Chapter 160 -
Chapter 160 -
"Jika kami melanggar ... Maka kerajaan di benua bagian timur juga akan menjadi musuh kami, benar?" potong sang Kaisar memberikan dugaan terkuatnya, menyempurnakan potongan kecurigaan siapa yang ada dibalik kesepakatan ini.
Ratu tertawa pelan "Benar sekali," jawabnya dengan raut wajah begitu licik hingga membuat Scintia sebagai pelayan pribadi sang Kaisar menjadi marah karena Ratu itu menunjukkan ekor rubahnya.
"Beraninya anda–"
"Scintia, diam."
"Tetapi dia sangat licik, padahal Kekaisaran sudah membantu–"
"Scintia."
Mulut Scintia terbungkam seketika ketika sang Kaisar menoleh kearahnya seraya menyebutkan namanya.
"Dalam situasi seperti ini ... Tidak, dalam menjalin hubungan dengan negeri lain, berbuat sesuatu yang licik sudah menjadi sangat wajar. Kita pun melakukannya, Scintia. Jadi tidak heran jika Ratu Ausele yang bisa mengatur wilayahnya menjadi stabil di usia muda, bisa melakukan tindakan seperti ini. Jadi kau tidak perlu marah," terang sang Kaisar kepada pelayan pribadinya, hanya ada kata maaf yang keluar dari mulut Scintia setelahnya.
Void menghela napas kemudian membalas seraya melukiskan senyuman tipis di wajahnya "Baiklah, saya mengerti. Sejak awal, kami juga sebenarnya tidak memiliki rencana untuk menyerang Abyc. Saya pribadi sudah menganggap anda sebagai rekan saya, Ratu Ausele. Jadi saya tidak ingin merusak persahabatan Kekaisaran dan Kerajaan Abyc ... Tetapi apa anda yakin?"
Baru bernapas lega, sang Ratu dibuat bingung dengan pertanyaan sang Kaisar "Tentang apa?"
"Aliansi ... Setelah saya menandatangani ini maka saya tidak bisa membiarkan militer saya menginjakkan kaki di tanah Abyc, benar? Bagaimana jika suatu saat anda justru membiarkan mereka lewat atau buruknya mereka menginvasi anda untuk menerobos dan membuka Medan perang di selatan? Apakah anda bisa menjamin jika anda bisa bertahan dari itu semua? Saya juga sebenarnya ragu menandatangani ini karena permasalahan yang mungkin bisa terjadi ini Ratu Ausele."
"Tenang saja, Kaisar Void. Bukan hanya anda saja yang dikirimi surat ini, tetapi juga aliansi. Saya yakin mereka pasti akan menuruti apa yang saya inginkan."
**
Serangan pasukan aliansi kepada Kota Roshi memberikan dampak besar kepada pasukan Kekaisaran, meski demikian berkat sergapan pasukan yang bersembunyi dibutan dan intervensi pasukan udara persekutuan Kekaisaran berhasil dilakukan dan membuat pasukan Aliansi mundur melalui jalur.
Karena jumlah pasukan persekutuan Kekaisaran tidak banyak di belakang mereka, membuat mereka mudah menerobos dan kembali ke kota mereka.
Kota Roshi bertahan, tetapi ribuan pasukan Kekaisaran meregang nyawa dan tembok-tembok kota jadi memiliki banyak lubang karena serangan unit lapis baja aliansi. Serangan bertubi-tubi mereka lepaskan, para penyihir tak bisa menahan serangan proyektil meriam dengan sihir mereka sehingga mereka hancur bersama dengan dinding Kota yang mereka lindungi.
Persekutuan Kekaisaran berhasil memukul mundur dengan bertarung sekuat tenaga, tetapi disaat yang sama ada peristiwa yang terjadi diluar rencana Tenerbis. Sekelompok warga membebaskan pasukan aliansi yang ditahan di kota, mencuri pedang milik persekutuan dan mengangkat pedang mereka dari dalam. Mereka melakukan pemberontakan, memberikan serangan sengit hingga nyaris Kekaisaran kehilangan kendali.
Namun beruntung bala bantuan yang sudah dijadwalkan sebelum serangan terjadi datang disaat yang tepat dari arah perbatasan Uridonia dan Persatuan Negeri Dwarf. Kedatangan mereka menekan pasukan pemberontak dan mengeliminasi tanpa ampun meski tahu mereka adalah penduduk yang seharusnya tak boleh mereka lukai atas dasar perinrah sang Kaisar, namun sang Kaisar memberikan perintah lain; mereka diizinkan untuk membunuh penduduk apabila mereka melawan atau melakukan tindakan pemberontakan yang terorganisir. Karena itu prajurit yang disana tidak akan mendapat hukuman.
