Last Boss

Chapter 117 - Tamu tak disangka



Chapter 117 - Tamu tak disangka

1Sejarah baru telah tercetak dalam buku kehidupan Kerajaan Abyc. Kemenangan mereka akan peperangan melawan 3 Kerajaan yang merupakan anggota aliansi memberikan sebuah jalan baru untuk mereka.     

Berawal dari ketidakpercayaan Aliansi akan alasan Abyc hari itu, menjadikan sebuah keputusan yang amat fatal hingga membuat Abyc memulai revolusinya yang dipimpin oleh ratu mereka. Revolusi yang menyatakan bila Abyc adalah Kerajaan yang bebas. Kerajaan yang tak lagi terikat dengan paksaan pihak manapun dan teguh memegang pendirian bila mereka tak lagi bergabung dengan aliansi manapun.     

Ucapan itu didorong kuat oleh bergantinya bendera Kerajaan yang berada di selatan benua itu. Berawal dari cangkir wine dengan lilitan daun yang melingkar; melambangkan kejayaan dan kemakmuran. Berganti menjadi sebuah burung merpati yang membawa rantai daun dengan bunga yang mekar pada rantainya yang melambangkan kebebasan yang membawa kemakmuran.     

Kabar keluarnya Kerajaan Abyc menjadi topik pembicaraan panas bagi kerajaan-kerajaan di benua Ziuria, terutama untuk Aliansi yang benar-benar murka dan mulai terbelah dua. Kekalahan mereka dalam operasi penghukuman menjadi kesan yang memalukan, semua Kerajaan Hertia dengan keras mengatakan kekesalan mereka kepada Kerajaan Meridonialis dan juga Nord yang mundur dari perang. Mereka bisa memaklumi Nord yang menunjukkan bukti jika mereka kalah telak hari itu tetapi Kerajaan Meridonialis yang dimana masih mampu berperang menjadikan tanda tanya besar bagi mereka.     

Neil'o sebagai penanggung jawab pasukan Meridonialis hari itu, berbicara di depan para petinggi Kerajaan anggota aliansi.     

"Saya tidak merasa salah dengan keputusan saya hari itu, sebab pasukan Meridonialis dan pasukan suci yang saya pimpin tidak perlu mengorbankan nyawa karena perang bodoh itu."     

Seorang petinggi dari Hertia bertanya dengan nada membentak "Perang bodoh!? Itu adalah operasi untuk menghukum Kerajaan Abyc! Kita tidak bisa membiarkan Kekaisaran mendekati kita!"     

"Tapi perang bukankah satu-satunya jalan keluar!" balas Neil dengan bentakan yang tak kalah keras "Saya mendengar semuanya dari gereja jika kalian para petinggi tidak ingin mendengar apa yang dilakukan Kerajaan Abyc! Karena itu saya tidak akan pernah tunduk dan meminta maaf atas kekalahan 3 Kerajaan yang bersikap seenaknya memutuskan hukuman yang tidak adil!"     

Ucapannya memberikan tanda tanya besar, sebab sebagian anggota aliansi tidak mengetahui kebenaran yang sebenarnya tentang apa yang dilakukan oleh Abyc. Sehingga aliansi terpecah menjadi dua, ada golongan yang ingin kembali menginvasi Abyc untuk mengembalikkan nama baik Aliansi. Lalu disisi lain, ada sekelompok petinggi dari berbagai kerajaan yang menentang keras keputusan yang mereka anggap sembrono.     

Sementara itu terjadi, seakan memegang kata-kata yang menjadi jalan baru untuk Kerajaan Abyc itu; untuk menjadi Kerajaan bebas yang membawa kemakmuran. Sang Ratu muda dari tanah Abyc dengan percaya diri dan tanpa rasa takut akan ancaman dari Kerajaan manusia, dirinya mengunjungi Negeri Elf sebelum Ratu Elf yang sudah memiliki niat untuk mengundangnya datang mengirimkan surat undangan untuk Ratu muda.     

Sekali lagi pemimpin 3 bangsa yang dimusuhi oleh manusia berkumpul, namun kali ini mereka berkumpul bersama dengan Ratu muda dari Kerajaan Abyc. Meminum teh bersama, memakan cemilan di langit yang cerah, senyuman ramah pula ratu itu tunjukkan seakan tak memiliki rasa takut sama sekali meski sedang berada di tanah Elf.     

Dirinya datang bukan hanya untuk mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ratu Elf, tetapi dirinya juga memiliki alasan lain yang membuatnya berani untuk datang.     

