Chapter 50 - Makan malam bersama Jenderal Iblis Belial
Chapter 50 - Makan malam bersama Jenderal Iblis Belial
"Kerja bagus Belial," puji Void kepada Belial yang tengah berlutut dihadapannya.
"Terima kasih, paduka," balasnya tanpa mengangkat dagunya se-inci pun.
"Berdirilah, nanti susah bicara."
Ucapan sang Kaisar bagai perintah untuknya, ia pun berdiri mengikuti perkataanya. Void melangkah melewati dirinya, duduk diatas sofa kemudian menumpu kaki kanan diatas kaki kirinya. Menghela nafas, melepas lelah setelah latihan yang diberikan Belial. Tampaknya walau memiliki parameter atribut yang tinggi, ia masih bisa merasa sedikit kelelahan setelah menjalani latihan. Mungkin juga karena pertemuannya dengan Ratu Elf dan pemimpin Dwarf, meski hanya duduk saja tapi kegugupan yang ia rasakan saat itu benar-benar menguras tenaga.
"Apa anda ingin segelas teh paduka, jika anda lapar saya dapat membawa makanan juga untuk anda."
Ucapan itu seharusnya dikatakan oleh Scintia–pelayan pribadinya, tetapi saat ini dia tidak ada, Belial pun menggantikannya.
"Ah tolong ya, lalu maaf seharusnya Scintia yang melakukannya."
"Tidak apa, paduka. Justru sebuah kehormatan besar karena dapat melayani paduka."
"Be--begitu."
"Kalau begitu saya permisi, silahkan nikmati waktu istirahat anda."
Belial keluar dari ruangannya, suara langkah perlahan mulai menjauh dari ruangannya. Saat itulah Void benar-benar bisa beristirahat, bukan menjadi Kaisar ataupun kadet, tetapi seorang pelajar dari dunia yang berbeda.
"Akhirnya berakhir juga hari ini. Dalam satu hari aku melakukan banyak hal demi keselamatan diriku. 20 tahun lagi pahlawan akan membunuh ku, sebelum itu aku harus menjaga Kekaisaran agar tetap stabil dan terhindar dari konflik, sebelum itu juga aku harus menjadi kuat dan sekarang belum ada satu bulan! Astaga yang benar saja! Mau sampai kapan aku seperti ini aaaaaaaaagh!"
Void sedikit frustasi dengan kehidupan barunya, satu bulan, tidak bahkan satu minggu pun ia belum hidup di dunia ini. Tetapi beban Kaisar yang ia tanggung terasa begitu berat, kenapa harus dirinya? Ia hanya ingin menikmati hidup dengan bermain game lalu setelah lulus hanya akan menjaga toko milik neneknya di kampung halaman, kenapa ia harus menjadi seorang pemimpin dari ras yang paling dibenci oleh umat manusia? bahkan di dunianya pun iblis dipandang sebagai makhluk yang paling buruk dan sangat jahat.
Semua ini tidak masuk akal, setiap kali ia berpikir begitu ia selalu menyentuh wajahnya dengan tangan yang begitu dingin, hingga ketika ia merasakan dingin itu ia sadar jika semua ini bukanlah mimpi.
"Memang apa yang bisa dilakukan anak yang akan lulus sekolah seperti ku?"
Ia tidak memiliki pengalaman apapun dalam mengelola sebuah organisasi, bahkan menata ruangannya pun ia tidak pernah. Meski begitu, ia tidak memiliki pilihan lain demi bertahan hidup.
"Tidak, sudah cukup mengeluhnya. Mau bagaimana juga aku harus belajar menjadi Kaisar, juga menjadi kuat untuk terus hidup."
Pintu diketuk, setelah Void mempersilahkannya masuk, seorang pria besar yang ototnya bagaikan batu karang membuka pintu dan masuk kedalam bersama dua orang prajurit yang masing-masing membawa nampan berisi makanan diatas piring juga minuman di dalam gelas baja.
"Paduka, tolong izinkan saya makan bersama paduka," ucap Belial seraya mencondongkan tubuhnya kearah Void.
"Silahkan, aku pun ingin berbicara sebentar dengan mu ."
Seraya duduk di sofa lainnya di depan Void, Belial bertanya "Oh? Apa yang ingin anda bicarakan, paduka?"
"Bukan hal serius, hanya tentang pelatihan prajurit baru tahun ini."
"A--apa ada yang salah?"
Belial tampak panik untuk sesaat karena menganggap jika ada sesuatu yang salah dengan pelatihan hari ini atau ia melakukan kesalahan yang tidak ia sadari.