Mereka yang memberontak langsung dipenggal, mereka yang tidak terlibat akan diabaikan. Lalu keamanan kota diperketat dan persekutuan Kekaisaran semakin menumpuk pasukan disana setelah perang itu terjadi.
Jauh dari medan perang, Ink Owl yang menggantikan posisi sang Kaisar untuk menyaksikan peperangan disana terus menggoreskan pena diatas kertas. Dia mencatat segala hal yang ia lihat tentang apa yang terjadi di medan perang Uridonia, kemudian akan ia berikan kepada sang Kaisar yang juga jauh dari markas pusat.
Seharusnya perginya sang Kaisar agung bisa meringankan suasana, tetapi kepergiannya justru membuat suasana jauh terasa lebih berat. Semua itu tidak lain tidak bukan adalah karena keberadaan Ink Owl yang memiliki sikap jauh lebih tegas dalam masa serius kepada para Jenderal Iblis lainnya.
Ketika burung hantu itu menghela napas, bola mata Tenerbis yang tadinya memandangi layar hologram langsung teralih kepada sang penasihat Kaisar itu.
"Rencana anda begitu efektif, Tuan Tenerbis. Anda bisa membuat musuh gagal melakukan penaklukan kota, semuanya berjalan dengan baik ... Tetapi sepertinya ada beberapa hal yang anda lewatkan, benar? Apa anda tahu apa itu?"
Sebuah ulasan disertai kritik yang dibalut pertanyaan dilemparkan Ink Owl kepada Tenerbis. Mendengar suara khasnya yang terdengar ringan membuat Tenerbis menoleh kearahnya.
"Ya, perkiraan saya meleset. Saya berpikir mereka akan menyerah, tetapi mereka justru–"
"Bukan itu ... Tentang pemberontakan."
Menajam lirikan Tenerbis, ucapannya langsung dipotong oleh Ink Owl yang telah melihat celah paling beresiko dalam rencana Tenerbis. Segalanya bisa berubah dalam pertempuran itu apabila pemberontakan itu berhasil dilakukan dan persekutuan Kekaisaran akan mengalami kekalahan pertamanya dalam pertempuran besar.
"Dalam pertempuran sebelumnya, saya melihat anda tidak menyiapkan antisipasi apapun terhadap pemberontakan itu, benar? Seharusnya anda sadar jika manusia-manusia itu tidak mungkin tunduk kepada kita dan mereka bisa saja mencengkram kita dari belakang, lantas kenapa anda melupakan hal paling fatal itu? Apakah anda sadar jika Kota itu menjadi titik paling vital bagi persekutuan kita di tanah Uridonia?"
Dicerca berbagai pertanyaan, Tenerbis kemudian menjawabnya dengan tegas:
"Saya sudah perkirakan jika hal itu akan terjadi, Tuan Ink Owl."
Mengkerutlah kening burung hantu itu mendengar ucapan sang ahli strategi yang terdengar sangat kontradiksi dengan kejadian sesungguhnya.
"Jika anda tahu, kenapa saya sama sekali tidak melihat pencegahan untuk pemberontakan? Justru saya melihat di pertempuran sebelumnya jika prajurit kita nyaris kalah oleh para pemberontak."
"Karena paduka tidak membiarkan saya memberi perintah untuk memperketat pengawasan penduduk. Pasukan kita sangat kurang di Kota Roshi, hanya cukup untuk menahan serangan sebelumnya. Karena itu tak banyak pasukan yang bisa melayani para pemberontak, pada akhirnya atas izin paduka dan para penguasa, kami mengirimkan bala bantuan dari garis perbatasan jauh lebih cepat dari apa yang sudah direncanakan."
"Apa...?"
Ketegangan diantara dua jenderal semakin terasa berat, dua penguasa di samping Ink Owl pula diam tak berkata. Entah tak berani menyela atau mereka hanya ingin menyaksikan dua Jenderal Iblis kekaisaran yang saling beradu argumen.
Mata Ink Owl menajam, ekspresinya tampak sangat tak senang selepas mendengar Kaisar dibawa-bawa dalam pembelaan Tenerbis.
"Beraninya kau membawa padu–"
Cahaya berwarna kebiruan tiba-tiba muncul di dekat pintu, dibaliknya terdapat dua orang pelayan dan juga seorang tuan mereka.
