BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Perbaikan X



Perbaikan X

2Egara menemui Raja Wedden, dia mengatakan kalau dia akan mengajak bertarung Raja Gael sebelum matahari terbenam. Dia juga meminta agar tidak seorangpun yang menahan ataupun menghalangi ia dan Raja Gael ketika sedang dalam pertarungan.     

Raja Wedden tidak melarang, hanya saja dia mempertanyakan tujuan dari pertarungan ini karena bukan hal yang biasa Raja Gael berkenan untuk ditantang seperti itu.     

"Aku hanya ingin tahu kemampuannya, Tuan. Kesombongannya itu, apakah berbanding lurus dengan kekuatannya. Ataukah hanya bermulut besar tanpa kemampuan apapun." Jawaban Egara sangat lantang.     

Pangeran Ren yang mendengar percakapan antara Raja Weddend an Egara itu hanya menggeleng kecil. Dia menyukai inisiatif Egara, tapi di sisi lain dia juga merasa kasihan dengan Raja Timur yang tidak pernah ia temui berada di lokasi perang itu.     

"Ah kurasa dia akan berakhir memalukan," gumam Pangeran Ren. Dia sedang menunggu waktu yang dimaksud oleh Egara, dia juga mengajak semua rekan, juga ayah dan prajurit lainnya untuk menyaksikan pertarungan itu.     

Akan sangat menarik. Raja Raddone yang mendengar tentang hal itu juga menjadi sangat antusias hingga mengundur jadwal kepulangannya ke besok pagi, setidaknya setelah dia mengetahui hasil akhir dari pertarungan antara Raja TImur dan Raja Selatan yang baru.     

*     

*     

Kembali dengan pertunjukkan pertarungan, kali ini para Raja yang antusias untukmenyaksikannya. Sementara para pelayan dan prajurit lainnya masih tetap sibuk dengan tugas masing-masing.     

Beberapa saat sebelum pertarungan dimulai, Raja Gael sedang beristirahat dengan melakukan perjalanan ke pemukiman warga di sekitar Kerajaan Northan. Ia bersama dengan dua prajurit dan juga Haira. Mereka mencari barang atau bahkan hasil kebun yang tidak dimiliki wilayah Timur untuk dijadikan oleh-oleh.     

Sebenarnya, itu adalah ide dari Haira, mengingat dia mendapat pesan dari Ketua Pasukan TImest, Vido, untuk dapat membuat Raja Gael berhenti minum menjelang pertandingan. Haira juga memberikan beberapa makanan juga minuman yang dapat mengurangi efek mabuk dari Bruen yang telah menjadi teman dekat dari Rajanya itu.     

Raja Gael sempat mengeluh karena kenyang karena banyak makan makanan yang direkomendasikan oleh Haira. Haira sempat diam karena dia takut dengan amarah Raja Gael. Beruntung, Raja sedang tidak ingin marah. Dia bahkan tidak mengatakan kata kasar sedikitpun. Hanya banyak diam dan tidak merespon lagi Haira seperti sebelumnya.     

Haira segera menghampiri Vido setelah ia kembali bersama Raja. Vido hanya mengangguk dan menepuk pelan bahu wanita itu, dia berterimakasih karena Haira telah membantunya dan melakukan tugas dengan baik.     

Dengan didampingi oleh Vido, Raja Gael bersiap untuk memulai pertarungan. Sementara Egara menyiapkan semuanya seorang diri. Jeo dan Han yang beberapa waktu belakangan menjadi semakin dekat dengan Egara, membersihkan arena yang akan digunakan oleh kedua pria itu.     

Pangeran Ren meminta bangku paling nyaman juga beberapa makanan ringan untuk ia nikmati selama menonton pertunjukkan. Raja Soutra sempat bingung dengan sikap putranya itu, namun beliau hanya menggeleng dan membiarkannya begitu saja.     

Raja Wedden berdiri, dia hendak menghampiri Egara namun ditahan oleh Pangeran Ren yang sudah sangat siap untuk menonton.     

"Mau kemana kau? Tidak bisakah hanya duduk dan menonton?" ujar Pangeran Ren yang tidak suka melihat Raja Wedden sibuk.     

"AKu hanya ingin melarang Egara menggunakan sihir," jawab Raja Wedden.     

"Eh kenapa? Bukankah ini uji kemampuan? Kurasa tidak masalah jika dia menggunakan semua kemampuannya," kata Pangeran Ren. "Lagipula, jika kau melarangnya menggunakan sihir. Itu sama halnya kau meremehkan Raja Gael."     

"Kenapa begitu?"     