"Jadi, apa alasan anda datang kemari, Ratu Ausele? Meski saya berniat mengundang anda untuk mengucapkan selamat, tetapi jika anda mendatangi saya lebih dulu pastinya anda memiliki alasan lain, kan?" tanya Ratu Elf seraya tersenyum tipis seakan ia telah menerka apa tujuannya datang.     

Ausele menaruh cangkir teh dalam genggaman jarinya di atas meja, kedua tangannya kemudian saling menumpu di atas paha; mencoba duduk seanggun mungkin dihadapan para petinggi yang tak bisa ia remehkan.     

"Tentu saja, Ratu Elf. Kedatangan saya kemari untuk mengucapkan terima kasih karena telah menjual busur dan anak panah kepada kami. Berkat anda, kami bisa menjalankan rencana yang dibuat oleh Jenderal kami, jika tanpa bantuan anda mungkin kami tidak bisa bertahan lebih lama," ucap Ausele sembari menyungingkan senyuman ramah kepada pemimpin para Elf itu.     

Sylvia terkekeh pelan mendengar ucaoannya, kemudian ia membalas "Anda berlebihan–."     

Namun ucapannya dipotong langsung oleh Ausele "Tidak, Ratu Elf," wajahnya kala berbicara kembali berubah menjadi sangat serius dengan pandangan yang menatap lurus kearah Ratu Sylvia "Kami benar-benar bisa selamat berkat persediaan busur dan panah yang anda jual kepada kami. Seluruh rencana kami bergantung kepada serangan jarak jauh, karena itu saya pribadi sangat berterimakasih atas keputusan anda," kemudian ia menoleh kearah Riedle dengan raut wajah yang tak berubah "Untuk anda juga, pemimpin Dwarf, Tuan Riedle. Berkat teknisi yang anda kirimkan ke Kerajaan kami, peniliti Kerajaan Abyc bisa menciptakan senjata sihir untuk menghadapi serangan musuh kami. Saya berterima kasih," ucapnya sembari menundukkan kepalanya dengan sangat dalam seakan benar-benar menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya "Lalu untuk anda juga, Kaisar Iblis agung, paduka Void."     

Void terkekeh singkat dengan senyuman tipis sembari memalingkan wajahnya, kemudian ia berkata "Saya tidak membantu apapun. Seperti yang dikatakan oleh orang kepercayaan saya, Kekaisaran hanya bertindak tegas dengan peraturan yang sudah tertulis. Justru seharusnya saya harus meminta maaf karena keberadaan Kekaisaran, Kerajaan anda malah diserang oleh sekutu anda sendiri."     

Ausele langsung membantah dengan tegas "Itu tidak benar, Kaisar agung Void," suaranya cukup lantang hingga membuat sang Kaisar terdiam, kemudian ia kembali berbicara dengan suara yang lebih pelan "Meski Kekaisaran hanya melakukan tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pangeran Raudels di tanah Kekaisaran, tetapi itu tidak dipungkiri jika Kekaisaran memiliki peran yang sangat membantu kami. Berkat keberadaan Kekaisaran, kami bisa mengambil Kerajaan kami kembali lalu saya yakin jika Negeri Elf dan Negeri Dwarf mau bekerja sama dengan kami karena ada pengaruh dari Kekaisaran. Saya sudah mencari tahu jika Negeri Dwarf sangat waspada jika membantu Kerajaan lain, lalu Negeri Elf juga sangat membenci manusia, jadi sangat tidak mungkin jika Negeri Elf dan Negeri Dwarf menerima permintaan kami. Karena itu kami–. Tidak, saya, Ratu Kerajaan Abyc, Ausele von Albyca, benar-benar berterima kasih kepada Kaisar Void, Ratu Sylvia juga Tuan Riedle. Saya–."     

"Baiklah baiklah saya mengerti, hentikan itu," ucap Void memotong rasa terima kasih Ausele yang sangat tulus dari hatinya.     

Sorot mata penuh arti yang diberikan kedua pemimpin sekutu Kekaisaran itu Void rasakan, terasa tak nyaman seakan terus mendorongnya meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya yang bergerak dalam bayang-bayang.     