"Maaf karena saya pergi terlalu lama, saya datang membawa ... Hmm? Ada apa? Kenapa suasanannya canggung sekali?"
Sang Kaisar tiba disaat yang tepat, mengkerut kening ya merasakan suasana berat disertai tatapan mereka yang tertuju kepadanya.
"Oh paduka Void, akhirnya anda kembali," sambut Riedle dengan suara beratnya.
"Tapi mungkin seharusnya anda datang sedikit lebih lama lagi, karena hal yang menarik baru saja akan terjadi," sahut sang Ratu dengan senyuman tipis penuh arti.
Semakin mengkerut kening sang Kaisar mendengar kalimat mencurigakan yang keluar dari mulut sang Ratu Elf. Lalu Riedle pun menjelaskan kronologi bagaimana atmosfer kecanggungan itu bisa tercipta di ruang strategi.
"Astaga ... Begitu rupanya," ucap sang Kaisar yang telah duduk di kursinya lagi seraya memasang raut wajah yang tak habis pikir dengan tindakan dua Jenderalnya. Void memalingkan matanya kepada Ink Owl, kemudian berkata "Ink Owl, apa yang dikatakan oleh Tenerbis memang benar. Aku memerintahkan pasukan persekutuan untuk tidak mengganggu penduduk desa."
"Paduka ... Ta--tapi kenapa?" tanya Ink Owl terkejut.
"Karena kita berperang dengan aliansi, bukan umat manusia."
Tersentak Ink Owl yang mendengarnya–tak hanya dia, tetapi anggota yang bertugas di markas pusat juga sama terkejutnya dengan pernyataan sang Kaisar seolah mereka tak pernah mendengar penyataan itu.
"Kenapa kalian terkejut, astaga," keluh sang Kaisar, kemudian menghela napas pelan dengan ekspresi sedikit kecewa. Namun dalam sekejap berganti dengan ekspresi serius seraya berkata "Perang ini bukanlah seperti perang di masa lalu. Kita tidak melawan umat manusia, tetapi kita melawan aliansi. Kita tidak memiliki alasan untuk melukai penduduk kota ataupun desa yang kita kuasai." Void menyandarkan tubuhnya, melemaskan pundak seraya memejamkan mata sambil terus berbicara "Terlebih, tidak semua kerajaan manusia memerangi kita. Kerajaan-kerajaan yang ada di timur benua ini justru tidak peduli dengan perang yang terjadi sekarang."
"Su--sungguh?" tanya Ink Owl lagi masih terjebak dalam rasa terkejutnya.
"Ya, Kerajaan Abyc yang sudah berkomunikasi dengan mereka memberitahu ku jika mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan perang di barat benua ini." Void mengeluarkan sebuah kertas putih dari balik jubahnya dan menunjukkan kepada mereka semua "Ini adalah kertas kesepakatan yang diberikan oleh Kerajaan Abyc. Ratu Ausele ingin membuat kesepakatan dengan kita semua agar tidak menginvasi mereka, nampaknya ini juga termasuk dengan Kerajaan-kerajaan di benua bagian timur. Karena itu aku ingin mendiskusikan dengan kalian untuk sesaat sebelum memberikan keputusan kepada sang Ratu."
Kesepakatan non-agresi yang diputuskan oleh sang Ratu Ausele dilakukan secara tiba-tiba, bukan hanya kepada Kekaisaran tetapi juga kepada aliansi yang tengah memerangi Kekaisaran dan memaksa membuka perbatasan Kerajaan Uridonia.
Tindakan itu akan memberikan efek besar bagi peperangan persekutuan Kekaisaran dan aliansi persatuan benua Ziuria. Segala taktik akan berubah dan agresifitas kedua belah pihak juga akan berubah drastis karena kesepakatan non-agresi tersebut.
Keberanian Abyc itu muncul karena mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan timur, mereka tak takut bila kesepakatan itu pecah karena nanti Kerajaan di timur akan bergabung dalam perang sebagai pihak ketiga. Namun apa benar demikian?
Faktanya tidak benar begitu, Void telah mengungkap kebenaran dikala ia dan Ratu Ausele meminta untuk waktu berdua saja. Void tahu jika Kerajaan Abyc tidak mendapat dukungan darimanapun untuk membuat kesepakatan ini, tetapi kedekatannya dengan Kerajaan di bagaian timur bukanlah kebohongan belaka.
