Tidak Diijinkan X
Tidak Diijinkan X
Ting!
Argh!
Yak!
Denting dua pedang yang saling beradu terdengar dengan disertai teriakan dua pria yang penuh emosi.
Jeo sedang melanjutkan latihannya bersama dengan prajurit dari Timur yang masih belum ingin istiraha karena terlalu bersemangat untuk selalu berlatih.
"Argh! Aku lelah, Bung." Jeo menjatuhkan diri dan segera duduk diatas tanah dengan pedang yang ia atuhkan sembarangan.
Seorang prajurit Timur menghamirinya dan ikut serta duduk di dekat Jeo. Sementara pasangan berlatih yang lain masih belum menyudahi latihan bahkan walau malam sudah semakin larut dengan lelah yang terasa di setiap ujung jemarinya.
Semenjak memiiki tugas khusus dari Raja Egara, Aira menjadi lebih sibuk berada di ruang khusus bersama dengan Corea dan Han. Ia sudah mengatakan pada Ezy mengenai hal itu, beruntung Ezy tidak keberatan sama sekali karena itu memanglah tugas yang harus dilakukan dengan fokus penuh.
Kelebihan dari Aira yang baru diketahui oleh banyak orang, yaitu dia dapat menulis dengan cepat dan tepat. Tulisannya yang indah dan mudah untuk dibaca itu membuat Raja Egara terkesan dan berharap banyak padanya.
Empat hingga enam salinan Buku Sihir , diharapkan dapat segera terselesaikan sebelum bulan baru yang hanya tinggal beberapa minggu lagi.
Corea dan Han meninggalkan tugas utama mereka sebagai prajurit Kerajaan, keduanya mempercayakan semuanya pada Cane dan Jeo yang dapat menggantikan tugas sesame prajurit.
Sambil menyalin, Aira sambil membaca dan mempelajari sebagian dari mantra Raja Elf. Dia juga memiliki kemampuan belajar yang cepat, hanya saja dia menyembunyikan kemampuannya yang ini dari siapapun. Hanya Han yang sempat melihat Aira berkomat kamit melafalkan mantra disaat wanta itu bahkan tidak sedang menyalinnya.
Bukan sesuatu yang aneh memang menjadi hafal karena sering membaca, Han tidak ambil pusing mengenai tindakan Aira itu.
Saat menjelang malam, Raja Egara memerintahkan semuanya untuk beristirahat. Ketiganya mengangguk, namun tidak segera pergi ke ruangan masing-masing karena masih ada beberapa lembar yang belum selesai.
Raja Wedden telah kembali ke Kerajaan baru saat matahari masih tinggi. Tidak dengan ditemani siapapun, Putri Leidy sedang sibuk dengan kegemaran lamanya untuk menysit kain yang akan dijadikan pakaian Kerajaan. Dia memiliki banyak bantuan di Kerajaan Northan, yang mana dia juga telah meminta adanya ruang untuk pembuatan kain di Kerajaan baru kepada Raja Wedden.
Putri Leidy sempat mengunjungi ruangan tempat Corea, Han, dan Aira menyalin Buku Sihir. Hanya sebentar, dia datang untuk menyapa dan mengajak makan Corea. Namun segera kembali karena Corea menolaknya dan memilih untuk menyelesaikan tugas dari Raja.
"Emm baiklah." Putri Leidy mengangguk samar. Ia kemudian menemui Cane yang masih disibukkan dengan prajurit yang baru selesai berlatih.
Putri Leidy mulai tertarik untuk berlatih bertarung, namun dia masih belum memulainya karena harus menyelesaikan beberapa lembar kain lagi untuk dikerjakan.
Raja Egara kembali ke ruang khusus penyalinan Buku SIhir setelah sebelumnya ia pergi dan menyuruh semuanya untuk istirahat,
Raja bersama dengan dua pelayan membawa berbagai makanan ringan juga minuman untuk ketiga orang yang masih sibuk dengan pena dan lembaran mantra.
Secara tidak sengaja Aira mengamati sikap Raja Egara yang cukup menarik perhatiannya. Raja menghampiri Corea dan memberinya buah apel. Aira sedikit mengerutkan dahi, hanya Corea yang mendapatkan buah apel utuh sementara ia dan Han mendapatkan apel yang sudah dipotong dengan disiram madu yang telah diletakkan pada sebuah piring kecil.
