Chapter 46 - Keyakinan
Chapter 46 - Keyakinan
Sementara itu Negeri Dwarf Buld yang militernya tidak begitu kuat mengalami sebuah konflik dengan Kerajaan manusia, Uridonia. Memperebutkan sebuah tanah yang meliputi gunung, sungai dan hutan. Semua berawal dari kerja sama pembangunan dengan Negeri Buld di cukup dekat dengan perbatasan. Namun ketika pembangunan dimulai, pekerja dari Negeri Buld menyadari kecurangan dalam denah pembangunan yaitu pembangunan Kerajaan Uridonia melewati perbatasan mereka.
Kerjaan Uridonia berkata jika mereka tidak melewati itu dan wilayah itu adalah wilayah mereka sedangkan Negeri Buld beranggapan sebaliknya, akibatnya konflik pun terjadi. Beberapa kali Kerajaan Uridonia mencoba mengirimi pasukan untuk menegaskan wilayah mereka tetapi Negeri Buld yang sangat pandai membuat jebakan dapat menghambat pergerakan Kerajaan Uridonia sampai memukul mundur mereka semua kembali ke garis perbatasan yang dianggap sah oleh Kerajaan Buld.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya, Tuan Riedle?" tanya Ratu Sylvia yang sedari tadi sangat serius mendengarkan kisah masa lalu para Dwarf yang diceritakan oleh ketua mereka saat ini.
"Kerajaan Uridonia tidak menerima kekalahan mereka dan tidak menganggap garis wilayah perbatasan itu adalah garis perbatasan yang sah. Mereka pun memecah belah kami dengan memanfaatkan senggangnya hubungan 3 bangsa Dwarf. Mereka menghasut bangsa Smith untuk menyerang seluruh wilayah Dwarf yang lain dan bangsa Smith menyanggupinya karena mereka juga ingin menguasai seluruh wilayah–."
"Tunggu sebentar, apa tidak masalah hal ini diberitahu kepada kami?" potong Void yang merasa jika itu adalah masa lalu yang tidak harus Tuan Riedle beri tahu.
Namun Tuan Riedle menjawab "Tidak apa-apa … Lagipula darah Smith mengalir di dalam diri saya, jadi tidak perlu di pikirkan."
Void sedikit terkejut mendengar itu, meski tidak pernah tahu seperti apa bangsa Smith di masa lalu.
"Saya lanjutkan kembali … Bangsa Smith menyanggupi permintaan itu dan bekerja sama dengan Kerajaan Uridonia. Namun seperti yang anda tahu paduka Void, mereka berdua tidak sanggup melawan bangsa Buld dan Agri. Meski militer mereka lemah, tetapi bangsa Buld dan Agri adalah bangsa yang cerdas dengan memanfaatkan medan tempur mereka. Perang pun berakhir ketika sebagian bangsa Dwarf Smith terpecah karena Kekaisaran Iblis campur tangan. Tetapi berkat itu kami sekarang bisa bersatu dan wilayah sengketa itu tetap menjadi milik bangsa Buld yang kini menjadi milik wilayah persatuan Dwarf. Sekian cerita dari saya dan sekarang Kerajaan Uridonia ingin kembali mengambil wilayah itu jika mereka tidak mendapatkan tambang."
Masalah mereka terdengar menjadi lebih berat daripada yang Void pikirkan. Kerajaan Uridonia menganggap tanah itu milik nenek moyang mereka, hal itu juga sama seperti bangsa Dwarf yang menganggap tanah itu milik mereka. Hal itu menjadi sangat rumit, karena kedua belah pihak tidak memiliki bukti yang kuat. Negeri Dwarf maupun Kerajaan Uridonia hanya mengandalkan masa lalu dan sejarah saja untuk mengambil tanah yang mereka klaim.
'Ini sulit. Terakhir kali aku merasakan masalah seperti ini adalah ketika bermain game RTS (Nt: Real Time Strategy) pada akhirnya aliansi ku bubar. Terlebih lagi ini bukanlah game, jika aku salah memilih langkah maka semuanya akan berakhir, tidak ada pengulangan kembali … Aaaah ini merepotkan, tapi harus tetap kulakukan!' Void ingin sekali mengacak-acak rambutnya karena masalah yang sulit ia hadapi, bahkan ia tidak yakin masalah sebelumnya bisa ia selesaikan.
Tidak tahu siapa yang benar, namun jika saja Void memiliki ingatan Kaisar yang sebelumnya, mungkin saja ia tahu siapa yang memiliki tanah itu. Tetapi tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu, kaki kanan Void menumpu diatas kaki kirinya, memegangi lutut dengan raut wajah yang tampak rumit.
