Chapter 112 - Kebangkitan Kerajaan Abyc
Chapter 112 - Kebangkitan Kerajaan Abyc
Antusiasme mereka yang sangat kuat begitu terasa pada sosok Iblis yang pula sama bahagiannya kala melihat para manusia yang merayakan festival yang mereka buat. Rasa ingin bergabung dengan penyamaran manusia juga tak bisa ia tahan, namun sayangnya Iblis itu harus bersabar jauh lebih lama lagi hingga fajar melewati cakrawala dan berganti dengan langit gelap dihiasi untaian bulan dan bintang.
Tidak ada alasan khusus hingga dirinya harus menahan keinginannya itu, hanya saja dirinya ingin menunggu seorang manusia yang tengah tak sadarkan diri setelah pertarungan yang tak bisa dia menangkan.
Edward menatap lurus ke depan dengan wajah tegas kala melihat keluar jendela; kejauhan tampak tembok yang menjadi pembatas antara Kerajaan Abyc dan juga Kerajaan Hertia. Angin berhembus menerpa dirinya, namun ekspresinya tak goyah sedikitpun.
Kala ia terbenam dalam lamunannya, perkataan sang Developer.
''Dunia ini sedikit berbeda daripada dunia game yang kau mainkan, aku memberikan sedikit penyesuaian.'
'Kau dapat menemukan jalan mu sendiri.'
Edward memahami apa maksud perkataannya, dunia dari game yang ia mainkan hari itu tidaklah sama dengan dunia yang ia pijaki hari ini, mereka memiliki kesamaan tetapi jalan cerita dunia ini akan sangat berbeda seperti apa yang pernah ia duga.
'Dunia ini memanglah dunia dari game itu, tetapi seperti yang kuduga jalan ceritanya akan berbeda tergantung bagaimana diriku bertindak ... Meski ada kemungkinan jika Kaisar itu juga melakukan apa yang seperti yang kulakukan hari ini, tetapi pastinya masalah ini juga datang kepadanya. Tapi untuk saat ini aku akan menganggap apa yang kulakukan itu benar,' pikirnya menuturkan segala kemungkinan yang terjadi antara dirinya juga sang Kaisar yang telah tidak ada.
Jiwa sang Kaisar telah tidak ada, tetapi emosi dalam tubuhnya masih melekat kuat.
Kata-kata itu juga keluar dari mulut sang Developer, Edward menyentuh dadanya seraya memejamkan mata seakan mencoba memahami meski ia sudah mengerti maksud dari ucapannya.
"Bagaimana ... bagaimana misalnya emosi Kaisar merasuki ku? lalu ... apa yang terjadi kepadaku?" gumam Edward memikirkan hal yang paling menakutkan di dalam dirinya.
Kala dirinya bergumam, suara erangan pelan ia dengar hingga matanya langsung tertuju kepada seorang manusia yang tubuhnya dibalut oleh kain kasa. Dirinya kemudian terbangun dengan keadaan setengah sadar lalu pandangannya menyisir ke seluruh ruangan seakan tengah mengidentifikasi dimana ia berada.
Edward dengan santai menyapanya "Yo, apa kau baik-baik saja?"
Mendengar suara yang tak asing di telinganya, lelaki itu menoleh perlahan le arahnya dengan keruta di keninya. matanya yang kabur perlahan melihat dengan jelas sosok lelaki bertanduk dengan rambut perak dan lambang Kekaisaran Iblis di dada kirinya.
"Tuan Edward!? Aw–."
Matanya terbelalak kala melihat sosok Iblis itu hingga mencoba berdiri meski masih belum mampu. Edward tanpa berkata-kata kecuali senyuman tipis yang terukir di wajahnya, ia mendekat lalu memegang kedua pundak Loyd dan mendorongnya perlahan untuk kembali terduduk di atas ranjang.
"Kenapa anda ada disini!? lalu dimana ini? dan bagaimana–."
"Astaga tenanglah."
Ucapan Loyd terpotong dengan perkataan Edward yang terdengar lelah.
"Pertama ini adalah ruang rawat Istana yang ada di bagian timur Istana lantai 2, lalu aku disini untuk menyelesaikan urusan ku lalu menunggu mu bangun, jika kau bertanya bagaimana kejadian semalam? ah ... ya singkatnya semuanya sudah berakhir, mungkin nanti akan ada yang menjelaskannya kepadamu."
