Last Boss

Chapter 124 - Rahasia sang pemimpin



Chapter 124 - Rahasia sang pemimpin

3Revolusi kerajaan Abyc, tindakan yang mengubah seluruh arah jalan Abyc untuk melangkah ke masa yang akan mendatang. Mereka dengan lantang menyatakan untuk terbebas dari segala aliansi serta aturan di dalamnya dan menjadi Kerajaan yang bebas untuk bekerja sama dengan Negeri mana pun.     

Pernyataan yang dibuat dalam bentuk tersirat dibalik kata "Kebebasan" membuat para beberapa anggota aliansi meradang hingga mencak-mencak berusaha mendorong semua anggota untuk menginvasi Abyc. Mereka yang berada di pihak ingin menyerang Abyc membawa segala bukti, salah satunya adalah ancaman senjata sihir terbaru milik Abyc yang sangat efektif dalam perang terakhir. Mereka menganggap apabila itu dibiarkan, maka Abyc akan menjadi sangat kuat dan akan jauh lebih berbahaya lagi bila Abyc menjual senjata mereka kepada Kerajaan bagian barat benua yang tidak senang kepada aliansi mereka.     

Namun, beberapa pihak menentang Invasi yang tidak memiliki alasan jelas, salah satunya adalah gereja pusat. Gereja pusat, seperti namanya sebuah tempat yang menjadi pusat dari tempat peribadatan umat manusia yang menyembah para dewa.     

Dikatakan jika pada zaman sebelum terbentuknya kota-kota dan desa, sesosok dewa menciptakan manusia untuk pertama kalinya dan memberikan sebuah kitab akan segala ajaran dan kebenaran dunia.     

Tempat itu akhirnya menjadi peradaban pertama umat manusia dan perlahan setelah ribuan tahun lamanya, setelah banyak kerajaan kecil yang kemudian binasa akibat perang. Tempat itu secara keseluruhan dikuasai oleh Kerajaan Meridonialis. Sang Raja dengan kesepakatan dengan Paus–sosok yang memimpin gereja, membuat sebuah wilayah khusus yang dimana peraturan Kerajaan Meridonialis bahkan kekuasaannya tak tersentuh sedikit pun oleh sang Raja dan menjadi pusat dari tempat peribadatan umat manusia, kota itu bernama Holy Civitas–tempat dimana gereja pusat berada.     

Holy Civitas memiliki suara yang amat berpengaruh di dalam aliansi, sebab selain dianggap sebagai orang suci, kerajaan lain juga menganggap jika keberadaan Holy Civitas merupakan penunjuk arah mereka kejalan yang benar dan direstui oleh para dewa. Sebab itu apabila Holy Civitas atau umumnya gereja pusat berkata tidak, maka sebagian besar akan berkata hal yang sama. Terkecuali mereka yang benar-benar membangkang seakan melihat ancaman sesungguhnya dari negeri lain, seperti Kekaisaran dan sekutu juga Kerajaan Abyc yang belum lama mereka anggap demikian.     

Meski menolak, mereka–Holy Civitas yang di wakili oleh pemimpin pasukan kesatria suci menanggapi kekhawatiran Hertia serta pendukung jalan perangnya akan Kerajaan Abyc, tetapi dirinya menambahkan untuk memikirkan jalan lain namun perang serta hal-hal yang melibatkan dunia ia larang dengan tegas.     

Neil'o sebagai pemimpin kesatria suci berkata "Perang akan membawa dampak yang sangat buruk untuk dunia, harga bahan pangan serta rempah-rempah akan melonjak naik. Begitu juga obat-obatan serta air bersih, jika semuanya terjadi maka Kerajaan-kerajaan yang Netral ... Bahkan hingga Kekiasaran Iblis dan sekutunya akan menyerang kita. Meski kami, gereja pusat tidak menyukai akan keberadaan para Iblis, tetapi jika mereka tidak bergerak maka kami juga tidak ingin bersitegang dengan para iblis. Semua itu demi kedamaian dunia."     

Sebagai orang yang dianggap memiliki keyakinan yang begitu tinggi dan memahami segalanya, mereka menganggap Iblis merupakan sumber bencana dari segalanya yang bisa merusak dunia secara massal. Karena itu mata Gereja selalu tertuju kearah Kekaisaran Iblis yang saat ini seakan tengah bersikap seperti pemerintahan umumnya, meski begitu tidak semuanya dapat mereka lihat.     

