masih dapat mengendalikan langit, pasukan tersebut pula tidak kalah kuat dengan pasukan penunggang wyvern yang memiliki kecepatan terbang jauh lebih cepat daripada manusia burung pada umumnya.
Sebelum berangkat, Scintia bertanya kepada Belial dengan suara lemah "Tuan Belial, jika paduka tidak percaya lagi dengan Jenderal Iblis ... Apa yang akan anda lakukan?"
Meski Scintia bukanlah bagian dari Jenderal Iblis, sebaliknya justru jika terjadi sesuatu ia seharusnya berada dalam posisi paling aman karena dia adalah pelayan pribadi sang Kaisar. Tetapi, bukan itu yang Scintia takutkan. Kepercayaan sang Kaisar yang tiba-tiba lenyap begitu saja kepada mereka semua sangatlah menakutkan, bahkan lebih menakutkan jika harus dihadapkan dengan kematian. Belial mengerti akan hal itu, sebagai Jenderal Iblis pula ia paling mengerti rasa takut itu.
"Tidak ada."
Jawaban itu membuat Scintia menoleh kearahnya.
"Jika paduka ingin memberhentikan saya sebagai Jenderal Iblis maka tidak masalah, jika paduka ingin menghukum saya sebagai Jenderal Iblis pula saya tidak memikirkannya ... Meski paduka memilih untuk memenggal kepala ku, saya sama sekali tidak keberatan," ucap Belial, memberi jeda dengan senyuman di wajahnha, matanya melihat kearah Scintia yang memandanginya dengan wajah terkejut, ia kembali berkata "Asal anda tahu, Nona Scintia. Saya sudah lama menjadi pedang Kekaisaran, menjadi pedang paduka Void. Karena itu saya sudah menyerahkan diri saya kepada paduka, apapun yang paduka lakukan kepada saya, sama sekali saya tidak permasalahkan ... Meski begitu ... Meski begitu saya berharap jika saya bisa menjadi pedang Kekaisaran selama mungkin," tegasnya.
Kehormatan dan harga diri sang Jenderal pasukan hanyalah milik sang Kaisar seorang, pengabdian yang ia tunjukkan melalui ucapannya kepada Scintia sangatlah besar jika dibandingkan dengan pengabdian yang ia berikan kepada Void.
"Begitu,"
Setelah Scintia mengatakan itu, mereka pun menghilang dan bersiap untuk mempertahankan wilayah dari serangan pemberontak.
to be continue