BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Belum Baik X



Belum Baik X

3Egara keluar dari kamarnya hendak menjenguk Raja Gael. Namun dia dikejutkan dengan keberadaan Vido di depan pintu dan menatapnya tajam.     

"Berani-beraninya kau melukai Raja Gael!" geram Vido. Dia mengepalkan kedua tangannya, jelas dia sangat marah pada Egara.     

"Itulah pertarungan, ada kemenangan juga kekalahan. Kurasa kau sudah paham akan hal itu," sahut Egara tenang. "Apakah dia mengalami pendarahan hebat?" tanyanya kemudian.     

Vido tidak memberikan jawaban. Namun keduanya dikejutkan dengan kehadiran Haira yang menyapa dengan lembut.     

"Apa yang kau lakukan disini? Seharusnya kau menjaga Raja!" Vido cukup kesal.     

"Raja memerntahku untuk menemui Tuan Egara," jawab Haira.     

Vido kembali menatap Egara, semakin marah.     

Egara mengangkat kedua alisnya. "Raja menyuruhmu menemuiku? Apa dia memberitahumu kenapa?"     

"Tidak, Tuan. Raja hanya mengatakan kalau kau akan menjelaskan semuanya dengan baik." Haira polos sekali. Sikapnya itu membuat Egara tergelak tawa.     

"Kemarilah!" Egara menarik paksa lengan Haira dan membawanya pergi.     

Vido tidak dihiraukan sama sekali, dia hanya mampu memijat tengkuknya yang mulai tegang.     

Egara membawa Haira kembali ke ruang perawatan untuk menemui Raja Gael. Sangat takut dengan sikap kasar Egara, Haira hanya nurut dengan sesekali mengaduh karena cengkeraman kuat Egara pada lengannya.     

Bruk!     

Egara membuka pintu ruang perawatan degan kasar, hingga membuat pelayand an Raja Gael yang masih berbaring terkejut dan seketika menoleh pada sumber suara.     

"Hey beraninya kau bersikap kasar!" Raja Gael terbangun saat melihat Egara menarik paksa Haira yang kesakitan.     

Egara melepaskan cengekramannya pada lengan wanita itu dengan sedikit mendorong tubuhnya pada Raja Gael.     

"Aku tidak membutuhkannya," ujar Egara. "Aku hanya ingin bertarung denganmu," tambahnya.     

"Kau ingin mepermalukanku di hadapan semua orang? Bahkan di hadapan prajuritku?" Raja Gael mulai geram.     

"Tidak. Aku hanya mengajakmu berlatih. Aku menunjukkan perbedaan gaya bertarung orang Selatan dan orang Timur secara umum, sehingga semua rpajuritmu akan lebih mudah memahami ketika latihan gabungan besok hari," ujar Egara menjelaskan.     

"Wah aku sangat terharu. Tapi sayangnya aku tidak bisa menarik kembali kesepakatan kita sebelumnya." Raja Gael lalu membenarkan posisi duduknya dengan perlahan. Telapak yangannya masi di balut dengan berbagai ramuan.     

"Haira, kau akan menjadi pendamping Egara sejak sekarang. Kau juga akan tinggal di Selatan," ujar Raja Gael lirih pada Haira yang menatapnya bingung.     

"Aku bilang Tidak, Tuan." Egara sedikit meninggikan suaranya. Raja Gael hanya meliriknya sedikit, namun Haira semakin bingung karena pekerjaannya hanyalah sebagai pelayan yang kemudian diajak oleh Raja dan diperkenalkan sebagai perajurit sekaligus pendamping.     

"Ah baiklah. Aku akan menjadikanmu pendamping." Egara mengangguk samar. "Sebagai Tuanmu yang baru, maka aku memerintahmu untuk kembali pada Raja Gael dan menetap di Timur," tambahnya.     

"Hey, Bung!" Raja Gael memicingkan kedua matanya.     

Egara mengedikkan bahunya. "Jangan katakana padaku kalau kau tidk membutuhkan bantuan dia, Tuan.," ujar Egara lagi. Dia kemudian mendekat dan melihat keadaan telapak tangan Raja Gael yang masih terbungkus perban.     

"Terimakasih akrena telah berkenan untuk bertarung denganku," kata Egara. "Kuharap kedepannya kita akan menjadi rekan yang baik." Egara membungkukkan badannya pada Raja Gael. Tanpa berbasa basi lagi ia lalu pergi meninggalkan ruang perawatan.     

Raja Gael berdecak kesal. Dia sangat tidak paham dengan sikap Egara yang tidak dapat ia tebak. Terkesan bermain-main dan tidak serius dengan ucapannya.     