Penuturan yang begitu lengkap meski akhirnya tak jelas, membuat petinggi muda itu terdiam dengan ekspresi bingung yang tergambar jelas di wajahnya.
"Semuanya ... berakhir?"
Pertanyaan Loyd dibalas dengan anggukan serta senyuman tipis Iblis itu. Meski itu tidak meninggalkan perasaan lega dalam dirinya, rasa penasarannya justru semakin meluap kala mendengar semua yang terjadi semalam telah berakhir.
Lalu, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka semua.
"Masuklah," ucap Edward seakan ia yang memiliki izin atas ruangan itu.
Pintu terbuka perlahan, menunjukkan sesosok gadis berambut pirang panjang mengenakan gaun biru dengan renda putih yang amat serasi dengan ciri khas Kerajaannya.
"A—anda ..."
Mulut Loyd ternganga dengan mata yang membulat sempurna, terasa begitu sesak hatinya menahan perasaan yang selama ini ia pendam. Selalu percaya, setiap hari dirinya tak warnah menganggap jika gadis itu telah tiada. Kini apa yang ia percayai itu sama sekali tidak sia-sia, penantian dan kesetiannya seakan terbayarkan dengan melihat sosok gadis di depannya.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Loyd."
"Putri ... Ausele,"
Edward langsung menyela ucapannya.
"Bukan putri, Ratu."
"Eh!? Ratu!?"
Terkekeh gadis itu melihat reaksi berlebihan Loyd, kemudian ia menjalan mendekatinya sementara itu Edward mengambilkan kursi untuknya duduk.
Kala matahari telah meninggi dan tepat beberapa jam setelah pertemuan dengan Kekaisaran berakhir, para petinggi memutuskan untuk mempercepat pengangkatan kepemimpinan baru Kerajaan dimana Putri Ausele diangkat menjadi Ratu Ausele von Abycal yang akan menjadi pemimpin baru Kerajaan Abyc.
Mereka memutuskan hal itu dengan cepat dengan beberapa alasan, salah satunya adalah agar para Kerajaan sekutu lainnya tak bisa meremehkan Kerajaan Abyc yang baru saja
"Terima kasih, Tuan Edward," ucap Ausele setelah duduk dikursi itu.
Dengan raut wajah kebingungan, Loyd menatap Edward dan Ratu barunya seakan bertanya-tanya kepada mereka. Namun sebelum pertanyaan itu keluar dari mulutnya, Ausele menjelaskan lebih dulu segala yang terjadi kepada Kerajaan mereka dan juga alasan kenapa petinggi Kekaisaran berada disini. Tentu dengan segala perjanjian rahasia sebelum pangeran tiba di Ibukota.
"Be-begitu. Berkat bantuan Kekaisaran Iblis, kita semua bisa mempertahankan Kerajaan ini ya ... Tapi apa tidak masalah jika seperti itu? A-ah maaf jika tidak sopan, saya tidak bermaskud mengatakannya. Hanya saja saya berpikir apa yang akan dipikirkan oleh kerajaan sekutu lainnya?"
Ausele terdiam sejenak mendengar hal itu, ekspresi ya tak berubah tetapi matanya seakan menunjukkan jika ia telah memikirkan hal seperti itu.
"Tenang saja, mereka tidak memiliki banyak bukti jika kita bekerja sama dengan Kekaisaran. Karena Kekaisaran juga memiliki tujuan untuk membawa Ka–. Pangeran Raudels karena perbuatannya," tutur Ausele dengan sedikit tegas.
Dengan wajah kebingungan, lagi, ia bertanya "Kenapa?"
Edward langsung menjawab pertanyaannya "Kekaisaran memiliki aturan untuk melarang perbudakan, sayang sekali pangeran terlibat dengan perbudakan. Karena itu aku akan membawa pangeran itu pergi untuk melihat-lihat penjara Kekaisaran."
Edward tersenyum lebar seakan-akan itu hal yang biasa untuk dibicarakan, meski itu berada di depan adiknya.
"Eeh!? Itu–."
Mata Loyd beralih kepada Ausele dengan tatapan simpatik, namun sang Ratu baru Kerajaan Abyc itu justru terkekeh pelan mendengar ucapan Edward hingga membuat Loy terkejut.
"Ya kalau sudah seperti itu mau bagaimana lagi," balas Ausele seraya tersenyum tipis "Berbahaya juga bagi Kerajaan Abyc jika menolak keinginan Kekaisara," lanjutnya.