Akhirnya, Kerajaan Hertia didukung oleh beberapa kerajaan yang menginginkan perang memutuskan untuk memasukan Kerajaan Abyc ke dalam daftar hitam dan dilarang keras untuk melintasi perbatasan Kerajaan yang tergabung dalam aliansi, sebuah perlakuan yang sama seperti yang mereka berikan kepada Kekaisaran juga sekutunya.     

Lalu mereka juga memutuskan yang kali ini di dukung penuh oleh gereja untuk melakukan sihir penetralan di berbagai kota milik kerajaan yang tergabung dalam aliansi, sebab mereka curiga bila Iblis menggunakan sihir penyamaran di berbagai kerajaan untuk memantau kerajaan itu. Sama halnya seperti yang mereka duga si Kerajaan Abyc.     

Sihir penetralan skala besar itu dapat menetralkan segala jenis sihir ilusi serta kutukan, sihir yang hanya bisa dilakukan oleh para pendeta.     

Mengkerut kening sang Kaisar serta mengeras wajahnya kala mendengar berita itu dari Mona yang baru kembali dari Uridonia setelah menjalankan pekerjaannya disana. Bila hal itu benar-benar terjadi, maka bukan hanya usaha mereka yang berhenti total tetapi juga seluruh rencana yang telah Void susun menjadi berantakan. Lalu, Uridonia juga tak luput dari imbas masalah mereka.     

Hingga kemudian dirinya mengambil sebuah kertas berwarna keemasan di dalam laci kerjanya, lalu menuliskan sebuah pesan singkat kepada seseorang ... Seseorang yang berada di Uridonia.     

"[Send] ...."     

Dalam sekejap, kertas itu kemudian menghilang; meninggalkan jejak matrix bercahaya yang tak lama kemudian juga lenyap dengan cepat.     

"Baiklah ... Oh iya, aku pernah mengirim pesan jika barang-barang tidak akan dikirim untuk beberapa minggu, kan?" tanya Void memastikan dengan mata yang tertuju kepada Mona.     

Mona mengangguk perlahan "Benar, paduka Void."     

Void kembali bertanya "Bagaimana kondisinya, apakah barang-barang disana masih banyak?"     

Mona menggeleng perlahan kemudian menjawabnya "Tidak paduka, tidak bisa dibilang banyak juga. Tetapi jika dihitung dengan ada yang digudang, mungkin kita masih bisa menjual selama dua pekan lagi."     

"Kalau begitu sudah sangat sedikit ya ... Tapi itu bagus, bawa aku pergi ke sana dan bicara dengan mereka," ucap Void kemudian ia menurunkan Roxine dalam pangkuannya dan lanjut berdiri tegak "Roxine, maaf aku harus pergi sebentar," ucapnya.     

Roxine tersenyum lebar seakan tak keberatan dengan kepergiannya, anggukan penuh kepastian juga menjadi jawabannya.     

Namun sewaktu Void mendekat, ia ingat sesuatu yang harus ia lakukan "Oh sebelum itu ... [Incognito]" sosok sang Kaisar dengan rambut hitam serta jubah kebesarannya dalam sekejap berubah menjadi sosok Iblis berambut perak dengan pakaian kemeja hitam tanpa kerah dengan kancing menyanping; sebuah seragam yang hanya digunakan oleh para petinggi Kekaisaran apa bila menghadiri pertemuan resmi. Tak lupa, dua pedang yang merupakan senjata prajurit standar Kekaisaran menggantung di pundaknya, ia mengubah wujudnya menjadi Edward.     

Mata Retto membulat untuk sesaat, sosok sahabatnya ia lihat kembali setelah terakhir kali Edward mengungkapkan identitas yang sebenarnya, ada rasa nostalgia sesaat disertai rasa jengkel kala dirinya menatap sosok itu.     

"Anda memakai sosok itu ya?"     

Void mengangguk dengan senyuman konyolnya "Ya, karena dengan begini diriku tidak akan ketahuan jika aku adalah sang Kaisar!" ujarnya membalas ucapan Retto.     

"Heee ... Jadi itu sosok Edward yang sering anda gunakan," ucap Mona seakan terkejut dengan tatapan kagum.     

Keningnya mengkerut sesaat sembari menoleh kearah Mona "Kau mengetahui tentang sosok ini?" tanya Edward.     

