Last Boss

Chapter 49 - Kawan baru (bagian 2)



Chapter 49 - Kawan baru (bagian 2)

2Istirahat berakhir, para kadet kembali berbaris di lapangan dalam benteng Drachen. Seperti saat pertama latihan, Edward kembali ditempatkan seorang diri paling belakang barisan di kolom pertama. Lirikan rasa tidak senang dan takut ditujukan kepada Edward dari mereka yang berbaris di dekat Edward. Seseorang yang dapat meniru gerakan salah satu jenderal iblis yang terhormat jelas sangatlah tidak normal, iri dan takut menyelimuti mereka karena tidak bisa menirunya dan takut berada dalam bahaya jika berada di dekatnya.     

"Baiklah, kali ini kalian akan berlatih bagaimana caranya bertarung dengan regu dua orang, begitulah cara Kekaisaran bertarung. Untuk lebih jelasnya, tiga prajurit ini akan mendemonstrasikannya kepada kalian."     

Mereka memberikan ruang untuk ketiga prajurit itu berdiri di tengah-tengah mereka. Lalu Belial kembali berbicara dan memberi perintah, untuk barisan depan untuk duduk agar yang dibelakang dapat melihat demonstrasi yang di tunjukkan oleh para prajurit.     

Pertarungan beregu, seperti yang dikatakan Belial, dua orang prajurit di depan mereka melawan seorang prajurit lainnya yang menggunakan pedang besar, pedang yang mereka gunakan adalah Pedang kayu–pedang yang biasa digunakan untuk latihan.     

"Aku baru tau kita memiliki pedang latih yang besar," tutur Retto yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Edward.     

"Meskipun ada, kita tidak boleh memakainya, Retto," tukas Ivaldi yang juga entah sejak kapan berada di samping lain Edward.     

"Kalian berdua … Bukannya barisan kalian ada di depan?" tanya Edward.     

"Ya, siapa yang peduli?" balas Retto tanpa merasa takut sekali berbicara seperti itu padahal Belial masih ada mengawasi mereka.     

Tapi seperti yang dikatakan Retto, tidak ada yang peduli lagi dengan barisan. Ketika mereka memberi jarak, barisan mereka sudah acak dan semuanya berpindah tempat. Belial sendiri tidak menegur mereka selama mereka tidak berisik dan mematuhi perintahnya.     

Prajurit pertama dari pasukan beregu menyerang, memakai pedang yang lebih pendek daripada pedang lawannya. Berat dan kekuatan pedang mereka berdua jelas berbeda, pedang besar dapat dengan mudah menekan lawannya namun disaat itulah rekannya datang. Ketika prajurit kedua menyerang, lawan mereka dipaksa untuk mundur untuk menghindari serangan, namun tidak sampai disitu, prajurit pertama kembali menyerang dan mengayunkan pedangnya dengan kuat. Karena tidak siap, pedang lawan mereka tidak dapat beradu dan terpental keatas, rekannya kembali datang dan menusuk tubuh mereka, seharusnya begitu, tapi karena ini latihan, prajurit yang menyerang hanya menyentuh dada lawannya dengan ujung pedang. Kombinasi serangan yang sangat sempurna, namun kombinasi itu perlu kepercayaan yang kuat kepada rekannya.     

Ketiga prajurit itu juga menunjukkan demonstrasi yang lain, seperti saat lawannya menggunakan perisai atau tombak dan ketika selesai mereka pun langsung diminta untuk membuat kelompok tiga orang oleh Belial dan mempraktekkan langsung cara pertarungan beregu.     

Edward menoleh kearah sang Jenderal. Disaat yang sama Belial menundukkan kepalanya, kala itu Edward merasa jika pelatihan itu dibuat untuk menyesuaikan kondisinya yang apabila dibuat kelompok dua orang pastinya ia tidak akan mendapat rekan, karena itu Belial membuat latihan seperti ini.     

"Oh! Ivaldi, Edward. Ayo buat kelompok," ucap Retto mengajak mereka lebih dulu.     

"Baiklah," balas Edward, sementara membalas dengan anggukan kepalanya.     

Para prajurit membawakan peti kayu berisi perisai bundar, dari 3 peragaan mereka memulai latihan dengan melawan pengguna perisai sementara yang beregu tidak di perbolehkan memakai perisai. Belial pun memberi perintah kembali kepada mereka "Lakukanlah bergantian, kalian akan melakukan ini sampai waktu pelatihan hari ini selesai. Baiklah, dimulai!"     

Semua yang sudah memiliki regu langsung memulai latihan mereka, begitu juga dengan Edward, Ivaldi dan Retto. Orang yang memegang perisai pertama adalah Retto, sedangkan Edward dan Ivaldi menjadi regu penyerang.     

