Last Boss

Chapter 88 - Makan bersama



Chapter 88 - Makan bersama

1Mereka yang diberi jabatan sebagai Jenderal harus memberikan kesetiaan mutlak kepada sang Kaisar, mematuhi segala perintahnya dan juga keputusan yang Kaisar buat. Mereka tidak bisa menentang apa yang Kaisar putuskan, mereka tidak diperbolehkan mengkritik apa yang sang Kaisar katakan, bagi mereka yang melakukan itu akan dikenakan salah satu dari 2 hukuman yaitu dieksekusi atau dilarang menginjak tanah Kekaisaran lagi.     

Setidaknya itulah yang Belial dan Jenderal Iblis lain tentukan bersama tanpa sang Kaisar.     

Kepala mereka tertunduk, malu akan apa yang diperbuat oleh salah satu Jenderal. Mengangkat pedang dan menyatakan terang-terangan kudeta tanpa rencana yang spesial, tetapi hal itu membuat Void meragu kepada para Jenderal dan keputusannya sendiri.     

Dia bertanya "Jenderal ku, apakah diantara kalian ada yang tidak puas dengan keputusan ku? Sejak awal hingga sampai aku memutuskan untuk berdamai dengan Uridonia, apakah diantara kalian ada yang tidak senang?"     

Mereka hanya terdiam, tertunduk tanpa berani melirik kearah sang Kaisar. Ketika satu Jenderal membuat kesalahan fatal, maka Jenderal lainnya juga harus menanggung rasa bersalahnya, itu adalah salah satu ikatan mereka sebagai Jenderal.     

"Kalau kalian diam akan kuanggap sebagai jawaban iya," tambah sang Kaisar.     

Tersentak mereka menjawab pertanyaan itu hingga mereka menoleh dengan wajah terkejut.     

Astaroth langsung menyangkal hal itu "Ti--tidak paduka, kami sama sekali tidak meragukan anda. Saya pribadi merasa jika apa yang paduka lakukan selama ini adalah demi Kekaisaran, saya pribadi juga tidak keberatan dengan keputusan paduka."     

"Saya pun begitu, yang mulia," tambah Lilith, dengan wajah cemas dirinya kembali berbicara "Kami terdiam bukan karena pertanyaan paduka, tetapi kami merasa malu karena Lucifer ... Dia telah mengkhianati anda, kami sebagai sesama Jenderal Iblis merasa sangat malu dengan perbuatannya."     

Kenapa? Logika dasar Void bertanya tanda tak mengerti, kemudian dia mengeluarkan pertanyaan itu dari mulutnya "Kenapa?"     

"Eh?"     

Void menghela napas lembut mendnegar suara succubus itu terkejut "Kenapa kalian merasa begitu, kalian tidak terlibat dengannya kan? Terlebih aku sudah tidak mengakuinya sebagai Jenderal Iblis san aku menjadikannya buronan Kekaisaran, setidaknya penanggung jawab tambang yang ku miliki di tanah Dwarf termasuk kedalamnya. Dia diduga bersekongkol entah dengan Lucifer atau Jenderal prajurit, dengan menbuat lingkaran sihir teleportasi di sekitar hutan dan di beberapa gua tambang yang sudah tidak digali."     

Seorang prajurit Kekaisaran yang diminta mengamankan tambang menemukan lingkaran yang Void katakan, sebuah lingkaran sihir berukuran sedang–cukup dimasuki oleh 10 orang dewasa di dalam lingkaran itu. Melaporkan hal itu kepada Ink Owl, burung hantu itu pun berkata demikian jika lingkaran sihir itu digunakan untuk menteleportasi seseorang dalam jumlah yang tidak sedikit–tergantung pada ukuran lingkaran sihir itu. Telepotasi itu hanya bisa digunakan untuk mereka yang memakai alat bantu bisa berupa kalung atau cincin–faktor utamanya adalah sebuah permata pada aksesoris itu yang membuat mereka bisa berteleportasi tanpa mengeluarkan banyak energi sihir.     

'Jika di dalam game, mungkin itu adalah warp point. Biasanya para petualang seperti pahlawan memiliki alat seperti itu untuk melarikan diri disaat terdesak. Alatnya benar-benar berguna, tapi entah kenapa sekarang aku jadi kesal sendiri karena alat itu,' ucap Void dalam hati.     