Mendengar sesuatu yang tak ia ketahui, Loyd kembali bertanya "Memang ... apa yang akan dilakukan oleh Kekaisaran jika kita kita menurutinya?"
Edward menjawab seraya menyeringai angkuh "Kalau itu ... Kekaisaran tidak akan segan untuk melakukan invasi kepada Kerajaan Abyc."
Wajah Loyd dalam sekejap menegang tak karuan, amarah dalam sekejap memuncak hingga ke kepalanya dan tergambar jelas di wajahnya.
"Apa-apaan itu!?"
Namun sang Ratu berusaha menenangkannya.
"Tidak apa, Loyd."
"Tapi Ratu."
Edward kembali terkekeh mendengarnya, tertawa begitu puas seakan menertawakan amarah Loyd yang meledak tertuju jelas kepada ucapannya.
"Kau pun berpikiran sama seperti mereka ya ... Loyd."
"Mereka?"
"Benar, aku mengerti kau juga menganggap tindakan kami berlebihan. Tetapi kami tidak peduli dengan anggapan seperti itu, kau tau? Kami akan bersikap tegas kepada siapapun yang bermain-main dengan peraturan di Kekaisaran. Karena itu apabila ada keluarga kerajaan yang mencoba menutupi keterlibatan seseorang yang ada di dekatnya melanggar peraturan di Kekaisaran, maka Kekaisaran akan mengambil langkah serius kepada Kerajaan itu," tutur Edward dengan tegas kepada petinggi muda itu.
Dirinya mengerti hal itu, tetapi ada sisi dirinya yang lain masih tidak bisa terima dengan keputusan itu.
"Apa invasi salah satu ya?" tanya Loyd sekali lagi dengan wajah bingung dan serius yang bercampur.
Edward dengan seringai angkuhnya pun berkata "Benar sekali. Bila keluarga kerajaan menolak untuk bekerja sama, maka Kekaisaran tidak memiliki pilihan lain selain menganggap Kerajaan itu sepenuhnya terlibat dalam melanggar aturan Kekaisaran. Kalian juga tidak ingin, kan? Bila ada seseorang yang sembarangan melanggar aturan Kerajaan kalian?"
Loyd langsung bertanya kembali dengan nada tinggi.
"Tapi menurut saya invasi bukan cara yang benar."
"Heh, itu menurutmu bukan Kekaisaran?"
"...!"
Loyd tak bisa berkata apa-apa lagi selain emosi yang memaksanya untuk menentang tindakan Kekaisaran. Sedangkan Edward, tersenyum angkuh sejak awal seakan tahu jika dirinya akan memenangkan perdebatan kecil itu.
Hingga suara satu tepukan tangan sang Putri menggema dan mengalihkan perdebatan panas mereka.
"Baiklah berhenti disana. Loyd, sebagai petinggi seharusnya kamu mengerti bila setiap Negeri memiliki aturannya sendiri maupun aturan khusus sendiri, kan? Meski terdengar sangat sembarangan tetapi selama tidak ada yang bermain-main dengan aturan mereka, maka negeri itu juga tidak akan melakukan tindakan sembarang itu, benarkan Tuan Edward?" tutur Ausele kemudian mengalihkannya kepada Iblis bermabut perak itu.
"Benar sekali, Ratu Ausele. Meski kami adalah sosok yang kalian kenal sebagai sosok yang kejam. Tetapi kami juga memiliki kehormatan, karena itu kami akan mengikuti segala macam langkah sebelum mencap sebuah Kerajaan sebagai musuh kami. Tapi, jika Kerajaan lain tidak mengganggu kami maka kami tidak akan protes. Bahkan jika ada yang ingin menjalin kerjasama dengan kami pun akan kami pikirkan, benar, misalnya saat Hugo meminta Kekaisaran untuk memasukan Kerajaan Abyc ke dalam Aliansi Kekaisaran. Meski permintaannya sudah jelas sangat sulit untuk diterima, tetapi kami masih memikirkan dan mempertimbangkan banyak hal. Hingga kami memantau secara diam-diam Kerajaan kalian lalu tak sengaja bertemu dengan Ratu Ausele," tutur Edward menunjukkan seberapa besar kemurahan hati Kekaisaran kepada Kerajaan-kerajaan manusia yang sudah jelas membenci Kekaisaran.
