BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Terakhir X



Terakhir X

1Masa kepemimpinan Raja Northan yang baru setelah pertarungan besar negeri Persei melawan Raja Kegelapan yang berkuasa.     

*Kepemimpinan Raja Wedden Arragegs Elfkinn Northan.     

Di suatu siang yang sangat terik, Raja Wedden sedang berdiri diatas bukit memandangi padang hijau yang terhampar luas di wilayah Selatan. Sudah cukup lama ia tidak berkunjung, tidak banyak yang berubah, hanya semak yang semakin tinggi di sekitar batu besar tempat ia sering menghabiskan waktu.     

Di kejauhan, dia memandagi para petahi yang sedang mengurus lahan mereka. Cuaca yang sangat bagus untuk bercocok tanam memang.     

Angin sepoy menyapa tubuhnya, mengibarkan jubah kebesaran yang berwarna maroon. Dia merasa sangat beruntung karena alam kini menjadi lebih ramah padanya.     

Dia menerawang jauh, mencoba untuk melihat apa yang terjadi di wilayah Negeri yang lain. Di Timur, keadaan semakin membaik setelah Raja Gael menjadi lebih terbuka dengan beberapa prajurit yang dapat dipercaya. Walau tidak sepenuhnya, namun setidaknya Raja Gael kini memiliki rekan untuk bertukar pikiran untuk banyak hal.     

Para pencuri yang semula hendak di eksekusi namun gagal, kini dipekerjakan oleh Kerajaan sebagai petani dan sebagian yang mampu, dijadikan prajurit juga sebagian lagi dikirim ke perbatasan untuk menjadi anak buah Nig.     

Sementara wilayah Utara, masih seperti biasa yang selalu terlihat damai dan baik-baik saja. Raja selalu mampu mengatasi permasalahan mereka dengan dibantu oleh Pangeran yang sangat berkompeten. Walau sempat mengalami masa sulit karena mendapat banyak serangan misterius, namun Pangeran Soutra berhasil menangkap pelaku dan segera membereskan semuanya.     

Wedden juga sempat menerawang penginapan tua disudut desa Vitran yang dikelola oleh saudaranya. Senyumnya terulas samar. Tempat itu menjadi lebih bagus dari sebelumnya. Ada beberapa bagian yang telah mengalami renovasi dengan beberapa dekorasi tambahan dan lingkungan yang selalu bersih.     

Senang rasanya melihat saudaranya itu menjalankan janji yang pernah ia katakana pada Raja Wedden untuk selalu menjaga dan mengurus penginapan dengan baik.     

Wedden telah berpikir untuk berkunjung secara langsung, namun dia masih memilih untuk melihatnya dari kejauhan, dengan kekuatannya.     

Raja Wedden kembali berpindah ke wilayah Barat. Semuanya baik-baik saja. Raja Raddone menjadi semakin lengkap setelah adanya wanita pendamping bernama Famara. Raja Raddone juga menjadi sosok yang lebih berpendirian, terasa berbeda walau tidak dapat dipastikan kalau perubahannya itu dikarena hadirnya Famara di kehidupannya.     

Kemudian Raja menerawang keadaan seorang wanita yang sedang duduk di tempat tidurnya. Pandangannya sayu terus tertuju pada halaman dan bergeming.     

Raja Wedden lalu menarik napas panjang. Dia bersukur karena wanita itu, Putri Leidy, telah kembali sehat dan baik-baik saja. Namun rupanya sifat aslinya kembali pada dirinya sendiri. Tidak begitu menyukai keramaian, kekerasan, juga darah. Sehingga dia telah memutuskan untuk tetap tinggal di Kerajaan Barwest dan berhenti menjadi pendamping Raja Wedden sebagai rekan.     

Wedden lalu berkedip. Di paham dengan sikap Putri yang kembali ke awal, karena memang beginilah dia apa adanya. Namun ketidakhadiran wanita itu di KErajaan Northan sangat terasa oleh Raja Wedden, begitupun dengan yang lain yang masih kerap kali menyebutkan mengenai Putri Leidy dalam setiap kegiatan mereka.     

Raja Wedden memutuskan untuk menuruni bukit. Kali ini dia hanya berjalan berdampingan dengan kudanya dengan tujuan ingin menikmati perjalanan panjang juga agar dia lebih lama berinteraksi dengan alam.     

Kuda putih nan tinggi besar berjalan dengan patuh di samping sang Raja. Langahnya berirama, sesuai dengan langkah Raja yang perlahan.     