"Ya, Nona Scintia sering mengeluh jika dirinya datang untuk memeriksa. Nona Scintia sering berkata dirinya khawatir dengan paduka yang menggunakan sihir penyamaran dan sering kali berbaur, bahkan saya juga mendengar anda bertemu dengan petinggi Uridonia menggunakan sosok itu, kan?" tutur Mona begitu jelas menjelaskan segala hal yang harusnya di rahasiakan.     

"Tunggu, jadi Edward bukan hanya menjadi kadet, tapi juga     

pernah menjadi petinggi Kekaisaran!?" cetus Retto begitu terkejut mendengar hal yang sama sekali tidak ia ketahui.     

"Ah begitu, disaat Edward tidak latihan karena dihukum Tuan Belial, sosok Edward itu tidak berada di benteng tetapi di tempat lain," tutur Ivaldi mengungkap alasan yang paling masuk akal.     

Tak bisa lagi Edward menutupi sebuah rahasia yang seharusnya hanya diketahui oleh sedikit orang, dirinya hanya tersenyum lebar sembari menggaruk kepala bagian belakang yang tak gatal. Namun diantara mereka yang sudah sadar sejak lama, bahkan Roxine juga termasuk diantaranya. Ada satu orang yang terkejut setengah mati kala mengetahui sosok Edward yang sebenarnya adalah sang Kaisar.     

"Tu--tunggu ... Apa ... Edward ... Tapi bukanhya dia ... Eh? ..."     

Mata mereka seketika tertuju kepada Lizzy kala dirinya mulai gelagapan seakan terjebak dalam putaran kebingungan ranpa batas.     

"Ah!"     

Edward juga baru menyadarinya jika ia pernah sekali menggunakan sosok Edward di depan Lizzy.     

"Lizzy, ada apa?" tanya Mona khawatir.     

"Ti--tidak ... Setahuku Edward adalah pengawak pribadi paduka ... Tapi jika Edward adalah paduka ... Berarti orang yang kubenci dan kubentak hari itu ..."     

Rasa bersalah langsung menghantuinya hingga air mata menggenang di pelupuk matanya, tetapi rasa itu juga Edward rasakan hingga dirinya bingung harus bicara apa. Hanya tergagap seakan berpikir dua kali kata-kata yang tepat untuk ia keluarkan.     

Lalu dengan entengnya Ivaldi berbicara kepadanya.     

"Tenang saja, kecil."     

Lizzy langsung membentak, ekspresi marahnya melonjak hingga menabrak rasa bersalahnya "Jangan panggil aku kecil!"     

Namun seakan tak peduli Ivaldi terus berbicara "Bukan hanya dirimu saja yang pernah memaki paduka, tetapi lelaki disamping ku juga pernah melakukan hak yang sama. Bahkan dia pernah memukulinya."     

"He--hey! Jangan ingat itu lagi!" bantah Retto dengan ekspresi marah serta canggung.     

"Eh? Sungguh?" tanya Lizzy tiba-tiba menjadi ramah.     

Ivaldi mengangguk pelan "Karena itu tidak perlu dipikirkan, sejak awal paduka lah yang salah."     

"Kenapa bawahan ku menyalahkan ku ... Astaga," keluh Void kemudian menghela napas lembut, matanya kemudian kembali melihat kearah Lizzy lalu ia berbicara "Tapi ... Ya, seperti yang dikatakan Ivaldi, diriku sejak aaal salah karena sudah membohongi mu."     

Namun Lizzy langsung membantah "Ti--tidak, paduka tidak bersalah, justru diriku seharusnya tahu jika itu paduka ... Tapi aku ...," wajahnya semakin memelas kala dirinya tertunduk seakan tak berani menatap sang Kaisar.     

Kata-kata yang amat manis dari seorang bawahan yang ingin menjaga kehormatan tuannya, Edward mendekatinya kemudian menyentuh kepalanya lagi. Wajahnya menjadi cerah seketika karena terkejut dan secara tak sadar kepalanya kembali terangkat hingga melihat wajah yang seharusnya ia benci tengah tersenyum lembut kepadanya.     

"Itu tidak benar, Lizzy."     

"Eh?"     

"Aku juga memiliki alasan lain untuk melakukan ini ... Ya selain kugunakan untuk pekerjaan atau mengawasi Kekaisaran secara langsung, aku juga ingin membuat diriku yang lain. Benar, seperti halnya diriku saat menjadi kadet bersama Retto juga Ivaldi. Saat bersama mereka, diriku jauh lebih terasa lebih ... Umm ... Ringan? Ya aku tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Tetapi sosok Edward ini kugunakan untuk merasakan perasaan itu, Lizzy. Ah, maaf jika kau tidak–."     