Void langsung meluruskannya "Ti--tidak ada yang salah. Aku hanya ingin tahu bagaimana perkembangan pelatihan di tempat lain, kau sebagai Jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan Iblis pastinya juga bertanggung jawab atas pelatihan prajurit baru tahun ini, benar? Karena itu aku pun ingin tahu bagaimana kondisi prajurit baru tahun ini, mau bagaimana juga ini menyangkut kekuatan Kekaisaran."
"Ah …," Belial langsung menunduk dan meminta maaf "Begitu, maaf karena kesalahpahaman saya, paduka," tuturnya "Memanglah saya yang bertanggung jawab atas pelatihan prajurit baru yang dilaksanakan di beberapa tempat, saya pun menerima laporan daru masing-masing tempat pelatihan setiap malam dan pagi hari. Apa anda ingin melihat laporannya?" lanjut Belial kemudian bertanya.
"Ah tidak, aku akan melihat laporannya setelah diperiksa Ink Owl saja. Untuk saat ini aku ingin mendengar pendapatmu," jawab Void.
Belial terdiam sesaat seraya memegang dagunya, ia memikirkan hal lain selain apa yang diinginkan oleh Kaisarnya.
'Tidak biasanya paduka ingin tahu proses pelatihan prajurit baru, kenapa?'
Bukan suatu yang istimewa jika sang Kaisar ingin tahu kondisi prajuritnya sendiri, tetapi bagi Belial yang sudah melatih prajurit Kekaisaran selama ratusan tahun, baru kali ini ia melihat Kaisar ingin tahu proses pelatihan. Bahkan, Kaisar sendiri sampai menyamar menjadi prajurit baru.
"Semuanya berjalan lancar, paduka. Meski prajurit tahun ini tidak ada yang istimewa, sih. Tapi semuanya bisa menjadi prajurit yang pantas untuk Kekaisaran," ujar Belial.
Void terdiam sesaat dan memejamkan matanya, kala itu Belial terus menatap Kaisarnya penuh dengan rasa penasaran. Perasaanya benar-benar tidak tenang, sikap tidak biasa Kaisar yang ditunjukkan akhir-akhir ini membuatnya benar-benar tidak tenang. Akhir-akhir ini ia juga tahu jika Kekaisaran memiliki permasalahan dengan Kerajaan Hertia di hutan Sankta, salah satu Kerajaan yang paling menentang Kekaisaran saat sebelum perang terjadi. Meski hari-hari damai telah tiba setelah perdamaian 3 aliansi dengan Kerajaan manusia, Belial masih tetap tidak bisa mempercayai Kerajaan manusia.
'Paduka ingin tahu proses pelatihan sampai paduka menyamar diantara prajurit baru untuk ikut pelatihan, kenapa? Apa paduka tidak percaya dengan pelatihan yang aku berikan? Tidak … Aku rasa tidak begitu, apa mungkin paduka ingin prajurit yang lebih kuat?! Itu bisa jadi, masalah di perbatasan bisa saja meluas menjadi besar dan …,' Belial berhenti berpikir sesaat, merasa jika ada sesuatu yang salah atau tepatnya ada sesuatu yang ia lewatkan 'Tidak, paduka tidak mungkin ingin bersiap untuk hal seperti itu … Tidak mungkin beliau memulai konflik dengan Kerajaan Hertia, aku berlebihan,' batin Belial, liar pikirannya hingga menuju kearah yang salah sampai teringat kembali keinginan besar sang Kaisar.
Belial menghembuskan nafas berat hingga menarik perhatian Void. Wajah Belial tampak rumit, Void pun bertanya kepadanya "Belial, ada apa?"
Belial menggelengkan kepala seraya menjawab "Tidak ada, paduka," ia tidak ingin pikiran liarnya diketahui oleh Kaisar. Jiwa perang yang menggelora sesaat dalam tubuhnya benar-benar menakutkan, ketika itu bergejolak kembali yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara membunuh musuhnya, ia tidak ingin Kaisar yang sangat ia hormati mengetahui hal itu, karena itu bertentangan dengan apa yang diinginkan sang Kaisar.
"Maaf sebelumnya, paduka. Tapi kenapa paduka ingin tahu proses pelatihan tahun ini? Bu--bukan berarti anda tidak boleh, anda adalah Kaisar, saya tidak berhak melarang anda. Tetapi rasanya tidak biasa, apa anda memiliki tujuan pribadi?" tanya Belial, ia mengatakan apa yang ia khawatirkan dan berhenti menyimpulkan sendiri melalui pikirannya.
