Terbaik X
Terbaik X
Untuk saat ini Raja Wedden, Pangeran Ren, dan Raseel sedang berada di ruang perpustakaan rahasia di dalam ruangan pribadi yang belum diketahui pastinya milik siapa. Namun besar kemungkinan kalau itu adalah ruangan pribadi milik Raja Rapher karena ruangan itu sangat besar dengan segala ornament yang tidak biasa juga barang-barang yang terlihat mewah dan istimewa.
Ketika Raja dan Pangeran sedang berbincang dengan melihat-lihat koleksi buku Sang Raja Elf, Raseel disibukkan dengan koleksi keranjang bayi yang berlimpah dan bersusun rapi di sebuah ruangan kecil. Ada juga beberapa yang tergeletak di meja dan tempat lain.
Pangeran Soutra masih membaca salahs atu judul buku ketika Raja Wedden bertanya sehingga dia memberikan jeda untuk jawabannya.
"Bukan seperti itu. Ayahku tidak akan terganti hingga beliau wafat. Begitulah peraturannya," sahut Pangeran Ren.
"Bukankah kau sudah seharusnya naik?" Tanya Raja Wedden yang tidak menghiraukan Pangeran Ren.
"Aku akan mengurus hal diluar Kerajaan yang tidak dapat diurus ayah sendirian. Aku juga memimpin pasukan untuk berlatih dan persiapan perang di masa yang akan datang. Menangkap para penjahat di desa juga menjamin kesejahteraan rakyat. Begitulah …."
"Wanita itu … pendampingmu?"
"Emm," angguk Pangeran Ren.
"Kau akan menikahinya?" Tanya Raja Wedden, hal itu berhasil membuat Pangeran Ren terdiam sejenak lalu menatap sang Raja yang sedang memilah buku di dekatnya.
"Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu," jawab pangeran. "Apa kau akan menikahi putri Leidy?" Tanya Pangeran Ren balik. "Aku mendengar banyak kisah mengenai kalian berdua, bahkan hingga dia tidak berdaya karena kekuatan alam yang menguasainya, kaulah orang yang selalu ada di samping untuk membantunya. Begitukah?"
Pertanyaan Pangeran sangat lengkap dan jelas, sangat tidak mungkin jika Raja akan mengelak karena tidak mendengarnya.
"Dia akan bertahan di Barat. Apakah itu hal baik jika dia adalah seorang permaisuri kerajaan Northan?" Raja Wedden lalu menatap Pangeran Ren.
Pangeran diam sejenak. "Jika dia berkenan kembali dan tinggal di Northan? Apa kau akan melakukannya? Menikahinya dan menjadikan dia sebagai permaisurimu?" ucap Pangeran.
"Entahlah. Aku juga tidak yakin. Namun kurasa tidak ada salahnya jika kita menyambung hubungan baik antar Kerajaan, 'kan?"
Pangeran Ren mengangguk samar. "Kau adalah Raja Utama kami, memang sudah seharusnya bersama dengan seorang putri. Bukankah keadaan Kerajaan di masa depan lebih baik daripada hanya dua perasaan yang disatukan?"
Raja Wedden berdecak. Dia lalu mengambil sebuah buku besar dan membawanya pada kursi untuk segera dibacanya.
"Ah bisakah kau memberiku kekuatan sihir untuk menjaga perbatasan wilayah Utara?" Pangeran Ren menyusul Raja Wedden duduk.
"Kalian negeri bagian yang paling aman. Hal apa yang kau khawatirkan akan menyerang kalian?" tanya Raja Wedden tanpa mengalihkan fokusnya pada buku yang sedang dia baca.
"Hanya untuk berjaga-jaga. Wilayah TImur telah diserang oleh penyihir wanita berambut merah, lalu Barat mendapat serangan dari para roh alam yang bahkan berada di dalam lingkungan wilayah Barat itu sendiri. Lalu wilayah Selatan, kurasa wilayahmu ini adalah yang menjadi favorit Energi Yang Lain selama ini. Aku tidak menunggu giliran, namun jika memang semua wilayah akan mendapat jatah melawan sihir, maka kami akan siap untuk menyerang dan mempertahankan." Pangeran Ren menjelaskan.
Raja Wedden menyimak kali ini. Dia menjadi sangat tertarik setelah Pangeran Soutra secara tidak langsung memberitahukan kalau hanya wilayah Utaralah yang selama ini selalu baik-baik saja.