Lizzy meraih tangan sang Kaisar yang ada di atas kepalanya, kemudian memegangnya dengan erat setelah menurunkan tangan itu seraya berbicara; memotong ucapan sang Kaisar.     

"Tidak, paduka! Saya mengerti!"     

"Eh?"     

"Dengan kata lain paduka ingin menjadi sosok yang berbeda, begitu? Karena itu anda menciptakan sosok Edward dalam diri anda agar bisa lebih dekat dengan bawahan anda juga rakyat anda, benar?"     

Terdiam Edward untuk sesaat seraya tersenyum canggung kala mendengar penuturan Lizzy dengan mata yang begitu berkilauan seakan benar-benar memahami hal itu.     

tetapi sang Kaisar menjawab dengan jujur "A--ah, ya kurang lebih begitu."     

Jawaban itu melukiskan senyuman lebar di wajah. lizzy "Begitu! Aku mengerti!" ujarnya kepada sang Kaisar.     

Senyuman yang begitu manis, tak kalah manis dengan senyuman yang dimiliki oleh Roxine, begitulah pendapat sang Kaisar kala melihat kebahagiaan Lizzy.     

Ditengah suasana hangat itu, Ivald bertanya tanpa ragu "Kalau begitu ... Apa semua dalam sosok Edward itu palsu?"     

"Hey!" Retto meneriakinya kemudian menutup mulut Ivaldi dengan paksa menggunakan tangannya.     

Terkekeh sang Kaisar mendengarnya "Kau tidak pernah menahan diri ya, Ivaldi," ujarnya menanggapi bagaimana sahabatnya itu bertanya, kemudian Edward terdiam sejenak dengan mata yang terus tertuju kearah lelaki tanpa ekspresi itu. Lalu menyipit sesaat seraya memalingkan pandangannya "Tentu saja tidak, semua yang ada di dalam diri Edward maupun diriku adalah sosok ku yang sebenarnya," kala ucapannya berhenti, wajahnya kembali terabgkat dengan tatapan hangat disertai senyuman tipis terarah kepada kedua sahabatnya "Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, Kekaisaran tidak boleh diremehkan oleh siapapun. Bukan hanya para manusia, tapi seluruh makhluk hidup termasuk Iblis sendiri."     

Separuh jumlah yang ada disana mengkerutkan keningnya tanda tak memahami, kemudian Retto melepaskan tangannya dari mulut Ivaldi seraya bertanya:     

"Apa maksud anda?"     

Void menyeringai kepada mereka, lalu dirinya berbalik serta berjalan kembali ke kursinya dan kembali berbicara "Menurutmu, apa alasan Kekaisaran bisa bertahan dan bersatu menjadi Kekaisaran selama ini?"     

Mona menjawab "Tentu itu karena anda sebagai pemimpin kami, paduka Void."     

Terkekeh kembaki Edward mendengarnya "Ya, benar. Aku membuat beragam peraturan, aku menjaga serta merwat rakyat-rakyat yang kucintai. Semua bawahan yang kuanggap sangat berharga, bahkan dari pelayan hingga Jenderal Iblis, aku sangat menghargai usaha kalian. Kalian mengikuti peraturan yang kubuat, kalian mengikuti segala perintah yang ku berikan. Penduduk ku juga mengikuti diriku karena mereka percaya kepada ku jika diriku bisa membawa Kekaisaran lebih baik lagi, tetapi hal itu juga terjadi di seluruh negeri. Dari para Dwarf, Tuan Riedle dipilih karena dipercaya oleh 3 sukunya. Kepemimpinan Ratu Ausele dapat berhasil karena dipercaya oleh rakyatnya. Tetapi menurutmu, apa yang membuat mereka sangat berhasil? Apa yang membuat mereka begitu percaya?"     

Penuturan panjang Edward yang diakhiri pertanyaan membuat mereka semakin kebingungan, mereka saling malingkan wajah seakan tak mampu menjawabnya. Namun hanya dua orang yang masih menatapnya, salah satunya adalah Roxine yang menatap dengan polos karena tak mengerti apa yang mereka bicarakan, lalu satunya lagi adalah lelaki tanpa ekspresi.     

Ivaldi menjawab tanpa nada "Kekuatan ..."     

