Tidak Beres X
Tidak Beres X
Aira meniupkan udara pada Corea yang membuat peri lembah itu merasa semakin mengantuk. Hanya dalam hitungan detik, Corea tertidur dengan kepala yang tergeletak diatas Buku Tebal yang sebagian lembarannya masih kosong.
Han terkejut dengan itu, dia lalu mencoba untuk membangunkan Corea dan membawanya untuk berisitrahat di ruang prajurit wanita.
"Ada apa dengannya? Apa dia sakit?" tanya Aira yang menghampiri Corea dan Han.
"Kurasa dia kelelahan sehingga tertidur," jawab Han. Dia telah memanggil beberapa rekan dan seorang pelayan untuk memberikan bantuan pada Corea.
"Kudengar dia sempat mengalami kecelakaan bersama dengan Putri Leidy saat di Kerajaan Baru. kurasa keadaannya belum sepenuhnya stabil sehingga dia mudah lelah dan tertidur seperti orang pingsan," tambah Han lagi.
Han tidak begitu merespon Aira, dia segera membawa Corea dengan dibantu rekannya.
Aira diam. Pandangannya mengikuti langkah para prajurit yang membawa Corea, namun berikutnya dia mengamati kasil kerja Corea yang baru sampai setengah dari Buku SIhir.
Samar disunggingkan senyum oleh Aira. Tidak ada lagi beban dan tugas untuknya, dia hanya perlu berpura lelah karena menulis dengan sangat cepat.
Aira keluar dari ruang khusus masih sambil mengunyah apel madu. Langkahnya tertunda ketika ia melihat Raja Egara yang berjalan cepat dari kejauhan. Aira bergegas mengikuti langkah sang Raja yang terlihat cemas, namun Aira segera berhenti ketika mengetahui kalau langkah Raja berhenti pada ruang prajurit wanita.
Semakin berpikir keras, Aira juga semakin yakin dengan beberapa dugaannya belakangan ini.
Kembali dengan sikap tenangnya yang lugu, Aira menuju ruang prajurit wanita dengan lari kecil. Dia berhenti di depan pintu ketika banyak orang yang sedang mengelilingi Corea.
"Kenapa dia seistimewa itu?" gumam Aira. Banyak prajurit danpelayan yang bergegas membantu, bahkan Rajapun hingga langsung menghampiri. Terlalu tidak wajar untuk seorang pendamping Raja biasa.
Aira melangkah mundur, dia memperhitungkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Ketika dia merasa pas, dia kembali melangkah maju memasuki ruang prajurit wanita itu.
Langkahnya bertemu dengan Raja Egara yang hendak keluar, keduanya sempat saling bertatapan sesaat.
"Apakah dia baik-baik saja, Tuan? Maafkan aku terlambat salinanku … baru saja selesai." Aira menatap dengan mata sayu dan segera menundukkan kepalanya sebagai rasa bersalah pada Raja.
"Dia baik-baik saja," jawab Raja Egara singkat. Raja langsung saja pergi tanpa lagi menghiraukan Aira yang masih ingin mengatakan sesuatu.
"Ah sial. Rupanya dia sangat kaku," keluh Aira.
Dia ingin mengatakan kalau dia telah selesai dengan tugasnya, namun tidak memiliki kesempatan.
Bukan menghampiri Corea dan mengecek keadaan peri lembah itu, Aira memilih untuk kembali keluar dan berkeliling bangunan luar kerajaan.
Sudah beberapa kali ia mengelilingi Kerajaan, namun baginya ini masih sangat menyenangkan terlebih saat malam dia dapat menikmati oemandangan langit yang indah dengan gemerlip bintang yang bertaburan.
Dari kejauhan, dia mendnegar suara dentingan pedang yang saling beradu. Rupanya ada prajurit yang masih berlatih, hanya saja mereka tidak pada arena.
Tidak terkecuali si pemuda pemilik penginapan yang ternyata dia terperangah tanpa sadar melihat kecantikan sosok yang berambut panjang berwarna merah muda dan berponi itu.
"Luar biasa," gumam si pemilik penginapan berambut keriting perak itu tanpa berkedip sedikitpun.
"Aku mencari seseorang yang bernama Wedden Arragegs di desa ini, apa kalian mengenalnya?" suara gagah pangeran cantik itu menggema di langit-langit penginapan yang rapuh dan menyadarkan si pemilik penginapan atas lamunannya.