Void kembali terdiam setelah mendengar pertanyaan Belial, ia tidak mungkin menjawab 'Oh aku berlatih karena tidak bisa berpedang' karena itu sangat memalukan untuk seorang Kaisar Iblis yang disegani oleh semua Iblis. Lalu, Void pun menjawab "Aku tidak memiliki alasan istimewa, aku hanya ingin merasakan berlatih bersama calon prajurit-prajurit ku nanti. Ya kau tau, sebagai Kaisar aku jarang sekali bisa berinteraksi dengan para prajurit ataupun pekerja lainnya yang kalian–para Jenderal Iblis pekerjakan. Sesekali aku ingin mendengar dan melihat keseriusan mereka secara langsung, hanya itu."
Sederhana, sangat sederhana. Belial tidak berkata apa-apa setelah mendengar itu, ia sangat terkejut mendengar alasan sang Kaisar yang rela bersama dengan orang-orang lebih rendah darinya hanya demi dapat berbicara dengan mereka, sungguh mulia dan murah hati sang Kaisar itu, setidaknya kurang lebih seperti itulah isi pikiran Belial setelah mendengar kebohongan Void.
'Paduka … Beliau rela melakukan seperti ini hanya demi berbicara dengan mereka, benar-benar mengagumkan. Tidak salah jika kesetiaan ku ini hanya kuberikan kepadanya,' batin Belial.
"Belial?"
Belial kembali sadar saat mendengar Void memanggilnya, ia kemudian tertawa kecil dan sedikit menyesali pemikiran bodoh sebelumnya "Begitu, kalau itu yang paduka inginkan saya tidak dapat melarang anda. Tapi tolong selama disini, jika malam hari tiba anda harus beristirahat di ruangan ini."
"E--eh? Kenapa?"
"Kenapa anda bertanya? Semua ruangan bawah tanah sudah penuh karena memang sudah di tetapkan sebelumnya dengan jumlah calon prajurit. Jadi tidak ada ruangan untuk anda."
"Ah, begitu ya."
"Selain itu, jika Nona Scintia tau saya membiarkan Anda beristirahat di ruang bawah tanah. Dia akan sangat marah kepada saya, jadi saya sebisa mungkin menghindari itu."
Sekilas kedudukan Scintia sebagai pelayan memang tampak lebih rendah dibandingkan dengan Jenderal Iblis lainnya. Tetapi sebenarnya, kedudukan Scintia sebagai kepala pelayan istana Kekaisaran sekaligus pelayan pribadi sang Kaisar, kedudukan Scintia setara dengan para Jenderal Iblis lainnya.
"Be--begitu," sesaat Void memayangkan dirinya bagaimana Scintia marah, ia pernah sekali dimarahi Scintia sampai waktu makan malam tiba dan meski sebagai Kaisar, ia tidak bisa berkutik setelah mendengar cercaan amarah Scintia dengan beribu nasihat.
"Kalau begitu, sebaiknya kita makan sebelum makanan ini dingin."
---
Pagi hari, sebelum matahari menunjukkan dirinya. Semua prajurit pelatihan–kadet– sudah berbaris untuk memulai pelatihan mereka. Sangat pagi sekali, Void yang tidak terbiasa bangun pagi sesekali menguap, ia bahkan terus menutup matanya ketika sudah berbaris di paling belakang karena tidak kuat untuk membuka matanya.
Tetapi Belial yang sadar dengan kondisi sang Kaisar tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Kaisar sendiri yang ingin bersama peserta pelatihan, jadi dia harus siap dengan segala kegiatan mereka.
Seseorang menggoyangkan tubuhnya, mata Void seketika terbuka lebar terkejut karena guncangan itu. Seorang pria berambut merah darah menatapnya khawatir, Retto, sejak kapan dia pindah? tanya Void dalam pikirannya.
"Bangun bodoh! Jangan sampai Tuan Belial yang membangunkan mu," ucap Retto terdengar khawatir.
Di sampingnya, seorang lagi dengan ekspresi datar menoleh sedikit kebelakang menatap dirinya. Mereka berdua disini, Retto dan Ivaldi sengaja mengambil tempat berbaris di dekat Void yang kini kembali menjadi Edward. Itu adalah usulan dari Retto, agar pindah ke barisan yang sama dan dekat dengan Edward.
"Perhatian!"