Void kembali berbicara setelah jeda yang cukup panjang "Tidak tahu dia berafiliasi dengan Jenderal Prajurit atau Lucifer, dan ada dugaan lain juga Lucifer memang bekerja sama dengan Jenderal Prajurit Uridonia. Tapi sangat bodoh mereka meremehkan Kekaisaran. Lalu kecurigaan terakhir, sebenarnya aku masih mendiskusikan dengan aliansi kita, tetapi akan kuberitahu karena aku percaya kepada kalian," ucapnya seraya tersenyum penuh percaya diri.     

Wajah mereka yang murung sekilas berubah menjadi lebih bercahaya dari sebelumnya, mungkin beban yang tidak perlu ditanggung seperti yang dikatakan sang Kaisar telah mereka lepas atau karena hadiah dari ucapan sang Kaisar untuk mereka.     

"Kami percaya jika dua kudeta yang terjadi di Kekaisaran dan Kerajaan Uridonia bukanlah kebetulan semata. Seperti yang kukatakan, mereka bisa saja bekerja sama tetapi kami menduga hal yang lebih jauh ..."     

"Menduga? Apa itu, paduka?" tanya Belial ditengah jeda yang Void buat.     

"Ada seseorang atau mungkin organisasi yang mendalangi Kudeta di Uridonia."     

Wajah mereka menegang, terkejut hingga bingung dengan ucapan sang Kaisar yang berbicara dengan ekspresi begitu serius. Menjadi tanda jika itu bukan main-main atau sekedar gurauan penguasa mutlak Kekaisaran itu.     

"Mendalangi? Apakah anda tahu siapa mereka?" tanya Belial lagi.     

Void menjawab dengan sedikit ketus "Jika aku tahu, maka Scintia yang berdiri dibelakang ku sekarang tidak akan ada disini. Aku pastinya memerintahkan semua anggota pelayan petarung untuk mengurus orang-orang itu."     

Belial menunduk, meminta maaf atas pernyataannya "Anda benar, maafkan saya paduka."     

Void menggelengkan kepalanya pelan seraya berkata "Tidak apa," lalu Void kembali berbicara "Tapi diriku, pemimpin Negeri Dwarf dan Ratu Negeri Elf tahu satu hal jika mereka yang mendalangi kudeta di Kerajaan Uridonia menginginkan kekacauan di Kekaisaran dan sekutu kita."     

Mereka terkejut namun tak menimbulkan suara riuh, hanya ekspresi serius yang menghiasi wajah mereka. Belial melipat tangannya di depan dada seraya memejamkan mata, sebagai penanggung jawab pasukan Kekaisaran, dirinya lah yang paling harus bersiap ketika mendengar ada seseorang yang menginginkan kekacauan."     

Kekaisaran memiliki banyak musuh, meski kata damai telah tertulis di kertas kesepakatan 500 tahun yang lalu oleh Kekaisaran maupun Aliansi suci–seluruh kerajaan manusia, tidak menutup kemungkinan jika salah satu dari mereka akan melanggar kesepakatan itu atau ada sekelompok orang yang bermain dibalik kertas kesepakatan damai dan mengakhiri perang.     

Para Jenderal Iblis memasang wajah serius, mereka tak bisa bersantai setelah mendengar ucapan itu dari sang Kaisar karena melindungi Kekaisaran dari segala ancaman adalah tugas mereka.     

"Lalu, jumlah Jenderal Iblis juga berkurang. Kalian adalah taring Kekaisaran, pedang dan perisai Kekaisaran. Kalian pasti tahu bukan apa yang akan terjadi jika Kerajaan manusia tahu hal ini," ucapnya, lalu Void melirik kearah Ink Owl seraya bertanya "Menurutmu apa yang terjadi, Owl."     

Owl mengangkat wajahnya, melihat kearah sang Kaisar seraya menjawab "Kemungkinan akan ada pihak yang memanfaatkan hal ini, paduka Void."     

"Benar sekali. Karena itu Jenderal ku sekalian, beberapa bulan ke depan mungkin akan menjadi bulan-bulan yang sulit untuk Kekaisaran. Sebisa mungkin aku tidak ingin terlibat konflik dengan mereka, merepotkan soalnya. Tapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuknya, aku yakin kita bisa melewati ini bersama-sama, untuk Kekaisaran!"     

Void mengangkat tinggi gelas wine berisi jus stroberi–hanya dia yang meminumnya disaat beberapa Jenderal lain meminum anggur, menyerukan nama Kekaisaran diikuti oleh para Jenderal yang juga melakukan hal yang serupa.     

Kemudian mereka bersama-sama meminum minuman mereka perlahan dengan menjaga sopan santun di depan sang Kaisar.     

