BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Dimusnahkan X



Dimusnahkan X

0Penginapan tua di ujung lorong desa yang gelap itu dipadati oleh warga desa yang berkumpul untuk saling bercengkerama dan melepas lelah mereka setelah bekerja seharian. Atap dan dinding-dinding penginapan yang terbuat dari kayu yang mulai rapuh berderak-derak pelan di belai sang angin malam yang mengiringi datangnya gerimis air yang menghitam. Air yang berasal dari Barat itu dikabarkan terkena sihir dari sang raja sihir penguasa kegelapan yang mulai menyebarkan kegelapan dengan diturukannya hujan dari air sihirnya yang penuh kesengsaraan.     

Sudah lebih dari satu tahun terakhir ini, hampir seluruh negeri Persei mengalami keadaan cuaca yang sangat buruk dengan datangnya mendung gelap disetiap harinya sehingga para petani kopi dan petani sayuran sangat kesusahan karena cahaya matahari tidak dapat mencapai tanaman mereka dan tidak dapat mengeringkan kopi-kopi mereka. Hal ini menyebabkan kenaikan harga dan menurunnya kualitas kopi di desa Vitran. Ikan-ikan di sungai Sopen pun kabarnya banyak yang mati karena air sungainya kini berubah menjadi kehitaman dan beracun.     

Di dekat perapian di dalam penginapan tua nan sangat jarang dikunjungi pelancong itu duduklah seorang pria tua berambut putih dengan segelas Bruen ditangannya. Bruen adalah minuman sejenis Wine yang terbuat dari buah berry hutan yang hanya terdapat di hutan Ales. Pria tua itu menikmati minumannya seraya asyik berbincang dengan rekan-rekannya yang terus saja mengeluh dengan sering turunnya hujan sihir yang merugikan warga ini. Mereka terus saja memaki sang raja kegelapan, Kimanh. Tapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawannya, karena melawan sang raja kegelapan berarti mengorbankan nyawa, keluarga dan dunia mereka untuk hancur dan tidak akan kembali lagi.     

Wedden Arragegs, anak dari pemilik penginapan tua ini yang juga sekaligus menjadi pewaris utama usaha keluarga yang dulu pernah jaya ini. Dia kini berusia dua puluh lima tahun, atau lebih tepatnya dia telah selama itu dirawat dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya. Dia kini hanya tinggal sendiri, mengurus penginapan ini dibantu oleh kerabat dan para sahabatnya. Kedua orangtuanya tewas tujuh tahun yang lalu, pada saat Kimanh dan anak buahnya memporak porandakan desa dengan tujuan mencari musuh yang tersembunyi dan sangat berbahaya bagi negeri Persei. Sepasang suami istri Arragegs itu sempat memberi perlawanan dan menentang sang raja kegelapan, hingga akhirnya sang raja kegelapan murka dan dia menyabetkan pedang sihirnya ke arah sepasang suami istri itu hingga akhirnya mereka tewas. Wedden ada di dalam persembunyian bersama salah seorang teman yang juga pelayan di penginapan ini ketika kejadian itu, tapi temannya menahan langkah Wedden ketika ia hendak membalas tindakan pria bertudung api biru yang diselimuti kegelapan itu.     

Sejak saat itu, dirinya sangat membenci sang penguasa kegelapan. Tapi dia hanya menahannya dan berharap ada seorang pahlawan yang dapat mengalahkan Kimanh dan membalaskan dendamnya dan dendam para warga atas kehilangan saudara-saudaranya.     

Pintu berderak keras ketika sosok cantik seorang pangeran dari kerajaan Soutra, sebuah kerajaan kecil di pusat kota, masuk kedalam penginapan dengan beberapa pengawalnya yang bersenjata lengkap. Semua orang yang berada di tempat itu menoleh heran dan terkejut atas kehadiran rombongan orang kerajaan itu.     

Tidak terkecuali si pemuda pemilik penginapan yang ternyata dia terperangah tanpa sadar melihat kecantikan sosok yang berambut panjang berwarna merah muda dan berponi itu.     

"Luar biasa," gumam si pemilik penginapan berambut keriting perak itu tanpa berkedip sedikitpun.     

"Aku mencari seseorang yang bernama Wedden Arragegs di desa ini, apa kalian mengenalnya?" suara gagah pangeran cantik itu menggema di langit-langit penginapan yang rapuh dan menyadarkan si pemilik penginapan atas lamunannya.     