Edward semakin menyeringai di atas kursi yang ia duduki "Tepat sekali, Ivaldi," jawabnya terdengar begitu puas, mata mereka yang kebingungan seketika membulat karena terkejut mendengar jawaban itu "Karena kekuatan diriku bisa memerintah, karena kekuatan aku bisa membuat kalian semua tunduk di hadapan ku. Pada dasarnya hal itulah yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kestabilan suatu wilayah. Karena apa? Karena dengan kekuatan, tidak ada satupun orang yang akan berani mengganggu kepemimpinan seseorang. Karena kekuatan, mereka percaya jika orang yang memiliki kekuatan itu dapat memimpin serta melindungi mereka, karena kekuatan juga mereka bisa merasa aman dan karena kekuatan juga mereka merasa takut apabila melanggar aturan dari pemilik kekuatan itu ...," dirinya mengambil jeda dengan menghela napas kasar "Walau ada beberapa orang bodoh yang menentang dan masih belum mengerti kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin. Mungkin mereka ingin merasakannya ... Ya jika seperti itu maka akan kutunjukkan saja nera–," ucapannya tertahan begitu sadar tatapan penuh tanya diberikan oleh gadis ajin, wajahnya yang bingung sangatlah manis sampai Edward terdiam cukup lama hanya untuk melihatnya "Ah, ahem! Ya kembali lagi ..."     

'Dia tidak bisa mengatakan neraka di depan anaknya, ya?' pikir semua orang di ruangan itu kecuali Roxine dan sang Kaisar.     

"Dengan kata lain, kekuatan juga memiliki peran penting untuk mempertahankan suatu wilayah, seperti misalnya Riedle. Dia adalah pemimpin Dwarf dari 3 suku Dwarf yang berbeda, tetapi karena dirinya kuat dalam pendiriannya, dia bisa memimpin negeri Dwarf. Lalu Ratu muda dari kerajaan manusia itu juga ..."     

Mona langsung menyela "Ratu muda? Apa anda membicarakan Ratu dari kerajaan Abyc?"     

Void mengangguk sembari berkata "Benar sekali," lalu ia kembali berbicara "Ratu Ausele, meski dirinya tidak memiliki kekuatan seperti seorang kesatria, tetapi hatinya jauh lebih kuat. Sorot mata serta keyakinan yang ia miliki, juga cinta kepada rakyatnya membuatnya bisa berani ... Bahkan terakhir kali dia sama sekali tidak gentar walau memasuki wilayah elf beberapa waktu lalu. Benarkan, Retto, Ivaldi."     

"Benar," jawab langsung Retto dan Ivaldi hanya mengangguk pelan     

Lalu sang Kaisar kembali berkata "Karena itu sebagai seorang Kaisar, diriku juga merupakan sebuah pedang dan perisai yang melindungi Kekaisaran. Bagaimana menurutmu bila sang pemimpin itu terlalu lembut kepada rakyatnya?"     

Mereka tersentak mendengarnya, tersadar apa maksud dari ucapan sang Kaisar. Kekuatan, kebijaksanaan, kebaikan, ketegasan serta ambisi, keempat hal itu diyakini sebagai 4 faktor yang sangat mempengaruhi dalam suatu pemerintahan. Meski seorang penimpin bijak, tegas, baik kepada rakyatnya dan sangat berambisi untuk memajukan negerinya, tetapi apa bila ia tak memiliki kekuatan maka dirinya akan digeser oleh orang yang jauh kebih kuat meski tak memiliki keempat faktor lainnya.     

Begitupula terjadi kepada Kekaisaran. Sosok sang Kaisar yang dikenal selama ini sangatlah tegas kepada segala larangan serta hukuman, bijaksana dalam membuat keputusan, berambisi dalam membuat langkah untuk masa depan Kekaisaran, lalu kebaikan yang tak ia tunjukkan secara sikap tetapi tindakan serta keputusan untuk tak membebani rakyatnya dan juga memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dibandingkan seluruh Iblis di Kekaisaran, menjadikan dirinya sebagai pemimpin paling sempurna yang para Iblis kenal. Karena itulah mereka berani bersumpah setia hanya untuk sang Kaisar, bahkan hingga menyembah makhluk yang hampir hidup 1000 tahun itu.     

Setidaknya itulah yang Edward ketahui tentang sang Kaisar yang selama sebulan ini terus ia pelajari sosoknya, sebab sosok sang Kaisar sangatlah jauh dari sosok dirinya yang sebenarnya.     