Wedden dikejutkan dengan pepohonan yang bergerak memberi hormat. Tidak begitu signifikan, namun dahan-dahan itu seolah mempersilahkan sang Raja untuk melewati hutan dengan nyaman.
Namun sesuatu mengikutinya. Itulah yang Raja Wedden rasakan. Karena dia jelas sekali mendengar suara semak yang tertabrak oleh sesuatu, juga langkah kaki yang samar.
Wedden memilih untuk menghentikan langkah, ia lalu berpura bersiul, seolah benar-benar menikmati perjalanannya.
"Ah aku sangat menyukai cuaca hari ini," ujar Raja Wedden cukup nyaring.
'sesuatu' itu masih diam, sangat anteng bahkan Raja tidak lagi merasakan tanda-tanda kehadirannya.
"Jika kau hanya ingin bersembunyi, untuk apa mengikutiku? Kau penguntit atau seorang penggemar?" ucap Wedden. Pandangannya tertuju pada sebuah pohon besar yang berjarak cukup jauh darinya.
Wedden mulai menggunakan kekuatannya. Dia menjentikkan jemarinya beberapa kali untuk meniupkan angina kearah pohon yang sedari tadi menyita perhatiannya.
Sesuatu terlihat disana, nampak helaian kain putih bergerak terkena angina yang baru saja menyapanya.
"Keluarlah kau. Aku tidak akan menyerangmu hanya karena kau menguntit," ujar Raja lagi.
Cukup lama, kemudian muncullah sosok wanita bergauh putih khas penjaga hutan yang merupakan seorang Nimpa. Terdapat tiara kecil di kepalanya. Sosoknya terlihat sangat tipis, dia bahkan tidak meninggalkan jejak kaki namun debu berkelip lah yang tertinggal di rerumputan yang ia lalui.
Raja Wedden menatap wanita itu lekat, samar ia menyunggingkan senyum.
"Jika ingatanku benar, kita pernah bertemu dahulu di hutan dekat sungai Sophen. Apa tu benar?" ujar Raja Wedden mulai sok tahu.
Wanita itu memandangi Wedden lekat, kedua manik matanya yang coklat membuatnya terlihat begitu elegan .
"Amm, kalian memanahku sebagai sebuah tanda awal pertemuan kita," sahut Nima itu dengan senyum sayunya.
Raja Wedden tertawa samar. Keduanya lalu saling berbincang dan menceritakan tentang banyak hal.
"Kau penjaga hutan, 'kan? Apa kau juga membutuhkan manusia untuk kau serap energinya?" pertanyaan Raja sama sekali tidak berumus.
"Kami memiliki energi dari diri sendiri dan selalu merasa kenyang. Namun kami menyukai untuk selalu dekat dengan seorang bangsawan sepertimu," jawab Nimfa itu lembut.
"Karena energy kami?" Tanya Wedden.
Nimfa itu menggeleng pelan. "Karena kami butuh pemimpin yang juga mencintai alam," jawabnya.
Wedden mengerutkan dahinya. "Manusia selalu menyayangi alam, namun seringkali ada factor lain yang mempengaruhi kebijakan. Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Wedden lagi.
Nimfa itu terlihat mehela napas panjang, lalu dia mendekati Raja Wedden untuk menatapnya semakin dekat.
"Kalian selalu menginginkan lahan luas. Aku hanya ingin pembangunan berjalan dengan baik. Tanpa merusak alam," ucap wanita itu sangat lirih.
"Aku akan berjanji atas namaku sendiri. Karena akan ada kemungkinan perubahan pimpinan kelak. Aku tidak akan merusak alam, saling mencinta tanpa harus memiliki."
Nimfa itu tersenyum samar. "Jadi … kau sungguh seorang Raja sekarang? Kau merupakan energy terkuat di seluruh negeri Persei?"
Raja Wedden mengangguk. "Setidaknya itulah yang diketahui oleh banyak orang."
"Kau menemukan Buku Sihir itu?" tanya Nimfa itu lagi.
"Tidak. Benda itu hancur ketika melawan Putra Kegelapan," jawab Raja Wedden.
"Ah beanrkah? Bukankah seharusnya benda itu terjaga dengan aman di wilayah Selatan?"
Kini giliran Raja Wedden yang tersenyum. "Kukira leluhurku sangat sedih karena diriku sangat membutuhkan kekuatan. Dimanapun buku itu, aku tetap menemukan kekuatan dalam diriku sendiri," jawabnya.
***