"Baguslah setidaknya dia berterimakasih," gumamnya.     

Kembali dipandangi oleh Gael, Haira yang berdiri di hadapannya. Wanita itu hanya diam, dia juga tidak berani menatap sang Raja yang masih belum pulih itu.     

"Kau pergilah istirahat. Ini sudah sangat larut. Besok kita akan kembali ke Timur," perintah Raja.     

Haira mengangguk pelan, namun tidak kunjung meninggalkan Raja.     

"Ada apa lagi?" Gael mulai bosan dengan suasana yang membuatnya bingung.     

"Maaf, Raja. Tapi bisakah kau jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau tiba-tiba memintaku untuk menjadi pendamping Tuan Egara lalu kenapa juga dia seolah benar benar menyuruhku untuk kembali padamu."     

Huhh. Raja Gael mendengkus kasar. "Bukankah itu sudah jelas? Aku kalah darinya dan kaulah taruhannya. Kau harus menjadi pendampingnya karena aku kalah. Tapi dia mengembalikanmu padaku dengan segala kesombongannya itu."     

Haira paham sejak awal, hanya saja dia ingin mendengarnya langsung dari Raja. Rasanya sakit, namun dia paham dengan posisinya.     

"Lalu … sebenarnya aku itu apa bagimu? Apakah aku pelayan? Prajurit? Ataukah pendampingmu?"     

Raja Gael mengerutkan dahinya, terlebih saat Haira berani menatap kedua matanya.     

"Maafkan aku lancang. Aku hanya ingin mengetahui tugasku yang sesungguhnya sehingga aku dapat melakukannya dengan benar, Tuan." Haira menundukkan kepalanya.     

"Ahh menyebalkan sekali," gerutu Raja Gael. "Sejak kemarin, kau adalah pendamping Raja. Tugas dari pendamping Raja sangat banyak dan salah satunya adalah kau memahami tentang pertarungan. Itulah alasan kenapa kau juga harus mengenali pertarungan. Dan juga … pendamping masih perlu menjadi pelayan untuk sesekali. Kau harus melihat bagaimana pendamping Raja lain. Mengerti?" tatapan mata Raja Gael tajam. Dia kesal karena harus menjelaskan semuanya dengan detil seperti ini.     

"Apakah …." Haira menahan kalimatnya.     

Raja Gael menatapnya dengan tanpa ekspresi. "Ah baiklah, Tuan. Aku paham. Terimakasih."     

"Emm," sahut Raja yang enggan untuk merespon lebih banyak.     

Haira kemudian undur diri dan pergi untuk beristirahat.     

Sementara Raja Gael masih dipusingkan dengan semua kejadian yang ia lalui. Kesal juga malu, namun dia juga menjadi bingung dengan keputusannya sendiri mengenai Haira. Pelayan cantik itu sangat polos, akan membutuhkan waktu lama untuk mendidiknya menjadi seorang pendamping yang baik.     

"Ah apakah aku benar-benar membutuhkannya? Pendamping?" gumam Raja Gael sembari merebahkan tubuhnya.     

Selama ini dia melakukan tugasnya sebagai Raja seorang diri. Logne dan Dai adalah rekan terbaiknya, dan kini dia memiliki Vido. Tapi sebanyak apapun prajurit yang ia miliki, ia tetap seorang diri ketika sedang memikirkan banyak hal untuk wilayahnya.     

Sesekali dia akan meminta bantuan pada Vido, namu tugas sebagai Ketua Pasukan membuat Vido tidak selalu dapat memberikan bantuan pada Raja. Itulah kembali kendala yang dialami oleh Raja Gael.     

Egara yang masih belum tidur, memilih untuk berkeliling Kerajaan sebagai kegiatan mengisi waktunya. Hanya seorang diri, dia seperti sedang melakukan patrol rutin hanya saja kali ini pikirannya tidak tentang keamanan Kerajaan melainkan tentang bagaimana dia harus bersikap mulai sekarang untuk kedepannya.     

Suasana malam yang sangat sepi, hanya suara angin yang menyapa dedaunan yang menjadi hiburan tersendiri.     

Tidak ada seorangpun selain para prajurit yang ada di luar, Egara memilih untuk berdiri di dekat kebun bunga.     

Pandangan Egara tertuju pada sesuatu yang bergerak di bawah semak. Segera saja dia siaga dan mulai melangkah mendekat. Namun kemudian dia dikejutkan dengan munculnya sosok Corea yang terjengkang karena baru saja menarik kuat akar tanaman obat.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.