"Karena itu aku yang tidak bisa menunjukkan kebaikan ku secara langsung menjadi tidak tahan dengan sendirinya, akhirnya aku membuat sosok Edward agar bisa melakukan apa yang selama ini selalu ku tahan dalam wujud diriku yang sebenarnya."     

Edward tersenyum hangat kepada mereka, kehangatan itu mereka rasakan hingga menimbulkan rasa kagum yang begitu besar. Bahkan Retto sendiri sibuat terdiam tak bisa berkata-kata, hanya mulut yang sedikit menganga mendengar ucapannya. Tetapi hal itu tak berlaku untuk Lizzy.     

"Luar biasa! Paduka benar-benar luar biasa! Saya semakin mengagumi anda, paduka Void!" ucap gadis kecil dengan pakaian pelayan itu dengan lantang, disertai wajahnya yang begitu bersemangat dengan mata yang amat bersinar penuh kekaguman.     

"Ya, itu benar. Mungkin ini alasan kami terus mengikuti anda, paduka Void," sahut Mona seraya tersenyum halus kepadanya.     

Void hanya tersenyum kecil mendengar ucapannya, mulutnya terlalu merasa canggung untuk memberikan balasan untuk mereka.     

"Jadi karena itu anda terasa berbeda ketika menjadi Edward," tutur Ivaldi lagi.     

Void menganggukkan kepalanya "Um, benar. Meski begitu, seperti yang kukatakan jika Edward maupun diriku yang sebenarnya sama saja, hanya sifat ku yang dimiliki Edward tidak bisa seenaknya ditunjukkan dihadapan orang lain. Walau aku berkata seperti itu juga aku sama sekali tidak memikirkannya jika itu dihadapan kalian, dan orang-orang terdekat ku."     

Dalam satu waktu itu, meski dihadapan mereka adalah bukan sosok sang Kaisar yang sesungguhnya. Tetapi mereka dapat melihat sosok sang Kaisar yang mengenakan jubah kebesarannya tengah tersenyum hangat kearah mereka.     

Tiba-tiba, titik berwarna kekuningan muncul di atas titik biru pada sudut kanan bawah pandangannya. Kala ia memusatkan pandangannya kesana, sebuah tulisan muncul dengan cepat.     

[1 message]     

Tulisan itu berada di dalam kotak biru transparan, mengambang tepat si depan pandangannya dengan titik biru yang berkedip perlahan di bagian bawah kotak biru itu–hanya dirinya yang bisa melihat hal itu.     

Begitu ia memusatkan pandangannya, sebuah kertas [Message] muncul dihadapannya, melayang untuk sesaat sampai akhirnya ia genggam. Kertas itu bertuliskan surat balasan untuk Void yang meminta bertemu dengannya, tetapi orang itu membalas dengan sebuah penolakan.     

"Hmm ... Begitu," ucap Void menanggapinya tanpa rasa kecewa sama sekali.     

Mona bertanya "Ada apa, paduka Void?"     

"Aku baru saja mengirim surat kepada Raja Uridonia dan untuk bertemu, tetapi dia menolak karena aliansi sedang sangat siaga dan mencurigai Kekaisaran karena suatu hal."     

Lizzy keheranan dan bertanya dengan emosi "Kalau begitu bagaimana? Para manusia itu memang tidak bisa dipegang kata-kata nya!"     

Void mengangkat sebelah tangannya seakan menyuruhnya untuk diam "Tenang, Lizzy. Mereka tidak lepas tanggung jawab, Raja Uridonia mengerti kenapa diriku ingin bertemu dengannya. Dia menuliskan jika ia akan mencarikan cara agar toko kita di Uridonia bisa terhindar dari penetralan gereja."     

"Be--begitu," jawab Lizzy merasa canggung.     

Kemudian Void kembali berdiri dengan kedua tangan di pinggangnya "Meski begitu kita harus membuat rencana cadangan untuk menghalau rencana itu terjadi."     

'Seharusnya ada alat untuk menghindari hal seperti itu ... Benar ada item sihir yang seperti itu ... Tapi dimana aku bisa mendapatkannya?'     

Hingga akhirnya Void sadar kemana ia harus pergi dan meminta kepada Mona untuk mengantarnya ke sebuah tempat dimana ia bisa mendapatkan item sihir yang ia cari.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.