"Kau khawatir Raja Gael kalah dengan sihir Egara, 'kan?" ucap Pangeran Ren.     

Raja Wedden diam, lalu mengangguk.     

"Itu artinya Raja sedang meremehkan Raja Gael. Biarkan saja. Aku yakin dia tahu bagaimana cara untuk menang dari Egara." Pangeran Wedden terlihat serius sekali.     

Ley lalu mendekat. Dia menyetujui kalimat Pangeran Ren. "Kau diamlah saja, Raja. Kali ini biarkan mereka saling menyombongkan kemampuan," ujar Ley kemudian.     

Raja Wedden sedikit melirik Raseel dan Hatt yang ada di dekat mereka, keduanya hanya mengangguk menyetujui Pangeran Ren dan Ley.     

"Baiklah. Ini urusan mereka." Raja Wedden kembali duduk pada bangkunya, di dekat Raseel dan Hatt.     

Hatt yang masih mengalami cidera pada lengannya, tidak banyak bergerak dan banyak meminta bantuan pada kakak tertuanya untuk melakukan banyak hal.     

Corea, Cane, Putri Leidy, Diya, Haira. Para wanita itu ikut menonton pertarungan yang akan segera dimulai. Begitu juga dengan Aira dan para pelayan yang menonton dari kejauhan.     

Pangeran Ren menoleh pada Corea, dia melihat adanya kekhawatiran di wajah peri lembah wanita itu. Kemudian dia menoleh pada Haira, wanita itu juga terlihat panik. Sementara Cane dan putri Leidy hanya terlihat antusias.     

Pandangannya kemudian terarah pada Diya. Pengawal pribadinya itu rupanya sedang menatapnya, sehingga kedua manik mata mereka saling beradu untuk beberapa saat.     

Seketika Pangeran Ren mengerutkan dahi, hal itu membuat Diya terkesiap dan segera mengalihkan pandangannya ke arena pertarungan.     

Raja Gael melawan Raja Egara. Dua pria dengan sikap sombong dan kasar. Keduanya tidak terlalu berbeda, hanya Egara adalah Ketua Pasukan yang lebih sering bertarung sementara Gael adalah Raja yang sering memerintah.     

Serangan pertama.     

Kedua pedang saling berdenting menandai pertarungan yang telah dimulai. Egara sengaja bergerak pelan, membiarkan Raja Gael menyerang untuk pertama. Egara sedang memahami pergerakan lawannya, juga sedang mencari celah untuk dia dapat menyerang dengan tepat.     

Cukup lama pertarungan diantara keduanya sangat santai, hingga membuat para Raja yang menonton sempat mendengkus karena bosan. Namun tidak dengan Raja Wedden yang justru mengikuti cara Egara yang juga sedang mempelajari pergerakan Raja Gael.     

Brak!     

Tendangan kuat Raja Gael mengenai bagian depan tubuh Egara. Beruntung ia mengenakan baju perang tebal, hingga hanya membuatnya melangkah mundur.     

Egara siap dengan pedangnya. Kali ini dia tidak sedang ingin main-main. Setelah dia ditendang, dia segera menyerang balik dengan kecepatannya yang sulit untuk dihindari. Beberapa kali dia menebas dan menghunuskan pedang kearah Gael hingga membuat Raja Timur itu kuwalahan.     

Semakin panas. Raja Gael tidak lagi bermain tenang, dia membalas dengan serangan yang semakin membabi buta. Namun beruntung Egara dapat membaca dan menghindar dengan baik.     

Pemandangan yang disukai oleh Pangeran Ren. Raja Raddone hingga mengubah posisi duduknya karena mulai tegang.     

Napas Raja Gael dan Egara mulai tersengal, namun keduanya jelas tidak ingin menyudahi pertarungan hanya karena lelah. Egara sama sekali tidak menggunakan sihirnya. Namun dia juga mulai bosan dengan serangan Gael yang tidak membuatnya tertantang sama sekali.     

"Aku akan mengakhiri ini," gumamnya.     

Egara kembali siap dengan pedangnya. Dengan tarikan napas panjang, Egara menyerang Raja Gael yang kehilangan fokusnya.     

Zrp!     

Semua orang segera bangkit dari tempat duduknya saat melihat Egara menancapkan pedang kearah Raja Gael.     

Raja Gael mengerang kesakitan, jantungnya berdugup kencang namun dia seketika menjadi sangat lemas.     

Beruntung, Egara tidak benar-benar menyerang Raja Timur itu. Egara menyerang bagian pinggang Gael yang berhasil ditangkap dengan spontan olehnya hingga telapak tangannya bercucuran darah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.