"Maju!" teriak Retto.     

Ivaldi tanpa segan pun langsung maju dengan cepat dan mengayunkan pedangnya dengan sangat kuat, namun Retto dapat menahannya.     

"Ed!"     

Memanggil dua kata dari namanya, Edward langsung menerjang. Namun tanpa di duga, Retto menyembunyikan pedangnya di belakang punggungnya langsung menangkis dengan kuat sampai pedang Edward terlepas dari tangannya, Edward pun terjatuh karena serangan yang terlalu kuat.     

"Waaaa!"     

Retto tertawa keras, sangat puas melihatnya yang terduduk diatas tanah. Edward menggeram jengkel karena ia di jatuhkan dengan mudahnya.     

"Ini bukan curang ya, ketika perang sudah sewajarnya jika prajurit membawa pedang kan?" ucap Retto seraya menyungingkan senyuman yang meremehkannya.     

'Sial, aku berniat untuk menahan kemampuan ku agar tidak melukainya, malah diriku yang kalah,' batin Edward, ia mengambil pedangnya kembali dan menguatkan kuda-kudanya 'Sepertinya aku tidak perlu menahan diri.'     

Sorot matanya menjadi tajam, Retto sedikit tersentak dirinya melihat tatapan Edward. Aura pembunuh, itu yang Retto rasakan dari tatapannya. Retto hanya menguatkan kuda-kudanya dan bersiap menahan serangan kedua mereka.     

"Ba-baiklah, kemari!"     

Ivaldi juga bersiap, mengambil langkah mundur lalu kembali menerjang kearah Retto–memulai serangan pertama. Namun, serangan itu kembali Retto tangkis dengan perisainya. Karena pola yang sama Retto bersiap dengan pedangnya.     

"Ap–."     

Ia tidak sempat mengayunkannya. Edward bergerak lebih cepat daripada sebelumnya dengan pedang menghunus tepat ke dadanya. Tetapi Retto tidak menyerah, ia melompat mundur menghindari serangan itu namun ia lupa akan satu hal.     

"Sekarang!"     

Mereka beregu, ketika salah satunya meleset maka satunya lagi menyerang, jika kembali meleset maka yang sebelumnya kembali menyerang, terus seperti itu sampai lawan lengah dan mereka dapat mengalahkannya.     

Pedang kayu Ivaldi sudah berada di leher Retto, gemetar dirinya karena serangan mereka berdua. Padahal mereka belum lama bertemu, tetapi mereka berdua dapat menyelaraskan serangan mereka dengan sangat baik.     

"Astaga, aku kalah. Mengerikan sekali kalian berdua," tutur Retto entah kagum atau jengkel kepada mereka berdua "Baiklah, sekarang kau yang memegang perisai dan kami yang akan menyerang," lanjutnya sambil memberikan perisai kepada Edward.     

Belial berdiri mengawasi semua kadet, harusnya begitu tetapi sejak mulai latihan matanya selalu tertuju kepada sang Kaisar yang sedang berlatih dengan iblis lain. Mereka berlatih bersama sang kaisar tanpa menyadari identitas Edward sebenarnya. Ia tidak mengerti, sampai sekarang ia tidak mengerti kenapa Kaisar ingin berlatih bersama dengan para kadet lainnya. Padahal jika memang Kaisar ingin berlatih pedang, beliau bisa meminta dirinya untuk menemaninya berlatih.     

"Bikin iri saja …," gumamnya.     

Waktu berlalu, matahari pun perlahan mendekati cakrawala. Belial berteriak memberi perintah menghentikan latihan hari ini, semuanya pun diminta beristirahat dan makan malam setelah itu kembali ke kamar mereka masing-masing, kecuali Edward. Saat ingin pergi ke ruang bawah tanah, Belial memanggilnya.     

"Edward! Datang ke ruangan ku sekarang," titah Belial kemudian pergi dari hadapan Retto, Ivaldi dan Edward.     

"Kau masih belum lepas dari hukuman mu ya," tukas Retto merasa kasihan dengan teman barunya.     

"Y--ya mau bagaimana lagi, aku sedikit bermasalah. Aku pergi dulu, sampai nanti," ucap Edward kemudian meninggalkan kedua temannya untuk memenuhi panggilan Retto.     

"Ah, ya," sahut Retto, pandangan mereka berdua terus mengikuti Edward hingga tidak dapat mengikuti lagi ketika Edward menaiki tangga.     

Sesampainya di depan ruangan Belial, ia terdiam sebentar merasa ragu tanpa alasan ketika ingin memutar gagang pintu. Ia menghela nafas, memutar gagang pintu dan mendorongnya perlahan. Dari balik pintu, Belial sudah berlutut penuh hormat kemudian berkata "Terima kasih sudah datang, paduka,"     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.