Terdiam lelaki manusia itu seakan kehabisan kata-kata, dirinya tak bisa membantah ucapan Edward sama sekali sebab apa yang dikatakannya amat masuk akal. Jika Kekaisaran mengabaikan permintaan mereka, lantas apa urusan mereka datang ke tanah ini sebelum bertemu putri? Begitu pikirnya hingga mengubah seluruh pemikirannya, walau ada rasa tak terima juga dengan tindakan Kekaisaran.
"Baiklah saya mengerti. Mau dimana pun Pangeran berada, pada akhirnya Pangeran akan mendapat hukuman berat juga, jadi saya akan berhenti protes," tukas Loyd akhirnya menyerah dengan kerasnya petinggi Kekaisaran itu.
Edward membalas ucapannya dikala sang Ratu terkekeh karena reaksinya yang dalam sekejap langsung melemas.
"Terima kasih atas pengertian anda, Tuan Loyd."
Langit telah berganti sepenuhnya menjadi gelap berhias bintang dan rembulan, pemandangan padang rumput yang lapang begitu menyejukkan dan menenangkan hati Edward kala ia kembali melihat keluar Jendela.
Hingga terlintas di kepalanya sebuah pertanyaan yang langsung diteruskan ke mulutnya "Ratu, bukankah berbahaya jika kastil belakang kastil ini adalah padang rumput? Kalian bisa diserang dari belakang, loh?"
Tanpa kebingungan sama sekali, Sang Ratu muda itu membalasnya "Eh? Ah ya, saya ingat kalau Ayah saya, raja sebelumnya pernah merencanakan untuk membangun parit besar atau perencanaan lainnya akan memperluas Ibukota, benarkan Loyd?"
"Benar sekali, yang mulia," sahut Loyd tanpa keraguan "Sebelumnya memang sudah ada perencanaan tetapi ... Yah, kejadian mengejutkan ini terjadi hingga mengacaukan semua perencanaan yang telah disusun," lanjutnya dengan mengeluh atas hasil usahanya serta petinggi lain yang kacau balau.
"Be-begitu, sayang sekali ya," balas Edward menaruh simpatik dalam ucapannya, kemudian dirinya kembali menghadap kearah Ausele juga Loyd "Kalau begitu sampai sini saja, Tuan Loyd juga sepertinya telah pulih. Jadi Ratu, Tuan Loyd."
Loyd langsung bertanya penasaran "Anda ingin kembali ke Kekaisaran?"
"Benar sekali," jawab Edward seraya menganggukkan kepalanya "Saya juga memiliki urusan yang harus saya selesaikan. Jaga diri kalian, Ratu Ausele, Tuan Loyd. Lalu Ratu, jangan lupakan peringatan saya. Hati manusia sangat rapuh, jadi mereka bisa saja bersikap berbeda kepada anda," tambah Edward, juga mengingatkan kembali akan kewaspadaan sang Ratu muda itu.
Ausele mengangguk dengan wajah serius "Saya mengerti, Tuan Edward. Saya akan lebih berhati-hati."
Mengatakan hal yang lagi-lagi tak ia mengerti, Loyd memberikan tatapan penuh pertanyaan kepada Iblis dan juga Ratunya yang tampak mewaspadai sesuatu yang amat berbahaya.
"Lalu Tuan Loyd," Edward memanggil namanya sembari berjalan mendekati ya lalu memegang sebelah pundaknya dengan satu tangan "Anda harus bekerja lebih keras kali ini, apalagi putri Ausele sudah menjadi Ratu, pasti akan menjadi tantangan sulit untukmu, ya," ucap Iblis itu lagi terdengar tak jelas, kemudian ia berjalan menuju pintu tanpa melepaskan senyuman penuh arti "Kalau begitu saya permisi, saya akan pergi dengan teleportasi bersama pelayan saya jadi anda tidak perlu mengantar. Sampai jumpa," ucap Edward lagi kemudian menutup pintu meninggalkan mereka berdua di dalam.
Sang petinggi muda masih dibuat kebingungan, sedangkan sang Ratu memahami dengan jelas maksud dari perkataan Iblis itu sebelumnya hingga berhasil membuatnya sedikit merona.
"Ah, tanpa dia katakan pun saya akan bekerja keras, tapi apa maksudnya dengan anda?"