"Aku!" teriaknya spontan tidak ada rasa hormat. "Itu aku, Pangeran.," sambungnya dengan sedikit menundukkan kepalanya.
Ren, itu nama pangeran berparas cantik seperti tuan putri itu. Dia menghampiri sosok pria kurus keriting yang tengah membawa sebuah teko minuman hangat itu dan dia memerintahkan kepada para pengawalnya untuk tetap berada ditempat mereka dan tetap waspada. Ren membawa Wedden masuk ke ruang sayap kanan yang memang sepi, dia berjalan dengan angkuhnya seolah dia telah mengenal lama tempat milik keluarga Arragegs ini. Sedangkan sang pemilik, hanya mengikuti langkah pangeran cantik itu dengan pelan dan masih membawa tekonya di belakang.
Aira menyimak dengan antusias, dia mengangguk di setiap kelanjutan kisah yang kembali diucapkan oleh Cane.
"Kami bertemu di pertengahan perjalanan mereka. Kurasa itu saat menuju Barat. Raja Wedden benar-benar tidak seperti Raja pada umumnya, dia sangat polos dan apa adanya sehingga dapat dengan mudah untuk berteman dengan siapapun. Semula banyak dari kami yang meragukan kemampuannya sebagai Raja, namun seiring berjalannya waktu dia menampakkan kalau dia memanglah Raja yang sesungguhnya." Cane memakan anggur sebagai jeda dari kisah panjangnya.
"Emm jadi dia sungguh Keturunan Raja Elf ya?" gumam Aira. Dia mengingat bentuk wajah Wedden yang mengingatkannya pada sosok di masa lalu. Samar ia menyunggingkan senyum, hanya saja dia harus kembali melenyapkannya ketika Cane memberinya buah untuk dicemil.
"Aku mendengar banyak mengenai putri Leidy, aku juga sempat bebrincang sejenak dengannya. Kurasa … dia sungguh wanita yang luar biasa," ujar Aira.
"Luar biasa kenapa?" tanya Cane santai.
"Aku melihat dia adalah seorang Ratu. Entah datang darimana pikiran acakku ini, tetapi kurasa putri Leidy benar-benar cocok untuk itu. Benar kan, Nona Cane?" Aira menatap Cane.
Cane mengangguk samar namun tidak memberikan respon.
Samar Aira tersenyum, sejak beberapa waktu terakhir dia sempat mengamati tingkah laku semua orang yang ada di Kerajaan dan mulai menarik sebuah kesimpulan.
Cane sangat peduli dengan Raja Wedden dan selalu melakukan tugas dengan baik tanpa pamrih apapun, dia juga menyukai Raja hanya saja dia menahan rasanya itu karena perbedaan kasta. Itu kesimpulan dari Aira.
Mengenai Corea, menurut Aira, peri lembah itu sedang menjalin hubungan tersembunyi dengan seseorang yang tidak ingin diketahui oleh siapapun. Namun Corea masih sanat professional dengan segala tugas dan kemampuannya.
Lalu Putri Leidy, seperti yang ia katakana pada Cane, wanita Barat itu benar-benar keren.
Masih dengan perbincangan santai di halaman belakang. Aira dan Cane dikejutkan dengan seorang prjaurit yang membawa kabar kedatangan Raja Egara bersama dengan Raja Wedden, Corea dan Putri Leidy.
Kali ini tugas istimewa yang menjadi topic pembahasan. Raja Egara sama sekali tanpa basa basi segera memerintahkan para prajurit ataupun pelayan untuk menyalin Buku Sihir untuk dikirimkan pada Kerjaan di Wilayah lainnya.
Tanpa mempedulikan keadaan Putri Leidy dan Corea, Raja Egara menjelaskan semuanya pada para prajurit dan pelayan yang bersedia. Kali ini Aira mengajukan diri.
"Aku akan menyalin dan mengubah bahasanya, selanjutnya kalian kembali menyalin tulisanku pada Buku yang berbeda dengan tulisan kalian. Jangan ada kesalahan. Mengerti?"
Corea, Aira, dan Han. Tiga orang yang pertama berkenan untuk membantu. Ketiganya mengangguk paham ketika Raja Egara menjelaskan semuanya.
***