BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Kecelakaan X



Kecelakaan X

2Egara hendak menjenguk Raja di ruang perawatan, namun langkahnya terhenti ketika ia bertemu dengan Corea di depan pintu ketika wanita itu hendak keluar. Keduanya sempat saling bertatapan beberapa saat sebelum akhirnya Corea melewati Egara begitu saja, tanpa adanya basa basi apapun.     

Egara membuka pintu dan masuk ke ruang perawatan, dia hanya menemui kakak laki-laki Corea, Hatt, dan Pangeran Soutra yang keduanya sama sama sedang memakan buah di twmpat tidur masing masing.     

"Raja sudah kembali?" tanya Egara pada Panheran Ren.     

Pria berambut merah muda itu mengangguk. "Kurasa dia ada di ruang pribadinya."     

Egara mengangguk samar sebagai tanda terimakasih, lalu kembali menutup pintu dan meninggalkan ruangan itu begitu saja.     

Satu per satu tamu dari wilayah lain telah tiba, bahkan menurut kabar Raja Utara telah hampir tiba bersama dengan pasukannya. Egara harus menemui Raja untuk hal ini, karena Raja Wedden lah yang memiliki agenda.     

Egara sempat memperlambat langkahnya ketika hendak pergi ke ruang Raja, dia mengamati Aira, pelayan baru kerajaan yang terlihat sangat antusias dengan semua tamu yang datang. Terus menerus memperhatikan dan menatap para tamu, hal itu membuat Egara bertanya-tanya ada apa dan kenapa wanita itu seperti itu.     

"Ketua!" panggil Jeo nyaring yang membuyarkan lamunan Egara.     

"Ada apa?" Egara menoleh sebentar.     

"Rombongan Raja Raddone telah tiba. Putri Leidy terlihat bersa dengannya," kata Jeo bersemangat.     

"Kalian sambut mereka terlebihdulu, aku akan menemui Raja."     

"Baik, Ketua." Jeo kembali dengan tugasnya.     

Sementara Egara melanjutkan langkahnya menuju ruangan Raja.     

"Raja, apa kau di dalam? Rombongan Raja Barst telah tiba. Kau ingin menyambutnya?" ujar Egara dari luar pintu. Sekali lagi dia mengetuk pintu kayu nan besar itu.     

"Tuan? Putri Leidy ikut berkunjung juga. Itulah yang dilihat oleh para prajurit," ujarnya lagi masih dengan ketukan konstan di pintu Raja.     

Ptajurit penjaga mengatakan kalau Raja sama sekali belum keluar sejak masuk sebelum pagi. Para penjaga hanya menduga kalau snag Raja kembali terlelap karea tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih.     

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pintu Raja terbuka. Raja Wedden keluar dengan mengenakan jubah kebesarannya, namun tanpa mahkota.     

"Rombongan siapa saja yang datang?" tanya Raja pada Egara.     

"Rombongan Kerajaan Barwest, Tuan. Lalu menurut kabar, rombongan Utara juga akan segera tiba," jawab Egara.     

Raja lalù menuju ruang tamu dengan didampingi oleh Egara. Dia menyambut kedatangan Raja Raddone dan berbincang banyak hal terutama tentang kesehatan putri Leidy yang terlihat lebih segar dari sebelumnya.     

Raja Raddone juga bersama dengan Famara, slsok wanita yang sejak lama telah menjadi pendamping Raja.     

Perhatian Raja Wedden tertuju pada putri Leidy. Wanita cantik itu terlihat kembali anggun seperti sebelum ia mendapat bantuan dsri roh alam. Sangat menawan, Raja Wedden bahkan tidak dapat mwngalihkan pandangannya walau hanya sejenak.     

Egara mengetahui hal itu, dia segera menghampiri Cane dan memintanya untuk memberikan hidangan pada Putri Leidy sekaligus menyapanya karena twlah lama tidak saling bertemu.     

Cane dan Corea menemui Putri Leidy. Mereka bertiga berbincang cukup seru dan terlihat seperti teman lama yang akan melakukan sebuah reuni atau semacamnya.     

Egara kembali memperhatikan Aira yang sedang membawa baki hidnagan untuk rombongan Kerajaan Barat. Pandangan Aira tertiuju pada Putri Leidy dan seolah enggan untjk memalinglan wajah, Aira sungguh terus menatap putri Leidy ektika ia sedang meletakkan hidangan diatas meja.     

"Eghem!" Egara berdeham sengaja untuk memgejutkan Aira.     