Void menghela napasnya sesaat, berdeham memperbaiki suaranya menjadi lebih tegas, lalu kembali berbicara "Ahem! Angkat kepala anda, Ratu Ausele. Tidak pantas seorang pemimpin sepertimu harus menundukkan kepala kepada kami, mau bagaimana juga anda bukanlah bawahan kami. Meski rasa terima kasih anda sangatlah besar, tetapi anda tidak perlu sampai menunduk seperti itu. Sebagai sesama pemimpin, diriku menganggap kita setara dalam hal kedudukan, jadi anda tidak perlu memberikan penghormatan sampai menundukkan kepala seperti itu."     

Wajah sang Ratu Abyc itu kembali terangkat kala dirinya mendengar ucapan Void, menunjukkan senyuman tulus kepada 3 pemimpin yang terkesan berbeda darinya itu.     

Lalu, Ratu Elf memecah keheningan yang tercipta sesaat itu dengan pertanyaan serius "Jadi, setelah ini apa yang akan anda lakukan? Bisa saja aliansi melibatkan banyak kerajaan dan bisa saja kerajaan anda akan benar-benar hancur jika itu terjadi ... Terlebih, kami tidak bisa menerima anda sebagai anggota aliansi kami."     

Ucapan Sylvia yang seakan menerka maksud dan tujuan datangnya Ratu itu berhasil membuat atmosfer terasa jauh lebih berat dari sebelumnya.     

Tindakan yang diluar dugaan dilakukan oleh sang Ratu memanglah terkesan sangat heroik, akan tetapi tindakannya tersebut juga bisa menjadikan bumerang bagi Kerajaannya sendiri. Ancaman nyata dari aliansi yang telah terpancing amarahnya bisa saja menghancurkan Kerajaannya, dirinya tanpa sahabat ataupun pendukung dari Kerajaan lain hanya bisa bertahan setengah mati seperti apa yang ia lakukan sebelumnya.     

"Jika Riedle sudah berkata demikian maka saya juga tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada kepemimpinan di dalam aliansi kami, karena itu kami perlu menyatukan suara untuk memutuskan dan kami sangat menghormati perbedaan pendapat diantara kami," tutur Void tiba-tiba, mendukung apa yang dinyatakan oleh Sylvia.     

Terkekeh pelan dengan raut wajah sedikit murung dengan senyuman pahit di wajahnya "Aliansi anda benar-benar dekat ya, memikirkan satu sama lain dan tak keberatan bila dilarang oleh satu orang, sungguh saya sedikit iri mendengarnya," ucap Ausele.     

"Hmm, benar, daripada disebut aliansi mungkin saya lebih suka menyebutnya keluarga," tukas Void, membuat seluruh lirikan mata orang yang ada disekitarnya teralih kepadanya.     

"Keluarga?" tanya Ausele tampak heran.     

Void mengangguk pelan seraya menjawab dengan senyuman penuh kebanggaan "Benar!" kemudian dirinya kembali berbicara "Kami menopang satu sama lain, berdiri bersama dan bangkit bersama. Saling berdebat disaat kami memiliki pendapat yang berbeda dan salah satu dari kami melerai. Saling memarahi dan memperingatkan ketika salah satu dari kami berbuat salah. Tertawa dan merasakan amarah yang sama, saling peduli dan saling melindungi. Karena itu meski secara resmi kami memanglah sekutu yang sudah terikat sejak lama, tetapi saya lebih merasa jika Negeri Dwarf dan Negeri Elf adalah keluarga saya sendiri."     

Keterikatan yang begitu kuat seakan menyebut mereka adalah aliansi merupakan sesuatu yang salah.     

Ucapan Void melelehkan suasana serius, namun disaat yang sama juga membuat suasana canggung dengan perasaan lucu dalam diri masing-masing pemimpin sekutu Kekaisaran.     

"Astaga, saya tak menyangkan kata-kata itu bisa keluar dari mulut seorang Kaisar," ucap Rielde sembari memijat keningnya.     

"Khu ... Paduka, ucapan anda benar-benar bagus ... Khukhu!" tukas Sylvia menahan tawa dengan rona merah di kedua pipinya.     

Mereka tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh sang Kaisar Iblis itu, meskipun tak ada satupun dari mereka yang sama sekali menyangkal kata-kata hati Iblis itu. Ratu dari kerajaan manusia itu juga tak bisa mendengar tawanya karena tak percaya jika seorang Iblis mampu mengatakan kata-kata yang menyentuh hatinya.     

Reaksi yang diberikan dua pemimpin itu meninggalkan sedikit rasa canggung dan malu dalam diri sang Kaisar, dirinya hanya bisa tersenyum kaku untuk menahan rasa malunya.     