Sayang sekali lambatnya berpikir sang petinggi itu tentang perasaan orang lain menghancurkan segalanya, rona merah di wajah Ausele dalam sekejap menghilang dan mengeluarkan helaan napas pelan tanda kecewanya.
Kemudian Ausele berkata seraya dengan entengnya memukul pundak Loyd yang masih terluka.
"Tidak, seperti yang Tuan Edward katakan, mulai sekarang kamu harus bekerja keras lagi."
"A—aw!"
"Fufu~"
Ausele tertawa pelan melihat reaksi Loyd yang berusaha menahan rasa sakitnya, suara yang sudah lama tak ia dengar pula. Beberapa bulan sudah berlalu sejak sang Putri dinyatakan tiada karena kecelakaan, selama itu juga mereka tak bertemu sekian lama dan hari ini mereka dipertemukan kembali dalam kecanggungan yang luar biasa.
Kala Iblis yang serampangan dalam bicara itu tidak ada, mereka berdua hanya menunduk karena tak tahu apa yang harus mereka bicarakan setelah sekian lama.
Saat ini yang mereka lakukan hanyalah mengingat kembali apa yang sering mereka bicarakan dulu.
Loyd mengambil napas singkat lalu lebih dulu berbicara
"Putr–. Tidak, yang mulia. Saya sangat bersyukur bisa melihat anda kembali, ketika saya mendengar jika anda sudah tidak kecelakaan sejujurnya saya benar-benar syok dan takut. Tetapi disaat yang sama juga saya tidak percaya, terlebih anda dimakamkan secara diam-diam oleh keluarga Kerajaan. Karena itu sampai sekarang saya percaya jika anda–."
Tangannya dengan lembut digenggam oleh sang Ratu. Perlahan wajah mereka terangkat bersama-sama dan saling menatap.
"Aku tahu itu, Loyd. Aku selalu mengawasi mu dan para petinggi lainnya secara diam-diam."
"Eh sungguh?"
Sang putri mengangguk pelan, lalu sedikit demi sedikit melebarkan senyumannya.
"Um, lalu aku juga senang karena kamu masih memikirkan ku. Aku benar-benar senang, Loyd."
Senyuman yang ia rindukan, senyuman paling indah yang lelaki itu kihat dalam hidupnya. Tanpa sadar, air mata menetes keluar dari pelupuk matanya. Bukanlah kesedihan yang ia tunjukkan, tetapi perasaan lega ketika dirinya benar-benar melihat gadis yang ia harapkan untuk selalu hidup benar-benar telah kembali.
"Putri ... Ah, penampilan buruk saya dilihat putri ... Tapi sungguh saya merasa lega, terima kasih."
Suasana haru menyerbak dalam ruangan, masing-masing dari mereka melupakan kedudukan mereka masing-masing dan bertukar perasaan lega. Hingga mereka pun mengizinkan satu hal yang seharusnya tak bisa mereka lakukan karena kedudukan mereka.
"Lo--loyd, bisakah kamu menyebut nama ku disaat ... Umm, saat kita hanya berdua?" pinta Ausele dengan ragu-ragu
Wajah Loyd dalam sekejap merona malu mendengar permintaannya, ia tahu jika itu tidak diperbolehkan dan sangat tidak sopan, terlebih Ausele telah menjadi Ratu.
Namun keegoisan lelaki itu berhasil mengalahkan kewarasannya "Ba—baiklah jika itu yang anda inginkan, yang–. Ah tidak, Ausele,"
Senyuman bahagianya berubah menjadi malu-malu kucing, hanya anggukan dan tawa pelan yang keluar dari Ratu muda itu.
Dalam waktu singkat semua itupun berkahir, kemudian sang Ratu melepaskan genggamannya lalu berjalan menuju jendela yang terbuka.
"Yang mulia, sekarang bagaimana? Lalu apa maksud perkataan Tuan Edward?"
Raut wajah Ausele dalam sekejap menjadi datat mendengar ucapan Edward.
"A—ah maksud ku, Ausele," tambah lelaki itu memperbaiki penyebutannya.
Hanya hal kecil seperti itu, senyuman bahagia Ausele terlukis jelas di wajahnya. Kemudian dirinya pun menjawab.
"Seperti yang dikatakan Tuan Edward, kita harus mewaspadai berbagai pihak. Negeri Elf mungkin menjadi pengecualian, tetapi sekutu-sekutu kita mungkin akan bergerak diam-diam," tutur Ausele kepada lelaki itu.