"Sebelah sana, Raja belum mendapatkan hidangan penutup," ujar Egara seraya menunjik bagian meja Raja Raddone yang kosong     

Aira mengangguk paham, dia ssegera kembali ke dapur untuk mengambil baki yang lain.     

Egara mengerutkan dahi, dia tidak menyukai wanita itu. Terlalu ingin tahu banyak hal juga kurang fokus dengan pekerjaannya.     

Tidak berselang lama, rombongan kerajaan Utara dan Timur tiba. Sangat mengejutkan, kali ini Raja Gael bersama dengan seorang wanita yang berpakaian tidak kalah cantik dari pendamping Raja Raddone.     

Masih sangat muda, cantik, juga anggun. Haira, nama yang jika terdengar sekilas sama dengan pelayan baru di Kerajaan Northan. Sosok itu menarik perhatian banyak orang. Tanpa senyum, wanita itu bahkan terlihat sangat menawan hanya dengan tatapan matanya.     

Jelas terlihat wanita itu gugup dan canggung, terlebih saat Raja Gael menyapa Raja wilayah lain. Haira berada di sampignnya dengan sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormatnya pada semua pimpinan wilayah itu.     

"Wah. Apakah mereka semua telah memiliki pendamping sekarang?" gumam Pangeran Soutra yang sedang berdiri di dekat Raja Ley. Mereka sedang mengamati para Raja yang sedang saling bersapa, Ren bahkan belum menemui sang ayah.     

"Kau juga menginginkannya?" cletuk Ley.     

"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan Raja Wedden. Apakah dia akan berakhir seorang diri?" gumam Pangeran Ren cukup nyaring.     

"Kau tidak melihat itu?" Ley menunjuk Putri Leidy yang sedang berbincang dengan para prajurit wanita. "Tidakkah kau lihat wajah bahagia Rja Wedden setelah Putri Leidy datang?" imbuhnya.     

Pangeran Ren mengamati putri Leidy, lalu dia mengangguk. "Pasangan yang baik. Tapi apakah wanita itu juga merasa bahagia setelah bertemu dengan Raja?" cletuknya.     

"Ah sialan kau. Kenapa membuatku ingin tertawa. Apakah Raja selalu menyedihkan begitu?" ujar Ley sedikit menggeleng.     

Ren tertawa kecil, dia lalu mengambil minum yang dibawa oleh Cane. Prajurit wanita itu membantu Aira sebagai pelayan untuk para anggota Kerajaan.     

"Hey, Cane. Apa kau pernah mendengar atau mengetahui kalau Raja sedang menginginkan seorang pendamping?" tany Ren.     

"Tidak. Apakah dia juga akan memperkenalkan seperti yang lain?"     

Pangeran Ren mengedikkan bahunya. "Dia memiliki tiga pendamping. Ada kau, Corea dan putri Leidy. Tapi kenapa wanita itu terlihat sangat berharga baginya?"     

Cane mengikuti arah pandang Pangeran Ren. Dia lalu tersenyum samar. "Aku dan Corea adalah pendamping sekaligus pengawal. Kurasa pesona putri Leidy yang memang seorang calon ratu, itulah yang membuatnya sangat menarik."     

Cane lalu undur diri, dia kembali dengan pekerjaannya yang lain.     

Pangeran Rend an Ley masih memperhatikan para Raja dengan para pendampingnya. Terlihat juga Raja Soutra sedang berbincang dengan pengawal pribadi Pangeran Ren. Saling bergurau, hal itu membuat Ley melirik pria berambut merah muda yang sedang berdiri di dekatnya.     

"Hey, bisa kau jelaskan padaku tentang wanita itu? Apakah dia juga pendamping Raja Soutra?" ujar Ley.     

"Ah bukan! Wanita itu hanyalah pengawal pribadi yang ayah pilih untukku. Lagipula, ayah sudah sangat tua. Sangat tidak cocok jika harus didampingi wanita muda dan menyebalkan seperti Diya," sahut Pangeran Ren.     

"Hah bisa-bisanya kau menyebut ayahmu sendri seperti itu!"     

Pangeran Ren mengangkat kedua alisnya. "Tidakkah seharusnya aku yang memiliki pendamping?" ujarnya.     

"Apakah mungkin, wanita itu adalah calon pendamping untukmu?"     

Pangeran Ren nyaris tersedak mendengarnya. Dia lalu mengumpat lirih dan menatap tajam pria berambut merah marun itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.