Kembali berdeham tanpa alasan kemudian berbicara seakan tak terjadi apa-apa "Y--ya, kurang lebih begitu. Karena itu meskipun saya dan Tuan Riedle menerima anda, tetapi jika Ratu Sylvia tidak ingin maka kami tidak bisa memutuskannya."     

Ausele menghela napas lembut; mengakhiri tawa pelannya kemudian tersenyum tipis dan membalas "Tenang saja, saya tidak meminta hal seperti itu. Mau bagaimana juga itu bertentangan dengan jalan yang kami pilih."     

"Menjadi Kerajaan yang bebas?" potong Riedle dengan sebuah terkaan.     

Ausele mengangguk dengan yakin kemudian berkata "Benar. Kerajaan Abyc akan menjadi Kerajaan yang bebas. Kebebasan yang kami maksud adalah untuk tidak terlalu terlibat dalam konflik antar Kerajaan dan tidak akan masuk kedalam aliansi manapun yang ada di Kerajaan ini. Lalu karena kebebasan itu, kami juga tidak lagi terikat dengan segala macam peraturan aliansi yang melarang untuk berhubungan dengan Kekaisaran Iblis atau sekutunya," dirinya berdiri tiba-tiba sembari memasang wajah yang amat serius "Karena itu, kami Kerajaan Abyc memiliki rencana untuk menjalin hubungan dagang ataupun penelitian dan kerjasama dalam sektor lainnya dengan Kekaisaran Iblis, Negeri Dwarf dan Negeri Elf!"     

Sebuah perjanjian kerjasama dalam berbagai bidang, memberikan kesempatan untuk Kerajaan Abyc melangkah ke depan tanpa takut harus ketergantungan dengan 3 pemimpin yang dimusuhi aliansi itu. Sebab dengan segala perjanjian kerjasama itu memberikan sebuah peluang bagi Kerajaan Abyc untuk mempelajari pengetahuan yang dimiliki oleh Kekaisaran serta sekutunya.     

Sebuah keputusan yang mampu membuat Void menyeringai puas.     

Lalu tiba-tiba Ausele kembali berbicara; meminta izin kepada mereka "Ah lalu, Tuan Riedle, apakah bisa saya mengunjungi Negeri Dwarf nanti? Ada yang ingin saya bicarakan juga tentang senjata sihir–."     

"Katakan saja sekarang, ya kan, Riedle?" tukas Void seraya menopang wajahnya dengan kepalan tangan, dirinya tersenyum dengan angkuh bak menantang keberanian Ratu muda itu.     

Riedle pula hanya menganggukkan kepalanya tanda ia sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Void.     

"Eh? Apa tidak masalah?" tanya Ausele seraya menoleh kepada Sylvia.     

"Ya jika mereka sudah memutuskan, saya hanya bisa mengikutinya," jawab Sylvia seraya tersenyum kecut.     

"Ah, baiklah," balas Ausele kemudian kembali memasang wajah yang begitu serius, menatap lurus kearah Void "Saya ingin senjata sihir yang dikeluarkan oleh peneliti Kerajaan dan dibantu dengan teknisi dari Negeri Dwarf, menjadikan Kerajaan Abyc sebagai pemilik nama dai senjata itu secara resmi."     

Permintaan tak terduga itu membuat mata Riedle membulat untuk sesaat, kemudian berganti dengan di kening dengan raut wajah tak senang.     

"Pemilik nama?" tanya Void dengan polos.     

Riedle langsung menjelaskannya serata memberikan pertanyaan yang meminta kepastian "Dengan kata lain anda ingin senjata itu adalah murni milik Kerajaan anda meskipun teknisi Dwarf sudah membantu membuat senjata-senjata sihir itu?"     

"Benar," jawab Ausele dengan tegas "Semua itu berdasarkan atas konsep dan juga perjanjian kerjasama dimana Kerajaan kami hanya memberikan biaya untuk para teknisi, lalu konsep senjata sihir itu murni hasil dari para peniliti Kerajaan kami. Karena itu kami meminta hak resmi atas senjata sihir itu."     

Begitulah perjanjian yang dilakukan oleh Kerajaan Abyc dan Negeri Dwarf. Meski Riedle memiliki tujuan sendiri untuk mempelajari konsep-konsep alat sihir yang jauh inovatif agar dapat mempelajarinya sendiri.     