"Sekutu? Kenapa mereka harus diwaspadai?" tanya Loyd lagi semakin keheranan.
"Seperti yang kamu katakan sebelumnya, kita sudah berhubungan dengan Iblis walau kita menjelaskannya tetapi mereka mungkin tak akan mendengarkan kita. Hati manusia itu rapuh, sekutu kita bisa saja dalam sekejap menjadi musuh," balas Ausele kembali menjelaskannya.
Wajah Loyd menegang dalam sekejap, tak menerima perkataan itu.
"Tidak mungkin!"
"Benar sekali, ucapannya bisa saja hanya hasutan para Iblis untuk membuat kita membelot dari aliansi. Tapi kenyataannya, mereka dengan mudah terhasut oleh Kakak. Tadi malam mereka hampir menyerang kita! Karena itu sekarang aku meragukan mereka semua."
Ausele langsung membantah ketidakpercayaan Loyd, membuatnya tersiam dan hanya bisa mengeratkan giginya.
Ausele pun berdiri di depannya kemudian memegang tangannya "Karena itu Loyd, kita harus berjuang ... Kita semua, para petinggi lainnya juga para penduduk kota, kita harus memperjuangkan tanah kita! Semua ini belum berakhir, jadi bersiaplah untuk kemungkinan terburuknya!" tegas Ratu muda itu kepada petingginya.
Loyd tidak memiliki alasan lain untuk menolak, dirinya menundukkan kepala kemudian menunjukkan rasa hormatnya dengan menjawab patuh akan perintah Ratu muda itu.
Setelahnya Kerajaan Abyc diam-diam meningkatkan kesiagaan militernya dan disaat yang sama juga mulai berbenah diri dengan jumlah menteri seadanya, karena para menteri lainnya tak diterima sebab diduga telah berkomplot dengan sang Pangeran. Kesigapan seorang petinggi muda dengan berbagai terobosan untuk mengakhiri permasalahan yang melilit kerajaan sejak lama, memperbaiki pasar mereka dan lebih memasukkan alat-alat sihir yang kini jauh lebih bernilai daripada nilai jual sayuran dan buah-buahan juga perikanan yang selama ini mereka andalkan, berkat hal itu dalam hitungan minggu Kerajaan Abyc dapat pulih dengan cepat.
Hingga sesuai dugaan, para anggota aliansi yang diikuti Kerajaan Abyc mulai bergerak dan mencurigai Abyc dengan menuduhnya telah berkomplot dengan Kekaisaran, hingga bersiap untuk melancarkan serangan militer.
Sedangkan itu sebelum hari mereka mengancam, Kekaisaran telah menerima surat dari Kerajaan Hertia jika mereka meminta untuk tidak ikut campur dalam urusan mereka dengan Kerajaan Abyc dengan menganggap itu adalah urusan dalam aliansi.
Hingga hasilnya, Void pun tak membalas ataupun memberikan dorongan untuk Kerajaan Abyc. Melalui Negeri Elf, dirinya hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh Kerajaan Abyc.
Ia meminta kepada Negeri Elf untuk kembali waspada seraya mengawasi permasalah di Kerajaan Abyc, lagi. Meski sebenarnya sudah sejak lama ia meminta atau tepatnya memohon kepada sang Ratu untuk mengawasi Kerajaan itu untuk berbagai alasan. Hingga Negeri yang sangat membenci manusia itupun mau melakukannya.
Pergolakan di selatan benua pun akhirnya terjadi, Kerajaan Abyc harus berterima kasih atas peringatan Edward sebelumnya sebab mereka bisa waspada lebih cepat. Sesuai dugaan, invasi dilakukan atas dasar kedisiplinan anggota aliansi dengan mengurangi sebagian kekuatan militer juga luas kekuasannya.
Hukuman yang amat kejam dan tidak adil hingga membuat seluruh bagian tubuh Kerajaan Abyc murka besar dan menunjukkan perlawanan telak terhadap 3 Kerajaan yang kini benar-benar menginvasi mereka. Seluruh bagian masyarakat dan para mantan petualang bersatu menjadi prajurit Kerajaan Abyc. Mereka melakukan berbagai strategi dan menggunakan alat-alat sihir yang hari itu juga Kerajaaj Abyc telah mengembangkan senjata-senjata sihir.
To be continue