Kerajaan Abyc sudah menemui beberapa Kerajaan yang ada di timur benua melalui jalur laut–mereka tak menyerah ketika mendapat blokade perbatasan dari Kerajaan yang tergabung dalam aliansi, akhirnya mereka membuat kapal perdagangan hasil kerjasama dengan Negeri Dwarf dan juga Kekaisaran sebagai pemasok bahan-bahan pembuatan kapal.
Mereka berlayar di laut tanpa diketahui oleh Kerajaan Nord, menuju sebuah Kerajaan di bagian timur benua yang sebelumnya sudah pernah berhubungan dengan Abyc disaat Kerajaan Abyc masih tergabung di dalam aliansi.
Informasi sikap netral dan kebencian kerajaan-kerajaan di timur kepada aliansi juga berasal dari Kerajaan itu dan membuat sang Ratu menyimpan informasi itu sebagai bagian tindakan darurat untuk menjauhkan Kerajaannya dengan aliansi.
"Anda tidak bisa membohongi saya, kesepakatan ini hanya untuk menakut-nakuti aliansi, benar?"
Sang Ratu hanya tersenyum dikala itu sang Kaisar menerka dengan tepat rencanannya.
Surat permintaan kesepakatan itu menjadi perbincangan ramai untuk Kerajaan-kerajaan di yang tergabung di dalam aliansi, mereka jelas mengetahui jika tujuan kesepakatan ini adalah untuk mencegah aliansi membuka medan perang baru.
"Kita tidak bisa menerima ini! Kerajaan Abyc sudah terlalu seenaknya!"
"Tapi kita harus bagaimana? Jika kita menolak maka situasinya tidak berubah juga, jika kita menerobos, orang-orang timur itu akan menyerang kita dari belakang!"
Mereka tak memiliki jalan keluar, karena pada dasarnya kesepakatan non-agresi itu hanyalah memperjelas posisi Abyc dalam perang mereka berdua yaitu untuk tidak terlibat dengan perang mereka.
Lantas apa yang akan Aliansi lakukan? Mereka sepakat menolak keinginan Kerajaan Netral itu dan memilih untuk tak ikut campur, lalu memulai sebuah rencana untuk menerobos perbatasan Abyc demi bisa membuka membuka medan perang di selatan.
Resiko terburuk dari rencana sang Ratu pun terjadi. Beberapa hari setelah sang Ratu memberikan surat kesepakatan, Kerajaan Abyc sekali lagi diinvasi oleh 3 Kerajaan dengan tuduhan telah bergabung dengan Kekaisaran.
Sementara itu Kekaisaran masih menyimpan surat kesepakatan tersebut dan membiarkan Abyc melakukan aksinya untuk menangani Kerajaan aliansi.
"Jenderal ... Bagaimana pasukan kita?"
"Semua pasukan sudah siap ditempat, Ratu ku. Sejak pertempuran terakhir dan pertempuran dengan orang-orang misterius sebelumnya, semangat moral pasukan kita sama sekali tidak turun. Semua persenjataan telah siap dan seperti yang anda tahu, prajurit kita sudah bertambah jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya ..."
"Loyd, apa ada kemungkinan kita untuk menang?"
"90% Ratu ku. Pasukan Aliansi sedang sibuk dengan Kekaisaran, kota mereka sudah diambil alih dan pastinya kekalahan mereka di Uridonia juga membuat mereka waspada. Tetapi, kita tidak bisa lengah. Mau bagaimana juga pusat pasukan aliansi berada di Meridonialis, mereka bisa saja mengerahkan banyak pasukan dari perbatasan timur laut kita. Walau begitu anda tidak perlu khawatir, karena ... Mereka akan segera datang."
Pasukan aliansi tidaklah sedikit, pasukan mereka yang dikalahkan Kekaisaran pun sama sekali tidak mengurangi setengah dari total pasukan–bahkan tidak seperempatnya. Jumlah mereka jauh lebih banyak, karena itu mereka memiliki keberanian untuk menginvasi Kerajaan Abyc.
Namun sang Ratu jauh lebih cerdas daripada mereka semua, di kondisi terburuknya pun sang Ratu tetap mengendalikan rencana untuk membuat Kerajaannya dalam kondisi stabil.
Sementara itu di markas pusat Kekaisaran, mereka bisa sedikit tenang terhadap serangan militer Aliansi karena saat ini mereka sedang berfokus kepada Kerajaan Abyc. Beberapa hari yang lalu pun–setelah penyerangan di Uridonia, mereka telah berhasil membangun beberapa pos pengintaian dan menempatkan sedikit suplai disana untuk membantu pasukan disana apabila dihadapkan dengan peperangan.