Raja Egara dan Corea terlihat berbincang sejenak dan saling tertawa sebelum Raja akhirnya kembali keluar bersama para pelayan meninggalkan ruang khusus itu.
Aira menarik napas panjang. Dia belum mengantuk, namun dia sudah mulai bosan dengan tugasnya sehingga dia mempercepat pekerjaannya dan menyelesaikan satu salinan dengan segera. Bukan dengan menulisnya, melainkan Aira menggunakan sedikit kemampuannya dengan meniup lembaran kosong yang secara ajaib segera terisi dengan semua mantra yang ada pada Buku Sihir yang telah disalin oleh Raja Egara dan Raja Wedden sebelumnya.
Sihir. Begitulah. Aira memang telah menguasai beberapa ilmu yang ia pelajari sebelumnya.
Corea dan Han masih belum selesai, keduanya mulai terlihat lelah. Mereka juga sempat meminta sebotol Bruen untuk menahan kantuk yang mulai merayapi tubuh mereka.
Aira duduk dengan santai seraya menikmati apel madu dan minuman berry nya. Tidak ada lagi yang ia kerjakan, hanya menonton kedua rekannya dan memandangi seluruh sudut ruangan yang tertata rapi.
Huuuuuffff.
Aira meniupkan udara pada Corea yang membuat peri lembah itu merasa semakin mengantuk. Hanya dalam hitungan detik, Corea tertidur dengan kepala yang tergeletak diatas Buku Tebal yang sebagian lembarannya masih kosong.
Han terkejut dengan itu, dia lalu mencoba untuk membangunkan Corea dan membawanya untuk berisitrahat di ruang prajurit wanita.
Aira menyimak dengan antusias, dia mengangguk di setiap kelanjutan kisah yang kembali diucapkan oleh Cane.
"Kami bertemu di pertengahan perjalanan mereka. Kurasa itu saat menuju Barat. Raja Wedden benar-benar tidak seperti Raja pada umumnya, dia sangat polos dan apa adanya sehingga dapat dengan mudah untuk berteman dengan siapapun. Semula banyak dari kami yang meragukan kemampuannya sebagai Raja, namun seiring berjalannya waktu dia menampakkan kalau dia memanglah Raja yang sesungguhnya." Cane memakan anggur sebagai jeda dari kisah panjangnya.
"Emm jadi dia sungguh Keturunan Raja Elf ya?" gumam Aira. Dia mengingat bentuk wajah Wedden yang mengingatkannya pada sosok di masa lalu. Samar ia menyunggingkan senyum, hanya saja dia harus kembali melenyapkannya ketika Cane memberinya buah untuk dicemil.
"Aku mendengar banyak mengenai putri Leidy, aku juga sempat bebrincang sejenak dengannya. Kurasa … dia sungguh wanita yang luar biasa," ujar Aira.
"Luar biasa kenapa?" tanya Cane santai.
"Aku melihat dia adalah seorang Ratu. Entah datang darimana pikiran acakku ini, tetapi kurasa putri Leidy benar-benar cocok untuk itu. Benar kan, Nona Cane?" Aira menatap Cane.
Cane mengangguk samar namun tidak memberikan respon.
Samar Aira tersenyum, sejak beberapa waktu terakhir dia sempat mengamati tingkah laku semua orang yang ada di Kerajaan dan mulai menarik sebuah kesimpulan.
Cane sangat peduli dengan Raja Wedden dan selalu melakukan tugas dengan baik tanpa pamrih apapun, dia juga menyukai Raja hanya saja dia menahan rasanya itu karena perbedaan kasta. Itu kesimpulan dari Aira.
Mengenai Corea, menurut Aira, peri lembah itu sedang menjalin hubungan tersembunyi dengan seseorang yang tidak ingin diketahui oleh siapapun. Namun Corea masih sanat professional dengan segala tugas dan kemampuannya.
Lalu Putri Leidy, seperti yang ia katakana pada Cane, wanita Barat itu benar-benar keren.
Masih dengan perbincangan santai di halaman belakang. Aira dan Cane dikejutkan dengan seorang prjaurit yang membawa kabar kedatangan Raja Egara bersama dengan Raja Wedden, Corea dan Putri Leidy.
Kali ini tugas istimewa yang menjadi topic pembahasan. Raja Egara sama sekali tanpa basa basi segera memerintahkan para prajurit ataupun pelayan untuk menyalin Buku Sihir untuk dikirimkan pada Kerjaan di Wilayah lainnya.
***