"Aku!" teriaknya spontan tidak ada rasa hormat. "Itu aku, Pangeran.," sambungnya dengan sedikit menundukkan kepalanya.     

Ren, itu nama pangeran berparas cantik seperti tuan putri itu. Dia menghampiri sosok pria kurus keriting yang tengah membawa sebuah teko minuman hangat itu dan dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk tetap berada ditempat mereka dan tetap waspada. Ren membawa Wedden masuk ke ruang sayap kanan yang memang sepi, dia berjalan dengan angkuhnya seolah dia telah mengenal lama tempat milik keluarga Arragegs ini. Sedangkan sang pemilik, hanya mengikuti langkah pangeran cantik itu dengan pelan dan masih membawa tekonya di belakang.     

Aira menyimak dengan antusias, dia mengangguk di setiap kelanjutan kisah yang kembali diucapkan oleh Cane.     

"Kami bertemu di pertengahan perjalanan mereka. Kurasa itu saat menuju Barat. Raja Wedden benar-benar tidak seperti Raja pada umumnya, dia sangat polos dan apa adanya sehingga dapat dengan mudah untuk berteman dengan siapapun. Semula banyak dari kami yang meragukan kemampuannya sebagai Raja, namun seiring berjalannya waktu dia menampakkan kalau dia memanglah Raja yang sesungguhnya." Cane memakan anggur sebagai jeda dari kisah panjangnya.     

"Emm jadi dia sungguh Keturunan Raja Elf ya?" gumam Aira. Dia mengingat bentuk wajah Wedden yang mengingatkannya pada sosok di masa lalu. Samar ia menyunggingkan senyum, hanya saja dia harus kembali melenyapkannya ketika Cane memberinya buah untuk dicemil.     

"Aku mendengar banyak mengenai putri Leidy, aku juga sempat bebrincang sejenak dengannya. Kurasa … dia sungguh wanita yang luar biasa," ujar Aira.     

"Luar biasa kenapa?" tanya Cane santai.     

"Aku melihat dia adalah seorang Ratu. Entah datang darimana pikiran acakku ini, tetapi kurasa putri Leidy benar-benar cocok untuk itu. Benar kan, Nona Cane?" Aira menatap Cane.     

Cane mengangguk samar namun tidak memberikan respon.     

Samar Aira tersenyum, sejak beberapa waktu terakhir dia sempat mengamati tingkah laku semua orang yang ada di Kerajaan dan mulai menarik sebuah kesimpulan.     

Cane sangat peduli dengan Raja Wedden dan selalu melakukan tugas dengan baik tanpa pamrih apapun, dia juga menyukai Raja hanya saja dia menahan rasanya itu karena perbedaan kasta. Itu kesimpulan dari Aira.     

Mengenai Corea, menurut Aira, peri lembah itu sedang menjalin hubungan tersembunyi dengan seseorang yang tidak ingin diketahui oleh siapapun. Namun Corea masih sanat professional dengan segala tugas dan kemampuannya.     

Lalu Putri Leidy, seperti yang ia katakana pada Cane, wanita Barat itu benar-benar keren.     

Masih dengan perbincangan santai di halaman belakang. Aira dan Cane dikejutkan dengan seorang prjaurit yang membawa kabar kedatangan Raja Egara bersama dengan Raja Wedden, Corea dan Putri Leidy.     

Kali ini tugas istimewa yang menjadi topic pembahasan. Raja Egara sama sekali tanpa basa basi segera memerintahkan para prajurit ataupun pelayan untuk menyalin Buku Sihir untuk dikirimkan pada Kerjaan di Wilayah lainnya.     

Tanpa mempedulikan keadaan Putri Leidy dan Corea, Raja Egara menjelaskan semuanya pada para prajurit dan pelayan yang bersedia. Kali ini Aira mengajukan diri.     

"Aku akan menyalin dan mengubah bahasanya, selanjutnya kalian kembali menyalin tulisanku pada Buku yang berbeda dengan tulisan kalian. Jangan ada kesalahan. Mengerti?"     

Corea, Aira, dan Han. Tiga orang yang pertama berkenan untuk membantu. Ketiganya mengangguk paham ketika Raja Egara menjelaskan semuanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.