BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Pembaharuan X



Pembaharuan X

3Tapi sebenarnya aku tidak yakin apakah aku mampu. Aku tidak pandai belajar hal baru," keluh Pangeran Ren.     

"Egara bahkan menguasai semuanya," sahut Raja Wedden yang membuat Pangeran Ren menoleh terkejut.     

"Benarkah? Ah tapi itu pasti karena dia memang keturunan penyihir, 'kan?"     

"Emm tapi dia menguasai semua kekuatan Elf."     

"Sungguh?" Pangeran Ren masih tidak percaya.     

Raja Wedden hanya mengangguk. "Ah aku baru saja mengamati penampilan barumu, Pangeran. Kemana rambut panjangmu yang cantik itu? Kenapa kau berubah menjadi tampan?" pengalihan topic yang tidak disukai Pangeran Ren.     

"Ya ampun. Bisakah hanya membahas kekuatan sihir saja …," Pangeran Ren berdecak tidak berminat.     

Raja Wedden mengangguk samar. Sosok rekannya yang semula cantik dan anggun itu kini menjadi sosok Pangeran yang tampan. Itu jelas membuatnya bertanya-tanya karena sangat mengejutkan.     

Namun Raja tidak ingin memikirkannya berlebihan, hanya masih sesekali memperhatikan penampilan Pangeran Soutra itu.     

"Teman-teman!" teriak Raseel mengejutkan. "Maksudku … Raja dan Pangeran," ucapnya merevisi kalimatnya.     

Peri lembah itu menghampiri Wedden dan Ren dengan membawa sebuah keranjang bayi yang terhiasi bunga di sekelilingnya, terlihat indah.     

"Apa itu?" Tanya Ren mengamati.     

Raja Wedden segera tertarik dan mendekati Raseel. Dia mengenali keranjang bayi yang seperti itu, dia hanya merasa déjà vu untuk beberapa saat.     

"Kurasa Raja Rapher memiliki hobi yang unik. Dia memiliki banyak sekali koleksi keranjang bayi di ruang sana." Raseel meletakkan keranjang yang ia bawa diatas meja.     

Wedden ingat dia memiliki satu yang dahulu ia simpan di bawah tempat tidurnya.     

"Itu keranjang bayi keturunan Raja Rapher," gumam Wedden. "Aku masih menyimpan satu. Kata ayah dan ibu, mereka menemukanku di hutan dengan keranjang bayi. Sama persis," imbuhnya.     

"Lalu apakah sebanyak ini untuk semua keturunan Raja? Maksudku … sebanyak ini, kenapa hanya dirimu?" ucap Raseel.     

Ren menatap peri lembah itu, dia mencoba mencerna kalimatnya namun gagal paham.     

"Kurasa Raja mempersiapkan untuk permaisuri dan para selir," ujar Ren.     

Hening sejenak.     

"Kurasa aku tidak sendiri," ucap Wedden kemudian.     

Kembali hening.     

"Tapi bisa saja mereka semua telah tertangkap dan dikalahkan oleh Kimanh dan anak buahnya," celetuk Raseel memutus harapan Wedden.     

"bBenar juga. Rader bahkan kesulitan menemukanku karena energinya tertutup oleh banyaknya manusia," ujar Wedden.     

"Tapi tidak menutup kemungkinan jika kau memang tidak sendiri. Atau jangan-jangan Egara sungguh saudaramu dan ternyata ibunya adalah salah satu selir Raja Elf?"     

"Selisih usia kami jauh," sahut Raja Wedden.     

"Usiamu dengan masa kepemimpinan Raja Rapher juga jauh," ujar Ren lagi. "Darah yang mengalir dalam tubuh kalianlah satu-satunya pengikat antar saudara. Terlalu sulit jika harus menarik garis keturunan hingga bertemu di puncak, hingga Raja Rapher."     

Raja Wedden mengangguk samar.     

Raseel membenarkan posisi duduknya. "Jadi, apakah kita akan melakukan pencarian saudara Raja Wedden yang lain?" ucapnya.     

"Aku akan melakukannya sendiri. Kurasa energy kami dapat saling bertaut dan itu akan lebih mudah." Wedden menyentuh keranjang bayi itu. Dia tidak dapat merasakan energy apapun, juga tidak dapat melihat memori apapun dari benda bersejarah itu.     

Raseel membenarkan posisi duduknya. "Jadi, apakah kita akan melakukan pencarian saudara Raja Wedden yang lain?" ucapnya.     

"Aku akan melakukannya sendiri. Kurasa energy kami dapat saling bertaut dan itu akan lebih mudah." Wedden menyentuh keranjang bayi itu. Dia tidak dapat merasakan energy apapun, juga tidak dapat melihat memori apapun dari benda bersejarah itu.     