Riedle menghela napas kasar kemudian membalas ucapannya "Baiklah, karena yang tertulis di perjanjian memang demikian, kami Negeri Dwarf tidak akan mengambil nama senjata itu. Tetapi untuk pekerjaan selanjutnya, kami harap mendapatkan bagian yang lebih besar dari pekerjaan itu," ucap Riedle sembari mengingatkan sang Ratu.     

Void memotong ucapan mereka "Oho? Pekerjaan berikutnya ya ... Dengan kata lain para Dwarf sudah setuju untuk melakukan perjanjian kerjasama yang dikatakan oleh Ratu Ausele," ucap Void terdengar menggoda Riedle.     

'Oh astaga, diamlah Kaisar Void. Negeri Dwarf akhir-akhir ini hanya fokus dengan alat sihir berat, jadi kami sedikit mengabaikannya. Mungkin jika bekerja dengan Kerajaan Abyc, kami bisa mendapat sedikit alat-alat sihir hang baru," balas Riedle langsung dengan berterus terang.     

Void tertawa lepas mendengarnya "Hahahaha! Kau ternyata jujur juga, Riedle," ucap sang Kaisar terdengar kembali menggodanya.     

Helaan napas kasar terdengar kemudian lirikan mata Dwarf yang datar tertuju kearah Void bersamaan dengan sebuah pertanyaan "Lalu bagaimana dengan Kekaisaran? Saya yakin jika Kekaisaran melihat celah ini juga, kan?"     

Terkekeh Void mendengarnya "Tentu saja, tetapi untuk saat ini kami harus menunda hal itu lebih dulu. Karena ada hal lain yang jauh lebih merepotkan harus kami urus, ya sebenarnya hanya berkaitan dengan wilayah ku saja," jawab Void menuturkan alasan tak langsung meraih kerjasama dengan Kerajaan Abyc.     

Menyadari apa yang dimaksud, Ratu Sylvia menyahuti ucapannya dengan pertanyaan "Oh apakah mungkin tentang wilayah baru yang akan anda dirikan. Saya mendapat informasi jika anda sedang membangun wilayah baru dengan peraturan sendiri, benar?"     

Reidle menoleh sepenuhnya kearah sang Kaisar sedangkan ekspresi terkejut pula langsung ditunjukkan oleh Ratu Ausele.     

"Benar."     

"Tunggu, anda yakin akan melakukan itu? Bisa saja nanti akan ada kudeta lagi," sahut Riedle mengingatkan resiko paling tinggi akan perbuatan Void.     

Resiko seperti itu sudah ia ketahui, bahkan segala resiko yang terjadi apabila wilayah dengan kepemimpinan dan aturan baru itu sudah ia ketahui dengan baik. Dimulai dari menjadi resiko sarang kejahatan, serta resiko mendapatkan pengaruh dari Kerajaan lain dan memaksa mereka untuk memberontak. Segalanya telah ia ketahui sejak dirinya bersama Ink Owl merumuskan beberapa kali agar membuat negeri yang akan mereka ciptakan itu menjadi stabil dengan pengawasan penuh dari Kekaisaran secara transparan.     

Void menjawab dengan tenang "Tentu saja aku sudah mengetahui apa yang harus ku waspadai. Ink Owl serta Jenderal yang memiliki wilayah paling dekat dengan wilayah kota itu juga sudah saling berdiskusi mengenai keamanan. Pada akhrinya kota-kota itu tetap akan diawasi oleh Jenderal Iblis ku, walau ya dia hanya memeriksa keamanan kota saja."     

Dengan raut wajah pemasaran, Ausele bertanya dengan polosnya "Maaf ... Jika boleh tahu, kenapa anda repot-repot membuat sebuah Negeri baru?"     

Mata Void untuk sesaat terpaku kepada Ausele yang bertanya seolah tak memiliki beban itu, kemudian dirinya menunduk. Sementara itu Riedle memejamkan dan Ratu Elf memalingkan pandangannya seolah sama-sama menolak untuk memberitahu Ausele.     

"A--ah, maaf. Jika tidak dijawab tidak apa-apa–."     

"Tidak, aku akan bicara."     

Riedle, terutama sang Ratu Elf terkejut mendengar apa yang seharusnya dirahasiakan dari para pemimpin Kerajaan manusia itu.     

"Anda yakin?" tanya Sylvia, menunjukkan sedikit kekhawatirannya.     

"Um," Void mengangguk dengan yakin, lalu berbicara "Mau bagaimana juga nantinya Kerajaan Abyc akan terlibat sih, jadi akan kuberitahu secara singkat," Void menegakkan tubuhnya seraya memasang wajah yang sedikit murung "Kudeta."     