Pos itu berguna untuk memantau gerakan pasukan musuh–karena itu kebanyakan pos yang ada dibangun diatas bukit, kemudian memudahkan markas pusat untuk mengatur strategi berikutnya.
Perihal lain, 3 penguasa persekutuan akhirnya sepakat untuk memberikan bantuan kepada desa-desa yang terkena dampak perang. Meski tahu jika mereka kemungkinan akan melakukan pemberontakan kembali, tetapi seperti yang dikatakan oleh sang Kaisar; musuh mereka adalah militer aliansi dan perang ini bukanlah perang antar ras. Jadi sudah kewajiban mereka yang mengganggu stabilitas kota–dimana banyak desa berkegantungan kepada kota itu untuk membantu desa selama kebijakan kota yang baru akan rampung.
"Benar-benar tidak ada tanda-tanda pergerakan musuh," ujar Ratu Sylvia yang terus mengganti layar tampilan hologram sihir yang menunjukkan beberapa tempat dari pengintai udara.
"Ya, mereka sedang sibuk dengan Abyc ... Tapi bicara soal mereka, apa mereka akan baik-baik saja?" sahut kemudian Riedle bertanya dengan nada sedikit cemas.
Void dengan santai menjawab "Anda tidak perlu khawatir. Saat ini pastinya aliansi sedang mewaspadai gerakan kita, jadi mereka tidak bisa memusatkan pasukan mereka kepada Kerajaan Abyc ... Gadis itu, setelah dia membuat rencana untuk memulai pakta non-agresi, dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasi apabila nantinya aliansi akan menyerang mereka. Dia gadis yang nekat, tetapi dia sangat pintar. Meski saat ini kita bersahabat, tetapi kita juga harus mewaspadai gadis itu."
Setelah memberikan jawaban panjang, sang Kaisar berdiri dari kursinya. Lalu dia bertanya kepada Tenerbis "Tenerbis, apakah ada kemungkinan jika mereka menyerang hari ini?"
Tenerbis menjawab seraya melihat peta besar diatas meja yang telah diberi beberapa pion berwarna diatasnya yang menempatkan berbagai lokasi pasukan persekutuan–yang ditandai dengan warna biru dan pasukan aliansi yang ditandai dengan warna merah.
"Saya tidak yakin, tetapi dari gerak-gerik mereka sejak pagi hingga tengah hari saat ini, mereka tidak menunjukkan gerakan yang misterius. Pasukan patroli mereka juga tidak mendekati Kota, pos kita juga melaporkan jika mereka tidak melihat tanda-tanda akan adanya penyerangan. Kemungkinan seperti yang anda katakan, aliansi sedang berfokus dengan Kerajaan Abyc dan melakukan posisi bertahan dalam peperangan kita," jawab Tenerbis berdasarkan hasil analisanya.
"Begitu, kalau begitu untuk hari ini dan beberapa hari ke depan bagaimana sebaiknya kita mempersiapkan pasukan? Banyak dari pasukan kita yang masih kelelahan dan juga cidera karena peperangan sebelumnya, karena itu saya berpikir jika kita juga harus mengambil posisi bertahan," pinta Void seraya menjelaskan kepada kedua penguasanya.
Sang Ratu elf juga pemimpin Dwarf saling menatap satu sama lain, kemudian pandnagan penuh tanya diberikan kepada sang Kaisar.
"Jadi hari ini kita akan istirahat?" tanya sang Ratu Elf.
"Benar, selagi pasukan aliansi menyerang Kerajaan Abyc, kita akan melakukan persiapan untuk serangan kita berikutnya. Selama itu juga saya ingin markas pusat terus mencari tahu kekuatan aliansi. Mereka memiliki anggota kerajaan-kerajaan besar, pastinya militer aliansi tidak akan kekurangan hanya karena kita mengalahkan mereka di pertarungan sebelumnya, bagaimana?"
Void kembali bertanya, dua penguasa saling memandang hingga akhirnya mereka memberikan ekspresi yang jauh lebih lemas dibandingkan sebelumnya.
"Baiklah, saya setuju. Saya juga ingin beristirahat, pertempuran kemarin membuat banyak senjata sihir rusak dan saya juga Tuan Ink Owl harus memeriksanya semalaman," ujar Tuan Riedle seraya memukul-mukul sebelah pundaknya.