Wedden dikejutkan dengan pepohonan yang bergerak memberi hormat. Tidak begitu signifikan, namun dahan-dahan itu seolah mempersilahkan sang Raja untuk melewati hutan dengan nyaman.     

Namun sesuatu mengikutinya. Itulah yang Raja Wedden rasakan. Karena dia jelas sekali mendengar suara semak yang tertabrak oleh sesuatu, juga langkah kaki yang samar.     

Wedden memilih untuk menghentikan langkah, ia lalu berpura bersiul, seolah benar-benar menikmati perjalanannya.     

"Ah aku sangat menyukai cuaca hari ini," ujar Raja Wedden cukup nyaring.     

'sesuatu' itu masih diam, sangat anteng bahkan Raja tidak lagi merasakan tanda-tanda kehadirannya.     

"Jika kau hanya ingin bersembunyi, untuk apa mengikutiku? Kau penguntit atau seorang penggemar?" ucap Wedden. Pandangannya tertuju pada sebuah pohon besar yang berjarak cukup jauh darinya.     

Wedden mulai menggunakan kekuatannya. Dia menjentikkan jemarinya beberapa kali untuk meniupkan angina kearah pohon yang sedari tadi menyita perhatiannya.     

Sesuatu terlihat disana, nampak helaian kain putih bergerak terkena angina yang baru saja menyapanya.     

"Keluarlah kau. Aku tidak akan menyerangmu hanya karena kau menguntit," ujar Raja lagi.     

Cukup lama, kemudian muncullah sosok wanita bergauh putih khas penjaga hutan yang merupakan seorang Nimpa. Terdapat tiara kecil di kepalanya. Sosoknya terlihat sangat tipis, dia bahkan tidak meninggalkan jejak kaki namun debu berkelip lah yang tertinggal di rerumputan yang ia lalui.     

Raja Wedden menatap wanita itu lekat, samar ia menyunggingkan senyum.     

"Jika ingatanku benar, kita pernah bertemu dahulu di hutan dekat sungai Sophen. Apa tu benar?" ujar Raja Wedden mulai sok tahu.     

Wanita itu memandangi Wedden lekat, kedua manik matanya yang coklat membuatnya terlihat begitu elegan .     

"Amm, kalian memanahku sebagai sebuah tanda awal pertemuan kita," sahut Nima itu dengan senyum sayunya.     

Raja Wedden tertawa samar. Keduanya lalu saling berbincang dan menceritakan tentang banyak hal.     

"Kau penjaga hutan, 'kan? Apa kau juga membutuhkan manusia untuk kau serap energinya?" pertanyaan Raja sama sekali tidak berumus.     

"Kami memiliki energi dari diri sendiri dan selalu merasa kenyang. Namun kami menyukai untuk selalu dekat dengan seorang bangsawan sepertimu," jawab Nimfa itu lembut.     

"Karena energy kami?" Tanya Wedden.     

Nimfa itu menggeleng pelan. "Karena kami butuh pemimpin yang juga mencintai alam," jawabnya.     

Wedden mengerutkan dahinya. "Manusia selalu menyayangi alam, namun seringkali ada factor lain yang mempengaruhi kebijakan. Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Wedden lagi.     

Nimfa itu terlihat mehela napas panjang, lalu dia mendekati Raja Wedden untuk menatapnya semakin dekat.     

"Kalian selalu menginginkan lahan luas. Aku hanya ingin pembangunan berjalan dengan baik. Tanpa merusak alam," ucap wanita itu sangat lirih.     

"Aku akan berjanji atas namaku sendiri. Karena akan ada kemungkinan perubahan pimpinan kelak. Aku tidak akan merusak alam, saling mencinta tanpa harus memiliki."     

Nimfa itu tersenyum samar. "Jadi … kau sungguh seorang Raja sekarang? Kau merupakan energy terkuat di seluruh negeri Persei?"     

Raja Wedden mengangguk. "Setidaknya itulah yang diketahui oleh banyak orang."     

"Kau menemukan Buku Sihir itu?" tanya Nimfa itu lagi.     

"Tidak. Benda itu hancur ketika melawan Putra Kegelapan," jawab Raja Wedden.     

"Ah beanrkah? Bukankah seharusnya benda itu terjaga dengan aman di wilayah Selatan?"     

Kini giliran Raja Wedden yang tersenyum. "Kukira leluhurku sangat sedih karena diriku sangat membutuhkan kekuatan kekuatan."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.