"Sekarang santaplah hidangan yang pelayan Istana buat untuk perayaan kecil hari ini," ucao Void kemudian duduk dan dirinya yang pertama menyantap makanan di atas meja.     

Para Jenderal turut melakukannya, menyantap makanan setelah sang Kaisar mendahului mereka. Menciptakan suasana harmoni disaat ancaman masih berputar disekitar Kekaisaran, 'Apa yang terjadi selanjutnya?' Void bertanya dalam hati kepada dirinya sendiri. Lucifer menghilang tanpa jejak, muncul musuh baru yang memberikan ancaman kepada Kekaisaran selain sang pahlawan di masa depan. Kepala Void terasa sedikit sakit begitu memikirkan segala masalah yang menimpa Kekaisaran, kalimat yang biasa ia ucapkan disaat tak ingin berpikir pun tak bisa ia ucapkan sekarang.     

Matanya tak sengaja tertuju kepada gadis ajin berambut perak dengan dress berwarna hitam. Ia duduk di kursi makan disampingnya, tertunduk dengan wajah risau.     

Void bertanya kepadanya "Ada apa, Roxine," membuat gadis itu terkejut sampai langsung menatap sang Kaisar.     

"Ti--tidak, paduka. Saya tidak apa-apa," ucapnya, begitu formal bagaikan orang asing. Kemudian rambut perak itu kembali tertunduk menghindari kontak mata dengan sang Kaisar.     

Ada yang tak beres, begitu pikir Void.     

"Ewh? Paw--pawduka? Phipi ..."     

Sang Kaisar dengan jahil menarik pipi lembut gadis ajin itu hingga mata mereka kembali bertemu. Gadis ajin itu ingin melepaskan cubitan tangan di wajahnya, tetapi rasa sungkan yang ia rasa menahannya, membuat gadis itu bingung sendiri dengan kedua tangan yang terus bergerak keatas kebawah seakan meminta hal lain dari sang Kaisar.     

"Fufu\~" Void tertawa pelan melihat wajah gadis itu yang menjadi aneh, lalu ia melepaskan cubitannya "Roxine, katakan saja. Jika kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh ke kamar, Scintia akan mengantarmu–."     

Roxine menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya menyangkal ucapan Void "Ti--tidak," kemudian dirinya kembali tertunduk dengan wajah yang benar-benar gelisah "A--aku ... Aku tidak tahu ... Aku ...," Dirnya terus mengulang kata berkali-kali seakan kesulitan mencari kata-kata yang tepat untuk dia utarakan kepada sang Kaisar.     

Void teraenyum lembut seraya mengusap kepalanya, wajah gadis itu kembali terangkat melihat senyuman sang Kaisar "Aku memang memintamu untuk bicara, tapi jika sulit tidak apa-apa. Mungkin nanti kita bisa membicarakannya, bagaiman?"     

Wajah gadis itu memerah padam tanpa alasan kemudian ia mengangguk gugup dengan kepala yang kembali tertunduk. Void tak menanggapi raut wajahnya dan kemudian berkata "Baiklah, kalau begitu sekarang makan, ya. Meski aku menyebutnya perayaan kecil, sebenarnya ini sama saja dengan makan malam bersama. Jadi kamu juga harus makan, ya."     

Gadis itu kembali menganggukkan kepalanya, menuruti ucapan sang Kaisar, mengambil sendok serta pisau lalu dan mulai menyantap makanan yang ada di piringnya. Disaat perhatiannya teralih, para Jenderal Iblis yang melihat sisi lain sang Kaisar hanya tersenyum membuat Void sendiri menjadi canggung dan berusaha mengabaikan mereka.     

"Ahem!" Ia mengambil sendok dan pisaunya lalu menyantap makanan dengan tenang.     

Namun tak semudah itu mengalihkan perhatian mereka, Astaroth tiba-tiba berkata "Saya benar-benar terkejut, saya tidak menyangka jika paduka Void memiliki sifat seperti orang tua."     

Lilith pula menyahuti ucapannya "Benar, sekarang saya semakin yakin dengan masa depan saya bersama Kaisar," ucapnya merasa tergoda.     

"Sepertinya anda mabuk, Nona Lilith. Mau saya antar ke kamar?" Scintia meresponnya dengan sangat sinis.     

"Aha\~ saya belum meminumnya kok, Scintia," balas Lilith tak gentar meski ditatap sinis oleh pelayan pribadi sang Kaisar.     