"Benar, saya juga ingin kembali sebentar ke wilayah Elf," sahut Ratu Sylvia hingga membuat Void menanyakan maksud tujuannya kesana, Ratu Sylvia menjawab "Saya harus melaporkan situasi perang kepada para tetua lainnya, lalu melihat kondisi Negeri saya. Lalu bagaimana dengan anda, paduka Void?"
Mendengar pertanyaan itu, Void menyentuh tubuhnya dengan satu tangan. Lalu dalam sekejap tubuhnya tertelan oleh cahaya untuk sesat, kemudian mengubah wujudnya menjadi seorang Iblis dengan zirah hitam khas Kekaisaran.
Melihat wujud itu, kesua penguasa langsung menghela napas mereka karena sudah tahu kemana tujuan sang Kaisar agung.
"Saya akan pergi ke garis depan."
Sama seperti sebelumnya, Void kembali menggunakan wujud Edward dengan tujuan agar manusia tidak mengetahui jika dirinya adalah sang Kaisar.
Kemudian para penguasa pun keluar dari markas pusat, mereka menyerahkan semuanya kepada Tenerbis dan memberikan titah kepada Tenerbis untuk segera mengirimkan pesan kepada mereka bila terjadi pertempuran besar atau ada pergerakan mencurigakan dari musuh mereka.
Riedle terkapar di kamar tamu Istana Kekaisaran, Sylvia kembali ke negerinya untuk melapor kepada tetua Negeri Elf sedangkan Void pergi ke garis depan, tepatnya ke medan perang Kerajaan Hertia; ke Kota Louvre. Kota yang telah dikuasai oleh persekutuan Kekaisaran itu sudah diberikan peraturan baru, meski pada dasarnya hanya mengubah nama yang tadinya segala berkaitan dengan Kerajaan Hertia menjadi milik persekutuan Kekaisaran saja.
Suasana di kota sangat sepi, banyak penduduk kota yang lebih mengurung diri dan sebagiannya justru memberanikan diri untuk melakukan aktivitas diluar seperti berdagang atau membeli makanan diluar. Para manusia masih ketakutan dengan keberadaan Iblis, tak ada yang bisa melakukan apapun terhadap hal itu. Meski Void telah berkata jika persekutuan Kekaisaran tidak memerangi warga sipil, namun rasa takut mereka memaksa mereka untuk tetap diam di dalam rumah.
Sepanjang jalan, Void dan Scintia hanya melihat beberapa prajurit persekutuan yang melakukan patroli rutin di kota.
"Sepi sekali."
"Ya ... Saya rasa sudah wajar bagi mereka untuk memilih tetap sembunyi."
"Walau begitu ada beberapa juga yang menjual makanan atau membuka toko ..."
Scintia langsung menoleh mendengar suara Void yang seakan terpotong, tanpa bertanya pun Scintia langsung sadar apa yang membuat sang Kaisar disampingnya memasang raut wajah murung.
"Sudah lama sekali aku tidak berjalan di tengah kota manusia ... Sebelumnya aku sampai harus menghilangkan tanduk ini ... Tetapi sekarang tidak."
Scintia memalingkan wajahnya, memasang ekspresi serupa seperti Kaisar sebelumnya "Apakah anda merasa tidak nyaman?" tanya Scintia tiba-tiba.
Void terkekeh pelan mendengarnya "Mana mungkin ... Tanduk ini adalah kebanggan kita, justru kita harus merasa lebih lega karena tidak perlu menyembunyikannya, benar?" Jawab sang Kaisar seraya menyungingkan senyuman tipis.
Dalam sekejap, raut wajah murung Scintia lenyap dan perlahan kedua sudut bibirnya ia tarik hingga menciptakan senyuman kecil disertai perasaan lega. Hati kecilnya telah menduga hal buruk kepada sang Kaisar, jika dirinya menganggap sang Kaisar lebih peduli kepada manusia.
Sebuah pemikiran yang tak bisa dimaafkan, akhirnya ia memilih untuk terus menunduk sebagai bentuk penyesalan akan hati kecilnya.
"Oh, ada toko makanan yang buka. Bagaimana jika kita kesana, Scintia? Aku sedikit lapar," ucap Void setelah tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Jika anda lapar, saya bisa memasakkan sesuatu untuk anda," ucap Scintia terdengar enggan.
Namun Void kembali menjawab "Ah jangan, aku hanya ingin merasakan masakan manusia saja. Masakan itu tidak membedakan ras, karena itu aku selalu senang merasakan masakan dari negeri-negeri yang berbeda."
To be continue