Semua peserta pelatiha menatap kedepan dengan tubuh tegap, sedikit membusungkan dadanya ke depan dan pandangan yang terpaku ke depan.
"Hari ini tidak ada pelatihan! Tetapi hari ini kalian akan berpatroli di Ibukota dan juga luar Ibukota. Buatlah kelompok 3 orang dan salah satu orang dari kelompok kalian harus mengambil satu kertas yang ada di dalam kotak kayu di depan ku. Kertas yang kalian ambil akan menunjukkan posisi pos mana yang akan kalian tempati, nanti di pos kalian bersama dengan prajurit senior disana akan berpatroli bersama. Jadi, agenda hari ini adalah kalian akan membantu pekerjaan prajurit yang lebih senior dari kalian, mengerti!"
"Ya pak!" teriak mereka serempak.
Sesuai titah Belial, mereka pun membuat kelompok tiga orang. Lalu kembali, Retto mengusulkan untuk membuat kelompok dengan Ivaldi dan Edward.
"Ya, bagaimana kita membuat kelompok?"
Ivaldi langsung menghela nafas "Sebaiknya untuk kedepannya kita berada dalam satu kelompok saja, sampai akhir pelatihan, rasanya aku mengerti kenapa Retto ingin pindah barisan," ucap Ivaldi, membuat Retto sedikit malu.
"He--hey!"
"Ah aku tidak keberatan," balas Edward langsung.
"A--ah, begitu. Ya kalau begitu biarlah," tutur Retto membuang perasaan malunya.
Sesuai titah kedua Belial, salah satu dari mereka harus maju untuk mengambil kertas di dalam kotak kayu yang diatasnya diberi lubang untuk mengambil kertas di dalam. Sementara itu di kelompok Edward.
"Hey, siapa yang akan mengambilnya?" tanya Retto.
"Tentu saja kau, kau yang menginginkan kelompok ini kan? Jadi kau pemimpinnya," jawab Ivaldi terdengar sedikit ketus.
"Hah!? Tunggu, apa!? Kau juga kan yang mengusulkan kelompok ini sampai akhir pelatihan! Kenapa jadi aku yang menjadi pemimpin!?" tukas Retto membantah.
Mereka bertiga tidak ada yang mau maju, Retto tidak suka menjadi pemimpin, Ivaldi tidak tahan dengan tatapan orang lain–pastinya ia akan ditatap ketika mengambil kertas, begitu juga dengan Edward meski sedari tadi ia hanya diam sambil tersenyum kaku melihat tingkah mereka.
"HEY KALIAN! CEPAT AMBIL KERTASNYA! JANGAN BANYAK BICARA!"
Tubuh mereka seketika menegang, menjadi tegak seperti berbaris sebelumnya ketika Belial membentak.
"Ma--maaf!" ucap mereka bertiga serempak.
"Ini karena mu, Retto."
"Hah!?"
"Sudah-sudah, biar aku yang mengambilnya."
Akhirnya Edward yang harus mengalah untuk mengakhiri pertengkaran kecil mereka berdua. Edward maju seorang diri, tatapan yang diarahkan kepadanya membuatnya gugup hingga gemetar kakinya untuk sesaat. Ia pun berhenti di depan kotak kayu lalu mengambil kertas di dalamnya tanpa pikir panjang lagi.
Ketika ia buka gulung kertas berwarna keemasan itu, ada sebuah tulisan 'Ibukota, pos 104,' nama tempat yang jelas tapi ia tidak tahu dimana tempat pos itu berada. Ibukota Kekaisaran Iblis memanglah sangat luas, ada sekitar 400 pos keamanan yang tersebar di penjuru Ibukota dan seluas itu mereka harus mencari dimana lokasi pos 104 yang petunjuknya hanya ada di Ibukota.
"Baiklah, sekarang pergilah! Jangan sampai kalian hilangkan kertas kalian, itu adalah tanda bukti kalian akan ditugaskan disana. Kalian menetap disana selama tiga hari, selama itu kalian harus membantu pekerjaan senior kalian dan senior kalian akan melaporkan segala perbuatan dan pekerjaan yang kalian lakukan kepada … Karena itu, jika aku mendengar ada yang berbuat masalah akan ada hukuman yang menanti kalian!"
Untuk beberapa saat, Edward merasa di tatap oleh orang-orang sekitarnya. Perintah berakhir, mereka menjalankan perintahnya dan harus pergi ke Ibukota yang memakan waktu sekitar 3 jam menit berjalan kaki dari benteng.
To be continue