Konflik perbatasan Hutan Sankta dengan Kerajaan Hertia, permintaan aliansi Kerajaan Abyc, masalah tanah sengketa wilayah persatuan Dwarf dan Kerajaan Uridonia. Belum ada satu pekan ia menjadi seorang kaisar tetapi konflik yang bisa saja memicu perang besar mulai bermunculan, ia tidak bisa lari dari masalah ini ataupun membiarkan masalah yang berkaitan dengan Kekaisaran terjadi, sebab itu bisa saja menjadi awal dari konflik besar yang terjadi di game atau buruknya ia hancur lebih dulu sebelum konflik utama terjadi.
"Untuk masalah tambang saya mengerti. Masalah ini bisa menjadi lebih buruk jika Uridonia benar-benar nekat untuk mengulang masa lalu. Saya tidak ingin ada konflik berat seperti peperangan dengan manusia, hal seperti itu harus dihindari," Void terdiam, berniat mengakhiri ucapannya. Namun sesaat ia sadar jika ia mengakhirinya seperti itu, ia merasa Kekaisaran takut dengan manusia dan kekuatan Kekaisaran akan diragukan, bisa saja itu menjadi pemicu retaknya aliansi juga, sekiranya seperti itu pemikiran buruk Void yang langsung menerjang otaknya "Kekaisaran selalu siap jika masuk kedalam sekenario terburuk–perang melawan manusia. Tetapi, saya pribadi belum ingin terlibat dengan manusia. Saya harap anda sekalian mengerti."
'Bagaimana? Apa itu cukup?' batin Void sedikit khawatir dengan ucapannya yang terdengar rumit.
Ratu Sylvia dan Tuan Riedle terdiam dengan mata terpejam seakan tengah memikirkan sesuatu, Void semakin cemas karena hanya menutup mata tanpa berbicara, ia takut ucapannya semakin mendorongnya ke jurang kegagalan dan berakhir dengan kematiannya yang datang lebih cepat dari yang diharuskan.
Namun tak lama, Ratu Sylvia membuka matanya dengan raut wajah yang sangat serius, ia mengangguk dan berkata "Saya setuju, sebaiknya untuk saat ini kita tidak terlibat konflik dengan manusia karena bisa saja menjadi konflik yang panjang dan melibatkan Kerajaan manusia lainnya. Tetapi seandainya hal itu terjadi, kami para Elf juga siap untuk terlibat dalam sekenario terburuk yang paduka Void maksud."
"Ya … Kami para Dwarf pun tidak ingin terlibat masalah dengan manusia, merepotkan. Tetapi manusia sangatlah cerdik, mereka mungkin akan melakukan hal diluar dugaan untuk mencapai tujuan mereka," sahut Tuan Riedle yang juga sepakat untuk tidak terlibat konflik dengan manusia.
"Ya, karena itu sebaiknya anda dan paduka Void menyiapkan berbagai rencana untuk menghalangi tujuan mereka."
Mereka semua satu suara, menolak terlibat konflik dengan manusia. Void tersenyum tipis, lega dirinya mendengar pendapat dari dua sekutu Kekaisaran. Void menatap langit tanpa alasan, mungkin karena ia merasa terlalu tenang? Langit yang biru tertutup putihnya awan, matahari yang hangat meski sudah berada di titik tertingginya. Keyakinannya menguat, ia merasa bisa menyelesaikan masalah yang ia hadapi–. Tidak, ia harus bisa menyelesaikan masalah Kekaisaran agar menjauh dari konflik, jika bisa ia ingin berdamai dengan manusia agar peperangan yang menjadi takdir kehancuran Kekaisaran dan sekutunya bisa ia hindari.
"Tapi sebelum itu, bukankah ada yang harus kalian katakan kepada satu sama lain, Tuan Riedle, Ratu Sylvia?" ucap Void seraya menyunggingkan senyum ramah kepada mereka.
Meski mereka satu suara tetapi suasana memanas yang mereka buat sebelumnya sedikit membuat meja mereka berantakan bahkan hingga sekarang pun masih belum berubah, tidak ada pelayan yang berani mendekat, Scintia tidak di haruskan membereskan pecahan gelas serta teh yang tumpah diatas meja karena dia adalah pelayan Void.
Menyadari maksud dari Void, mereka tampak sama-sama malu mengakui kesalahan mereka. Tetapi sebagai pemimpin, demi mempererat hubungan mereka, mereka berhadapan satu sama lain lalu berkata.
"Tuan Riedle, maafkan atas emosi saya yang tidak terkendali, saya benar-benar menyesal."
"Tidak, Ratu Sylvia. Saya pun salah karena mengungkit masa lalu, seharusnya saya tidak melakukannya."
Senyuman tipis terlukis di wajah mereka, Ratu Sylvia mengulurkan tangannya dan disambut dengan uluran tangan Tuan Riedle. Melihat itu Void hanya tersenyum dengan tenang, meski dalam hatinya dia tidak begitu.
'Syukurlah mereka bisa berdamai! Astaga aku panik jika sampai aliansi ini hancur. Aku mohon tetaplah seperti ini!'
Tujuan Ratu Sylvia berhasil, hubungan tiga negeri semakin erat berkat pertemuan ketiga penguasa negeri.
To be continue