Ink Owl pula bergabung dalam pembicaraan mereka "Tapi, bukankah Kaisar memang begitu? Dulu saat mengangkat Nona Scintia juga seperti itu, kan?" ucapnya memastikan ingatan masa lalunya.     

Astaroth menjawab "Ya, benar sih. Tapi saat itu Nona Scintia jauh lebih tua daripada gadis ajin ... Uh siapa namanya?"     

"Roxine," Tenerbis menjawabnya.     

"Ah benar, Roxine. Saya lebih merasa Roxine lebih diperhatikan daripada–. A--ah, maaf."     

Astaroth tak berhasil menyelesaikan ucapannya ketika tatapan tajam Scintia mengarah padanya. Ink Owl dan Lilith hanya tertawa pelan melihat tingkah mereka berdua.     

"Tapi membahas hal itu ... Apa mungkin paduka akan mengangkat Nona Roxine menjadi anak angkat paduka?"     

Pertanyaan Belial membuat suasana hening seketika, rasa penasaran pula menyelimuti mereka semua. Void menghela napasnya dan terdiam cukup lama.     

'Oh iya, aku sama sekali belum menentukan apa posisi Roxine disini. Aku ingin mengangkatnya sebagai adik sih tapi aku khawatir jika Ink Owl akan menolak, meski Kekaisaran bukan tempat tinggal ku sebenarnya tapi aku juga harus berhati-hati dalam memilih hal seperti ini, soalnya berkaitan sama penerus tahta, sih. Haah merepotkan sekali.'     

Void menelan makanannya, lalu ia menjawab "Aku masih memikirkannya, aku mengerti jika mengadopsinya sebagai keluarga mungkin akan membuat kekacauan di Kekaisaran perihal penerus tahta, karena itu aku masih memikirkannya."     

Raut wajah Scintia dan Lilith berubah menjadi murung, membicarakan pewarisan tahta saat ini seakan menjadi pertanda untuk mereka semua jika tak selamanya sang Kaisar agung duduk diatas tahta Kekaisaran. Meski di masa depan Kekaisaran tetap berdiri tapi tak ada jaminan jika saat itu Kaisar Void masih berada di tahtanya, suatu hari nanti di masa depan mereka sadar jika Kekaisaran Iblis akan membutuhkan pemimpin baru untuk membawa Kekaisaran Iblis menuju masa yang baru.     

Tiba-tiba paruh burung Ink Owl terbuka, mengeluarkan sebuah saran untuk sang Kaisar "Paduka, jika Nona Roxine ingin anda jadikan sebagai keluarga, bagaimana jika anda angkat Nona Roxine sebagai adik tiri anda?"     

"Hm? Apa tidak masalah jika begitu?"     

"Tentu saja, namun dengan satu syarat yaitu paduka harus memiliki pasangan kekal dan juga anak kandung."     

"Hah!?"     

"Eh?"     

Saran yang diluar dugaan, Void sampai dibuat berdiri mendengar saran yang keluar dari paruh burung hantu itu. Namun bukan hanya dirinya, tetapi Scintia dan Lilith mengeluarkan reaksi yang sama.     

"Ah itu benar, mau bagaimana juga anak kandung anda memiliki posisi lebih tinggi nantinya dan dia akan menjadi putra mahkota," sahut Astaroth menjabarkan alasannya.     

"Ah benar juga, jika seperti itu mungkin tahta Kekaisaran masih bisa dikuasai oleh keturunan paduka Void," tutur Belial pula memahami rencana itu.     

"Tu--tunggu sebentar! Apa itu!? Maksud kalian aku harus menikah?" tanya sang Kaisar panik.     

Ink Owl langsung menjawab "Tentu saja, hanya itu caranya agar tahta Kekaisar tetap pada garis keturunannya."     

'Makin repot!' mulutnya tak bisa mengatakan itu, akhirnya ia berteriak sekuat tenaga dalam hati.     

Kemudian ia duduk kembali, mengambil napas panjag lalu menghembuskannya perlahan. Dirinya menoleh kearah Scintia, wajahnya merona tanpa alasan dan tingkahnya juga menjadi aneh seakan mencoba memalingkan wajah darinya tetapi disaat yang sama mata gadis itu terus melirik kearahnya.     

"Scintia, kau kenapa?"     

"Eh? Ah tidak paduka, saya tidak apa-apa."     

Dirinya menjawab seraya menoleh karah Void, mengibaskan dua telapak tangannya kekiri dan kanan dengan cepat seolah mencoba meyakinkan sang Kaisar. Raut wajahnya pula semakin memerah karena hal itu.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.