Wedden dikejutkan dengan pepohonan yang bergerak memberi hormat. Tidak begitu signifikan, namun dahan-dahan itu seolah mempersilahkan sang Raja untuk melewati hutan dengan nyaman.     

Namun sesuatu mengikutinya. Itulah yang Raja Wedden rasakan. Karena dia jelas sekali mendengar suara semak yang tertabrak oleh sesuatu, juga langkah kaki yang samar.     

Wedden memilih untuk menghentikan langkah, ia lalu berpura bersiul, seolah benar-benar menikmati perjalanannya.     

"Ah aku sangat menyukai cuaca hari ini," ujar Raja Wedden cukup nyaring.     

'sesuatu' itu masih diam, sangat anteng bahkan Raja tidak lagi merasakan tanda-tanda kehadirannya.     

"Jika kau hanya ingin bersembunyi, untuk apa mengikutiku? Kau penguntit atau seorang penggemar?" ucap Wedden. Pandangannya tertuju pada sebuah pohon besar yang berjarak cukup jauh darinya.     

Wedden mulai menggunakan kekuatannya. Dia menjentikkan jemarinya beberapa kali untuk meniupkan angina kearah pohon yang sedari tadi menyita perhatiannya.     

Sesuatu terlihat disana, nampak helaian kain putih bergerak terkena angina yang baru saja menyapanya.     

"Keluarlah kau. Aku tidak akan menyerangmu hanya karena kau menguntit," ujar Raja lagi.     

Cukup lama, kemudian muncullah sosok wanita bergauh putih khas penjaga hutan yang merupakan seorang Nimpa. Terdapat tiara kecil di kepalanya. Sosoknya terlihat sangat tipis, dia bahkan tidak meninggalkan jejak kaki namun debu berkelip lah yang tertinggal di rerumputan yang ia lalui.     

Raja Wedden menatap wanita itu lekat, samar ia menyunggingkan senyum.     

"Jika ingatanku benar, kita pernah bertemu dahulu di hutan dekat sungai Sophen. Apa tu benar?" ujar Raja Wedden mulai sok tahu.     

Wanita itu memandangi Wedden lekat, kedua manik matanya yang coklat membuatnya terlihat begitu elegan .     

"Amm, kalian memanahku sebagai sebuah tanda awal pertemuan kita," sahut Nima itu dengan senyum sayunya.     

Raja Wedden tertawa samar. Keduanya lalu saling berbincang dan menceritakan tentang banyak hal.     

"Kau penjaga hutan, 'kan? Apa kau juga membutuhkan manusia untuk kau serap energinya?" pertanyaan Raja sama sekali tidak berumus.     

"Kami memiliki energi dari diri sendiri dan selalu merasa kenyang. Namun kami menyukai untuk selalu dekat dengan seorang bangsawan sepertimu," jawab Nimfa itu lembut.     

"Karena energy kami?" Tanya Wedden.     

Nimfa itu menggeleng pelan. "Karena kami butuh pemimpin yang juga mencintai alam," jawabnya.     

Wedden mengerutkan dahinya. "Manusia selalu menyayangi alam, namun seringkali ada factor lain yang mempengaruhi kebijakan. Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Wedden lagi.     

Nimfa itu terlihat mehela napas panjang, lalu dia mendekati Raja Wedden untuk menatapnya semakin dekat.     

"Kalian selalu menginginkan lahan luas. Aku hanya ingin pembangunan berjalan dengan baik. Tanpa merusak alam," ucap wanita itu sangat lirih.     

"Aku akan berjanji atas namaku sendiri. Karena akan ada kemungkinan perubahan pimpinan kelak. Aku tidak akan merusak alam, saling mencinta tanpa harus memiliki."     

Nimfa itu tersenyum samar. "Jadi … kau sungguh seorang Raja sekarang? Kau merupakan energy terkuat di seluruh negeri Persei?"     

Raja Wedden mengangguk. "Setidaknya itulah yang diketahui oleh banyak orang."     

"Kau menemukan Buku Sihir itu?" tanya Nimfa itu lagi.     

"Tidak. Benda itu hancur ketika melawan Putra Kegelapan," jawab Raja Wedden.     

"Ah beanrkah? Bukankah seharusnya benda itu terjaga dengan aman di wilayah Selatan?"     

Kini giliran Raja Wedden yang tersenyum. "Kukira leluhurku sangat sedih karena diriku sangat membutuhkan kekuatan. Dimanapun buku itu, aku tetap menemukan kekuatan dalam diriku sendiri," jawabnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.