"Eh?"     

"3 kota di Kekaisaran melakukan kudeta secara besar-besaran. Ratusan Iblis yang terlibat tewas karena bertempur melawan pasukan penjaga Ibukota. Lalu saat kudeta itu berakhir, saya tahu jika mereka hanya dimanfaatkan. Saya berniat memaafkan mereka, tetapi penasihat saya tak setuju dan ingin seluruh penduduk kota yang melakukan kudeta harus dieksekusi."     

Wajah Ausele menegang untuk sesaat kala dirinya langsung membayangkan betapa mengerikannya hari-hari itu terjadi.     

Void tersenyum masam sembari terus bercerita "Para Iblis harus menunjukkan kesetiaannya kepada Kaisar, itu adalah hukum mutlak bagi para Iblis yang tinggal di Kekaisaran. Bagi siapa yang melanggarnya harus dihukum dan semakin berat penglhianatannya, maka hukuman yang berat pula ia terima. Tetapi bagiku ... Meski diriku Kaisar Iblis, diriku masih memiliki hati. Akhirnya aku mencari hukuman lain meski tak seimbang dengan hukuman berat itu, tetapi hukuman yang kuberikan sangatlah pantas mereka terima. Yaitu dengan menyatukan 3 kota itu menjadi satu wilayah baru yang nantinya akan dipimpin oleh seorang Iblis yang dipilih oleh rakyatnya. Dengan sistem pemerintahan yang berbeda ini diriku ingin melihat sejauh mana mereka bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan Kekaisaran," tutur Void meninggalkan sebuah keheningan yang cukup panjang diantara 4 penguasa wilayah itu.     

Namun ekspresi yang ditunjukkan oleh Ratu Ausele jauh berbeda dari sebelumnya, matanya membulat dengan ekspresi tampak terkejut. Perasaan dalam dirinya yang berdebar kencang tak karuan mendengar cerita singkat yang diberitahukan oleh sang Kaisar Iblis agung. Kaisar Iblis yang dikatakan kejam dan tak memiliki hati, amatlah berbeda setelah ia melihat dan mendengar langsung apa yang ia katakan.     

"Anda mengagumkan, Kaisar Void," ucap Ausele tiba-tiba.     

Ekspresi sang Kaisar tampak terkejut, tatapan dua sekutunya juga melirik dengan rasa penasaran.     

"Apa maksud anda?" tanya Void.     

"Keputusan anda sangat bijak, saya mengerti jika mungkin ada orang yang lebih pantas menerima amarah anda dibandingkan penduduk kota. Karena itu saya kagum dengan kebijaksanaan anda yang memutuskan untuk mengampuni penduduk anda meski telah mengkhianati anda. Benar-benar jauh berbeda dari apa yang saya dengar selama ini," tutur Ausele kemudian tersenyum manis kearah sang Kaisar.     

Sorot mata sang Kaisar tanpa sadar terpaku untuk beberapa saat melihat senyuman Ausele, hingga deham Riedle membangunkan lamunannya.     

"Ahem!"     

"A--ah! Begitu! Terima kasih atas pujian anda, Ratu Ausele."     

Disisi lain tingkah mencurigakan sang Kaisar membuat Sylvia tertawa meski harus ia tahan untuk menjaga kehormatan sang Kaisar.     

Rasa canggung yang melanda dirinya memaksa Void untuk mencari sebuah topik lain, hingga ia memutuskan membahas kembali negeri barunya.     

"Umm ... Ya, Tapi ya, aku memutuskan itu bukan hanya karena kasihan. Tetapi aku juga memiliki rencana lain dimana aku akan melakukan segala eksperimen disana," tambah Void lagi.     

"Eksperimen?" tanya Riedle seraya meliriknya dengan rasa curiga.     

"Bukan sesuatu yang berbahaya," jawab Void langsung meluruskan kesalahpahaman.     

"Lalu seperti apa, paduka Void?" tanya Ausele, ia merubah panggilan sang Kaisar tanpa sadar.     

Sang Kaisar memegang dagu seraya bergumam singkat "Hmm, benar," lalu seringai terukir jelas di wajahnya, seringai yang begitu licik dari sejauh apa yang pernah Ausele lihat "Contohnya untuk mendekatkan diri dengan manusia ..."     

Sebuah rencana yang tak pernah terpikirkan bahkan tak bisa dipercayai oleh Ausele, diucapkan dengan jelas oleh sang Kaisar.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.